1.0

196 28 13
                                    

Seoul, 200X

"Noona! Aku pulang!"

Hening. Aku masuk lebih dalam lagi.

Tetap tidak ada siapapun. Hanya televisi yang dibiarkan menyala menampilkan iklan sebuah aplikasi game baru.

Aku tetap berpikir positif, mungkin saja kakakku melakukan kencan buta atau menghabiskan waktu untuk bermain game di warnet.

Eits, jangan heran. Walaupun aku baru saja berumur sepuluh tahun, aku paham betul apapun yang dilakuan orang dewasa di luar sana. Kakak perempuanku memang sering sekali melakukan kencan buta dengan lelaki yang ia kenal lewat aplikasi dan bermain game sebagai penghasilan utamanya. Lupakan, paling nanti ia pulang membawa junk food kesukaanku.

Selama beberapa jam duduk di ruang tengah dengan tangan yang terus menekan tombol remote televisi, kakakku masih belum menunjukkan batang hidungnya. Ahh, aku sudah lapar sekali. Ia tidak pernah mengabaikan jam makan siangku, tapi kali ini? Kalau saja ibu dan ayah masih hidup, mereka tidak segan untuk membuatnya terkapar di gudang.

"...Kantor Polisi Seoul ramai kedatangan orang tua yang kehilangan anaknya...."

"...Saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang menghilangnya anak - anak dan remaja...."

Menonton berita itu bukan gayaku. Namun entah kenapa sekarang aku tertarik untuk singgah di kanal itu sebentar. Bebeda dari topik sebelum-sebelumnya yang membahas tentang kerusuhan politik, aksi demonstrasi, statistika ekonomi, atau permasalahan lain yang dihadapi negara ini. Sekarang malah membahas orang hilang, pasti penculikan.

Huft, untung saja aku termasuk anak anti sosial, pulang sekolah langsung ke rumah, tidak mampir atau mengerjakan tugas kelompok, karena akulah yang akan mengerjakannya sendiri. Jadi tidak ada alasan untukku diculik.

Ah, aku tidak ingin berpikir lagi, membuat kepalaku sakit. Lebih baik aku mencari sesuatu untuk mengisi perutku.

Aku meniti tangga untuk membawa langkahku menuju kamar kakak. Siapa tahu aku menemukan selembar uang untuk kutukar dengan makanan.

Kuputar kenop pintu bercat putih itu. Masuk lebih dalam lagi kemudian menggeledah laci, almari, ranjang, dan tas kesayangannya. Wah, bagaimana kakakku bisa mendapatkan uang sebanyak ini hanya dengan duduk dan bersenang - senang bersama game kesukaannya? Dia benar - benar hebat.

Sebelum aku benar - benar keluar setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku mampir sebentar ke ruang kerja kakak yang terbagi di dalam kamarnya. Tidak ada apapun yang dapat aku temukan, kecuali ponsel pintar yang menampilkan sebuah beranda game.

"Occi-game?"

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OCCIDENDOOM✅Where stories live. Discover now