"Nah kan bener, Ryujin."
"Jisung?!" Ryujin bangkit dari kursi bar. "Ngapain di tempat kaya gini? Eh—Maaf gue lupa tadi siang lo ngajak ketemuan."
"Ngga papa, tadinya mau langsung telfon lo karena urusan gue udah selesai disini, karena kita udah ketemu gini, mau jalan keluar ngga?"
Ryujin menoleh ke arah Johnny yang tangan nya sedang dikibas-kibaskan, mengizinkan Ryujin untuk pergi.
==========
Alih-alih membelikan bobba seperti yang sebelumnya dijanjikan, Jisung ngajak Ryujin ke area bermain ski, tapi ngga menyewa alat, cuma ke bagian kafe nya.
"Gue jadi ngga nyaman buat jalan bareng lo."
Jisung membuka kaleng cola yang tadi dibeli, buat dia, dan juga buat Ryujin. "Kenapa? Beritanya udah bersih, kan? Santai aja."
Merasa lebih tenang, Ryujin jadi ngga bisa menyembunyikan senyum yang selama ini dia tahan di depan Jisung, keliatan jelas dia bahagia membangun obrolan dengan orang dihadapannya.
"Kenapa senyum-senyum?" tukas Jisung yang menyadari ekspresi Ryujin.
"Ngga bisa ngebayangin kalo orang didepan gue ini bakal jadi idol terkenal."
"Ngga bisa ngebayangin kalo cewe didepan gue ini bisa baca pikiran gue."
"Maksudnya?"
Jisung menundukan kepala. "Ngga, bukan apa-apa."
"Omes ya lo? Otak mesum, idie."
Habis dikatain gitu langsung balik natap Ryujin. "Sembarangan kalo ngomong."
Mereka mengobrol hangat, tentang apapun, melewati menit-menit di jarum jam, Ryujin banyak tersenyum malam itu, ngga tau kenapa lama-lama hatinya meluruh didepan Jisung.
"Kalo lo? Udah punya berapa mantan?"
Ryujin ngga langsung menjawab pertanyaan Jisung, tatapan nya tiba-tiba kosong, berusaha membuyarkan lamunan Ryujin, tangan Jisung dikibas-kibaskan di depan wajah doi, tetep aja mata Ryujin ngga berkedip.
"Ryu? Sehat?"
Jisung udah panik banget, perasaan ngga ada rumor kuburan lama di tempat ski itu, masa iya ketempelan?
Bahu Ryujin ditepuk-tepuk. "Siapapun yang di badan Ryujin, plis keluar, sebelum dibikin viral buat konten youtube."
"Jisung," akhirnya Ryujin buka suara. "Ada yang ngawasin kita, dari arah jam tujuh."
Secepat kilat, Jisung membalikan badan, melihat orang yang sedang buru-buru untuk pergi dari tempat itu.
"JISUNG!" teriak Ryujin ke arah Jisung, yang lebih memilih untuk mengejar stranger tadi daripada nemenin Ryujin.
Masih bingung karena suasana, Ryujin dibikin kaget karena pundaknya dipegang dari belakang, doi menoleh, bertatapan langsung dengan Johnny yang entah kapan datangnya.
"Pulang, Mark nyariin."
"Tapi temen gue belum kesini."
"Dia udah gede, bisa pulang sendiri."
"Ada yang ngawasin gue lagi Kak, orangnya lari."
"Gue yang nyuruh dia buat lari."
==========
Jalanan yang gelap ngga memberhentikan langkah Jisung, kaki nya berpacu cepat mengejar target.
Semakin jauh dari keramaian dan area ski, Jisung ngga sadar bahwa dia udah terpancing jauh, masuk ke pemukiman, melewati gang gelap, dan akhirnya, sampai di tepi sungai besar, yang penerangan nya minim.
Nafas Jisung memburu, cape juga lari-larian tengah malem, badan nya terbungkuk, berusaha menormalkan nafas.
"Gue tau itu lo."
Orang yang Jisung kejar berdiri dua meter di depan, membelakangi Jisung, dia memakai jaket kulit dipadukan dengan jeans, lengkap dengan topi.
Lelaki itu, tanpa berbalik badan, berbicara ke Jisung, "Apa ngga malu, masih ngajak Ryujin buat jalan bareng gitu?"
"Gue tau, gue ngga pantes." Tanpa diduga, Jisung berlutut, kepalanya tertunduk. "Tapi gue mohon jangan bilang apapun ke dia tentang sisi buruk gue, kita udah akrab."
Lawan bicara Jisung berbalik badan. "Ngga gue kasih tau pun dia bakal tau sendiri. Lo ternyata dari dulu masih sama, ya? Ceroboh. Kalo mau nakal, liat dulu target lo kaya gimana, masa berurusan sama relasi detektif."
"Ngga Bang, gue tau berurusan sama siapa, dan Ryujin udah janji ke gue, dia ngga akan ngaduin gue ke detektif itu."
"Sayangnya otak detektif lebih cerdas dari otak kriminal kaya lo. Maaf, gue ngga bisa bantu apa-apa buat kedepanya kalo lo dalam masalah."
"Maksud lo?"
"Eksistensi kalian ngga bertahan lama lagi, karena lo masih tergabung, mau ngga mau karir lo juga bakal berhenti."
Jisung berdiri, menghampiri lawan bicaranya. "Bang, bantu gue buat kabur."
Lelaki itu menggeleng. "Dari dulu gue ajak, lo selalu nolak, dengan alasan dapet banyak bahagia di tempat itu. Sekarang, lo yang harus membayar dosa-dosa partner lo, apa ngga rugi?"
Kali ini, Jisung ngga ngejar lelaki itu lagi, membiarkanya pergi
Padahal beberapa bulan yang lalu, hubungan mereka baik-baik aja, lelaki itu masih banyak membantu Jisung, bodohnya Jisung yang memilih menjauhi lelaki itu, karena hasutan seseorang.
__________
Pun10 kawan, ternyata imajinasi bisa ngerubah apapun ya, tadinya author cuma suka sama unit Dream, lah kok sekarang makin demen sama Kak Johnny, nyesel aja kenapa ngga dari dulu ngebiasin :(
Ya dari dulu si di NCT127 suka sama Kak Jae juga, tapi keknya itu naluri semua cewe deh, bakal demen sama orang cakep.
Anw, author udah bikin sequel dari cerita ini, dan sequel nya lebih fokus ke genre detektif, tapi keknya nunggu ini kelar dulu baru publish.
®RYUD̷D̷ΛENG
YOU ARE READING
pseudo; ryujin
Teen Fiction[DINOVELKAN-TIDAK DIPASARKAN DI GRAMEDIA] Bukan alur romance, pemeran utama nya sibuk mengejar dan dikejar masalah, setiap chapter ngga akan berhasil menyelesaikan masalah itu. Ryujin, yang merangkap sebagai youtuber dengan subscriber hampir mengin...
[xiv] Regret
Start from the beginning
