Berangkat (2)

23 3 0
                                    

"Bi tutup aja pintunya, biar saya yang beresin di dapur."

Banyak banget yang harus di beresin. Padahal Suho gak bawa bekal, gak makan pula. Benar-benar alasan gak masuk di akal banget.

Emang gak mau ngeliat Suho pergi aja bilangnya susah banget.

Ya, tadi saat kakak dan kawannya berangkat dan masuk ke mobil Lynna sama sekali gak nganterin atau sekedar dadah-dadah sama kakaknya.

Milih nganter tapi nangis atau bodo amat tapi selamat. Dan pilihan kedua yang di jadiin solusi kali ini.

Berusaha dewasa dengan gak maksain ego buat ikut. Gak mau ikutan hancur lagi di tempat makan atau di depan camp. Lynna udah tau, ritual wajib adalah nangis. Jadi mending gak usah ikut.

Terlalu berbahaya. Sport jantung lagi nanti.

Alhasil, di dapur gadis itu ngelakuin pekerjaannya, apalagi kalo gak ngelamun.

"Abang gue ntar makan apaan di sana? Tidurnya jam berapa kira-kira? Eh bakal lebih capek gak ya daripada job dia selama ini?", pikir gadis itu.

"Bego banget gak nanya boleh bawa handphone apa enggak. Otak dangkal banget ya gusti:((", kesal Lynna pada dirinya sendiri.

Ia kemudian mengambil ponsel dari saku kirinya, terus nyari nama Chen. Di pikirannya cuman kepikiran nama itu doang. Gatau kenapa.

Mungkin karena Chen itu lebih tenang dan paling utama gak bobrok kayak Baekhyun.

Ia lalu nekan nomor Chen. Tiba-tiba keraguan membuat jadi Lynna gak jadi mencet tombol call.

"Emang gak papa gue telfon?", tanya nya pada diri sendiri. Gak mungkin tanya sama tomat di keranjang kan. Otaknya gak sedangkal itu.

Bukan tanpa sebab dirinya ragu buat nelfon. Ada dua alasan di pikirannya.

Pertama, apa gak ganggu. Kedua, pulsanya masih ada apa enggak. Soalnya whatsapp Chen gak aktif, jadi kudu pake pulsa. Becanda.

Dia cuman takut ganggu Chen. Karena belakangan ini kata Suho, Chen lagi ada masalah. Mungkin itu juga yang bikin Chen sekarang jarang aktif di whatsapp.

"Tapi gak ada pilihan lain yang lebih mendingan dari nih orang. Gak mungkin Sehun apalagi Baekhyun. Lagi mode males debat.", ujarnya.

"Halah ribet."

Lynna kemudian jalan ke ruang tengah. Ngambil sisa kue bolot di toples dan keripik. Terus naik ke atas.

"Drakor adalah jalan terbaik.", ujarnya.

Kalo ini kelewat santuy ceritanya. Tapi jangan salah. Kadang sikap acuh itu jalan keluarnya.

"Welkam Itaewon Class"

Akhirnya gak jadi chatt, dan ponsel tertelantarkan di dapur.

Bye dunia.

***

"Suho hyung..., Suho hyung..", orang dalam telpon itu berteriak memanggil Suho. Siapa lagi tersangkanya kalau bukan Bang Toyib. Koh Iching maksudnya.

"Haaaaaaaa, gimana kabar lo?", tanya Suho.

"Adek lo pada kangen katanya. Sama gue uda pada berani bantah. Marahin cepet.", lanjut Suho.

Mereka semua dibuat bingung, campur seneng, campur kaget campur campur pokoknya. Hiks.

Saking kagetnya mata mereka melotot sempurna ke arah Suho. Makanan di mulut mereka teranggurkan seketika. Gak di kunyah gak juga di telen. Terlantarkan dalam mulut.

- WITHOUT SUHO Where stories live. Discover now