Menemukan Mimpi

63 7 7
                                    

Yaiba terkejut bukan kepalang, tangan kanan memegang ponsel bergemetar kala melihat sosok yang tak ia duga datang berada di hadapannya saat ini. “Fuwa?” bisik Yaiba melongo.

Ia menatap baik-baik sosok Fuwa yang berdiri kokoh menghadang laju mobil Amatsu. Terlihat sangat jelas tatapannya menatap langsung kepada wanita dalam mobil itu. Sekejap, Yaiba mengigit bibir bawahnya.

“APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH!!” teriak Yaiba dari ponsel Fuwa. Ketika tangan kiri Yaiba berusaha membuka seat belt mobil, Amatsu menahannya dan semakin mengencangkan sabuk Yaiba supaya tidak dapat terbuka.

“Ya ampun, manusia yang merepotkan saja. Yua, kau tunggu saja disini,” Amatsu membuka sabuk dan pintu mobil, keluar untuk menemui Fuwa. Sedangkan Yaiba terikat sabuk mobil dan berusaha untuk melonggarkannya.

Yaiba panik, dia semakin bergetar memegang ponselnya, “Fuwa, cepatlah pergi! Kau bodoh, hah?! Untuk apa kau kesini?!”

“Tentu saja!”

“Serangga tetaplah serangga. Mengganggu setiap waktu namun pergi ketika diusir. Hmm, kurasa tidak. Terkhusus untukmu.. aku sebut saja kau sebagai anjing liar penggangu,”

“Berisik!” Fuwa berlari mendekati Amatsu sambil mengencangkan kepalan tangan untuk dilesakkan tepat di wajah.

Secara mengejutkan, Amatsu dapat menghindari serangan tersebut. Melihat kesempatan menyerang, kepalan Amatsu memukul keras bagian pinggang Fuwa.

Fuwa meringis kesakitan, namun ia menahannya dan terus melesakkan serangan demi serangan. Tidak ada satupun yang mengenai bagian tubuh Amatsu.

Yaiba sungguh khawatir melihat pertengkaran diantara mereka berdua. Tangannya masih memegang ponsel dan terdengar jelas suara percakapan dari Fuwa dengan Amatsu. Yaiba melihat jelas Fuwa kewalahan terjatuh bangun melawan Amatsu.

“Yaiba!! Apa kau mendengarku?!” ucap Fuwa di telepon yang sedang Yaiba genggam. “Kau masih kebingungan, kan?” tanya kembali Fuwa kepada Yaiba.

Gadis ini tidak bisa menyembunyikannya lagi. Terlihat dari kedua pupil mata Yaiba bergerak terus menandakan dirinya dilanda kebimbangan yang teramat besar.

“He, Kau.. masih tidak berubah semenjak dua tahun lalu. Tidak satupun darimu yang berubah!!” Fuwa sedikit terkekeh.

“Fuwa.. sudah cukup hentikan. Pergi dari sini!”

“Sudah selesai?” Amatsu sekali lagi memprovokasi Fuwa.

“Belum!!” Fuwa berusaha berdiri. Ia masih melancarkan pukulan dengan sembarang arah.

“Aku.. belum.. selesai denganmu.. YAIBA!!”

“Apanya? Apanya yang belum selesai? Sudah selesai kan. Kau sendiri yang mengatakannya?!!” Yaiba mengepalkan tangannya yang tidak memegang ponsel.

“Waktu itu.. aku bingung. Apa yang harus kulakukan? Untuk kedepannya apa yang ingin kulakukan? Tapi saat ini, aku tidak kebingungan lagi!” Fuwa menghempaskan kaki hingga debu-debu tanah bertebaran dan mengenai mata Amatsu.

“Aku yang sekarang punya mimpi!!” melihat kesempatan, Fuwa melesakkan tinju tepat mengenai wajah Amatsu hingga terpental 50 cm dari posisi Fuwa.

“Mimpi?”

“Hah.. hh.. kau juga punya, kan? Mimpi.. mimpi dari alasanmu hidup sampai saat ini?”

“Aku...”

“Jawab Yaiba!! Apa kau mau hidup dengan penuh kebohongan dari perbuatan orang brengsek ini!?” Fuwa mendekatkan mendekatkan wajahnya ke ponsel.

What Your Life ForWhere stories live. Discover now