Dia Pergi

68 11 10
                                    

Hari ujian tiba. Fuwa tampak serius mengerjakan seluruh soal ujian dan menjawabnya sebisa mungkin. Sesekali ia menoleh pada kursi tempat duduk Yaiba. Tidak ada keluhan seperti siswa lain yang sering menggaruk kepala karena pusing. Fuwa yakin dia bisa masuk 20 besar dan membuktikannya pada Yaiba.

30 November, seminggu ujian berturut-turut. Sungguh sangat melelahkan pikiran dan otak. Dan tiba di hari pengumuman hasil ujian.

1 Desember, tepat pagi-pagi sekali sekitar pukul 08:00, gerbang sekolah terbuka, pintu masuk ruang gedung sekolah juga telah terbuka. Sebuah papan pengumuman besar terpampang di dekat tangga. Kerumunan siswa dan siswi berbagai kelas memenuhi papan pengumuman.

“Fuwaaa!!” tiba-tiba dari kerumunan tersebut salah satu teman Fuwa memanggil namanya sambil melambaikan tangan untuk menyuruh Fuwa mendekat, sedangkan Fuwa sendiri enggan.

Karena tidak digubris, telunjuk teman itu mengarah pada salah satu nama yang terpampang pada barisan nama-nama murid kelas 3 yang berada di peringat nomer 19.

((19. Isamu Fuwa))

Melihat namanya sendiri membuat Fuwa tercengang. Ia membelalakkan matanya saking tidak percaya namanya sendiri berada di posisi itu.

“Hebat juga kau!” tiba-tiba kedua teman lain Fuwa datang langsung menepuk punggung.

“Tiba-tiba saja berada di peringkat itu, sungguh sangat hebat!!” Rei memuji.

Fuwa tiba-tiba saja berlari pergi meninggalkan kedua temannya itu. Dia terus berlari menaiki tangga tiga lantai penuh semangat. Tujuannya adalah tempat kelasnya sendiri. Tidak segan-segan dia membuka pintu geser kelasnya dengan sangat keras. Pikirnya, Fuwa ingin segera bertemu dengan Yaiba dan berpikir bahwa gadis itu berada di dalam kelas.

“Hoi, Yaiba.. aku berhasil lh-- heh?” belum ia menyombongkan diri, Fuwa tidak melihat sosok Yaiba di ruang kelas. “Dimana gadis itu?” Fuwa berlari pergi dan mencari sosok Yaiba di setiap sudut sekolah. Namun ia sama sekali tidak menemukan sosok Yaiba hari ini.

Fuwa sama sekali tidak bertemu dengan Yaiba hari ini. merasa pasrah, dia mencoba bertanya pada ketiga temannya itu.

“Yaiba?”

Fuwa menggangguk, “Hari ini aku sama sekali tidak melihatnya. Kupikir dia ada di dalam kelas tadi..” Fuwa mengaruk pipi kanan penuh kebingungan.

Fuwa menyadari keanehan sikap mereka yang seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

“Apa ada yang tidak kuketahui?” langsung saja Fuwa melontarkan kecurigaannya.

“Kau tidak tahu?”

“Apa?”

Keiji, Rei dan Shin saling pandang satu sama lainnya. Lalu memantapkan diri untuk mengucapkan sebuah rahasia yang sama sekali tidak diketahui oleh Fuwa.

Keiji memajukan diri mendekati Fuwa dengan berniat dirinya lah yang memberi tahu.

“Yaiba.. sudah tidak ada,”

“Hah?!”

**

“Hei!! Apa yang kau ucapkan itu!?” tanpa berpikir panjang, Fuwa langsung menarik kencang kerah Keiji.

“Tenanglah,” Keiji berusaha melepaskan tangan Fuwa dari kerah baju.

Bukannya tenang, Fuwa semakin menarik kencang diikuti sedikit goncangan pada tubuh Keiji, “Bagaimana bisa tenang dengan ucapanmu itu?! Apa yang kau maksud tadi?”

“Tidak, bukan dalam arti meninggal..” Shin mencoba menjelaskan kesalahpahaman itu.

“Haaa!!” Fuwa membuka lebar mulutnya.

Rei bergegas membantu untuk melepaskan genggaman Fuwa yang semakin mencekik leher Keiji, “Dengarkan kami dulu,” 

“Yaiba telah pergi,” Keiji semakin memperkeruh suasana.

“Sudah kubilang.. jangan menggunakan perkataan yang ambigu seperti itu!!” Fuwa semakin menggoncangkan tubuh Keiji berbarengan dengan Rei.

“Pergi yang kami maksud, dia sudah lulus dari sekolah ini,” akhirnya Shin dapat menyusun kalimat yang benar untuk dapat dicerna otak gorila macam Fuwa.

“Lulus?” seketika Fuwa melepas kerah Keiji hingga membuatnya terjatuh.

“Iya, sebelum memasuki semester baru, dia pernah bilang akan menempuh masa kelas 3 hanya dengan 6 bulan,” ucap Shin panjang lebar.

Rei memapah Keiji yang terjatuh kesakitan.

“Dia bilang telah ditawari melanjutkan kuliah dengan beasiswa jalur undangan,” sambung Rei.

“Kau tahu aww..” Keiji menahan bokong yang sakit terjatuh, sembari melanjutkan perkataannya, “Dia kan semenjak kelas 1 peringkatnya teratas terus, maka dari itu dia diperbolehkan melalui jalur khusus fast track dengan menempuh masa pendidikan tahun ketiga hanya 6 bulan saja. Kepala sekolah sendiri lho yang bilang begitu,”

Fuwa mengernyitkan dahi, “Aku tidak pernah mendengar hal itu..” lalu ia bergumam dalam hati, “Apalagi darinya,”

Ketiga teman Fuwa saling pandang, “Bohong?” hingga akhirnya mengucapkan satu kata secara bersamaan.

“Kupikir Yaiba memberitahumu saat dia mengajarimu,” ucap Rei terkejut.

Shin mengingat-ingat di hari kala Yaiba dan Kepala Sekolah mengucapkan hal itu, “Ah.. waktu itu kau juga tidak masuk kan di hari pertama sekolah,” tunjuk Shin pada Fuwa yang akhirnya ingat dengan hari pertama Fuwa tidak masuk karena demam.

“Kami berniat memberitahumu, tapi kami pikir Yaiba sendiri akan memberitahumu soal beasiswa itu,” ucap Keiji dengan sedikit perasaan menyesal.

Fuwa kebingungan. Dia menggeleng-gelengkan kepala seraya tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh ketiga temannya saat ini.

“Karena itu... dia mau mengajariku? Alasannya? Kenapa?”

Tak kuasa menahan seluruh kenyataan itu, Fuwa memilih pergi menjauh dari hadapan Keiji, Rei dan Shin.

“Kau ingin menjauh lagi dariku.. seperti waktu itu? Yaiba?!” pikiran Fuwa tidak fokus, ia terus menerus mengingat masa lalunya dengan Yaiba.

Ketika Fuwa berlari menuruni anak tangga secara tidak sengaja kedua kakinya tidak sinkron bergerak hingga membuatnya tersandung. Tubuhnya berguling jatuh menuruni abak tangga sampai kepalanya terbentur tembok di depan tangga. Efek benturan itu menyebabkan sakit yang hebat di kepala tenggorak Fuwa karena pukulan baseball preman tempo hari belum sembuh total. Perlahan pandangan Fuwa kembali buram dan ia kehilangan kesadaran.



Bersambung

_______________________________________
A/N

Yahooo.. Sudah capai 5 chap nih
Untuk para pembaca, terima kasih sudah mau mampir sekedar baca fanfict ini.

Sampai saya menulis ini, bulan puasa pun juga sudah ditempuh setengah bulan, tak terasa ya //yeeauthorcurcol

Oke, kita bakal lanjut ke masa lalu Fuwa dan Yaiba..

Stay read~

What Your Life ForWhere stories live. Discover now