1.2

108 24 26
                                    

"Kau yakin, akan melakukan ini?"

Wonwoo adalah makhluk paling cerewet yang pernah kutemui. Oke, orang lain menilainya sebagai pria berhati es, apalagi senyumannya yang mahal itu. Namun tidak denganku, dia bersikap sebagai seorang ibu yang selalu mengkhawatirkan anaknya. Lihat saja, sedari tadi ia menanyakan hal yang sama berulang kali untuk membuat rencanaku batal.

"Diam dan lakukan tugasmu, Bulu Babi!"

Berdasarkan penyelidikan Wonwoo, perusahaan pencipta Occi-game akan melelangkan game tersebut kepada dua orang kaya secara diam-diam. Karenanya, aku masuk kedalam perusahaan itu. Tentu dengan penyamaran yang kulakukan dengan seragam cleaning service.

Kini aku sedang berpura-pura mengelap kaca yang memisahkan ruang divisi perencanaan dengan ruang milik kepala divisi tersebut tepat di lantai 9. Jelas aku memilih tempat ini untuk memantau koridor yang mengarah langsung dari lift sampai ke ruang rapat. Tidak menutup kemungkinan pelelangan itu akan diselenggarakan di ruang tersebut.

Benar dugaanku, tak lama beberapa orang berstelan tuxedo mahal melewati koridor dan masuk ke dalam ruang rapat. Segera aku langsung menekan alat pendengar yang sudah terpasang ditelingaku untuk berkomunikasi dengan Wonwoo.

"Mereka sudah masuk, kau sudah meretas CCTv-nya, 'kan?"

"Done!"

"Bagus, lakukan tugasmu dengan benar, rekam semua yang diucapkan mereka. Jangan sampai tertinggal satu kata pun!"

"Shit! Lee Jihoon! Aku ini seniormu, bodoh! Bersikaplah-"

Ck! Berisik sekali. Bahkan nilai kelulusannya berada jauh dibawahku tapi ia selalu menyombongkan diri dengan senioritasnya. Awas saja kalau ia tidak mendapatkan apa yang kumau.

Aku memposisikan diri untuk lebih dekat dengan ruangan itu. Berpura-pura mengepel lantai. Bodohnya, aku baru sadar jika ruang rapat pasti menggunakan bahan kedap suara.

"Hei Jihoon!"

Jantungku rasanya meronta keluar ketika seseorang menegurku. Tunggu, tidak ada siapapun di sini. Sudah satu jam lebih aku memantau koridor ini, hanya anggota pelelangan itu yang lewat. Duh, bulu kudukku berdiri. Semakin mengerikan ketika aku mengingat fakta sudah sepuluh tahun gedung ini tidak digunakan.

"Lee Jihoon!"

Aish sial! Gendang telingaku sepertinya koyak. Wonwoo bodoh, ternyata dia yang memanggilku.

"Bisa santai tidak?" kataku berapi-api.

"Mereka akan keluar, jangan didepan pintu!"

Keningku mengkerut, kenapa Wonwoo bisa tahu aku berada disini?

"Jangan toleh-toleh! Kau bisa dicurigai. Aku meretas CCTv didepan ruang rapat, berbaliklah dan tersenyum kepadaku!"

Aku menatap tajam kearah CCTv kecil yang terletak disudut. Pria itu selalu saja bertindak lebih, aku hanya menyuruhnya untuk meretas CCTv ruang rapat, dia bertindak bodoh dan meretas CCTv lain.

"Aku minta bayaranku, Jihoon-ah!"

Mendengar kenop pintu itu diputar, segera aku tidak menggubris kebodohan Wonwoo dan bersembunyi di vas besar sebelah pintu.

Setelah benar-benar memastikan mereka pergi, lekas aku keluar dari persembunyian. Berjalan cepat keluar dari gedung itu, ingin kembali ke kantor untuk memastikan hasil pekerjaan Wonwoo.

Namun hal buruk mulai menguasai pikiranku, aku merasa belum puas jika pulang terlalu cepat. Seperti ada sesuatu yang tertinggal.

Aku memutuskan untuk memutar langkah kembali masuk kedalam lift. Menunggu pintu lift terbuka di lantai yang aku tuju. Ahh, lama sekali, lift ini seperti berjalan dalam mode lambat. Tunggu, lift ini ... berhenti diantara lantai 6 dan lantai 7. Aku menekan tombol darurat untuk meminta bantuan. Tidak ada jawaban, ini aneh. Aku beralih pada alat pendengarku, Wonwoo pasti bisa meretas mesin lift ini. Namun setelah beberapa menit sama sekali tidak ada jawaban. Sial, kenapa ini harus terjadi padaku.

Sudah lima belas menit lebih aku berdiri disini. Pengap, untuk pertama kalinya aku merindukan aroma bunga lavender di ruang kerja Wonwoo. Biasanya aku akan melayangkan protes karena ruangannya lebih pantas disebut makam para pahlawan.

Tunggu, lift nya bergerak lagi. Eh? Tidak! Ini tidak naik! Lift-nya malah turun. Kenapa jadi seperti ini? Jelas - jelas aku menekan tombol nomor 9 tadi. Woah, lift berhenti tepat di lantai dasar, tidak, ini basement!

Pintunya terbuka, aku bersyukur, karena selepas ini aku akan benar-benar pergi dari gedung aneh ini. Baru saja aku menghirup napas kebebasan, mataku malah dimanjakan dengan ruangan yang gelap didepan sana. Tidak ada pencahayaan apapun, ini benar - benar aneh.

Tidak mau mengambil risiko lebih besar lagi, aku menekan tombol untuk menuju lantai dasar, tapi pintunya tak kunjung tertutup. Apa lagi ini?

Ah, mungkin aku bisa mencoba keluar dari lift, siapa tahu basement ini terhubung dengan halaman gedung.

Tidak, ini benar-benar gelap, aku tidak melihat apapun. Sekelebat pikiran liarku menampilkan makhluk-makhluk menakutkan yang mungkin saja akan menerkamku. Oh ibu, aku yakin kau juga sudah menjadi makhluk halus! Lindungilah putramu yang rupawan ini!

Tunggu, ada sesuatu disana, sebuah komputer yang menyala dan ... lilin kecil sebagai penerangan? Siapa yang bekerja di basement gelap seperti ini. Aku tidak peduli, siapapun itu tidak penting, asalkan bisa membuatku keluar dari sini. Aku terus mendekat. Tersenyum tipis ketika mendapati seorang yang duduk disana.

Menyipitkan mata untuk memperjelas pandanganku. Tunggu, kenapa separuh wajahnya seperti susunan kabel, dan apa itu di kakinya? Darah? Rambutnya seperti susunan kawat. Wah, sepertinya keputusanku salah untuk mendekatinya.

Makhluk itu berdiri menatapku sambil tersenyum dengan bibirnya yang dijahit.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OCCIDENDOOM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang