duapuluhsatu: mau.

1.4K 330 114
                                    

mau ketemu?

“mau.”

si pemuda di sebrang terkekeh, “udah di depan.” katanya membuatku membelakkan mata. pukul delapan malam waktu kulihat, gila!

buru-buru kubungkus tubuh dengan sepotong pakaian tebal. karena adanya sayup-sayup kudengar gerimis sebentar, lalu tak lama membuka pintu. apa yang kulihat membuatku kesal setengah mampus, mana?

di depan rumahku, lah. tunggu ya.

pip.

belum sempat kuumpat beberapa kata manis, si pemuda gereja itu lekas mematikan panggilan. sudah seperti hafal betul seluk belukku yang selalu ingin mengumpat akhir-akhir ini.

aku menghembuskan nafas, melakukan aktivitas yang sudah sering aku lakukan akhir-akhir ini. menatap sibuk. namun kali ini si objek bukan makhluk hidup, hanya sepoi angin diselingi rinai hujan di malam temaram.

aku mengeratkan jaket, mengetik kalimat permintaan di atas gawai. kak mark, sekaleng fanta kayanya enak.

lalu mematikan, menaruh itu ke dalam saku jaket. bangkit, aku menaruh tangan dibasuh air tuhan. dingin, bandung ditaruh dibawah tetesan air kulkas, kayanya. he he, bercanda.

tak lama aku berdiri, pintu di sebelah terbuka. aku tahu karena suaranya amat ribut. si empu merenggangkan badan, menggunakan kaos dan sebatas celana dengkul. menguap, mengambil alih atensiku.

ini tidak asing.

ditambah biru mudanya yang berantakan. kayanya kak mark memiliki bakat dewa cinta. he he.

aku kembali duduk, memperhatikan diam di bangku kayu. sampai ia menoleh pula, tertegun sebentar. bibirnya melengkung. hebat, efeknya membuat senyumku juga muncul. “ngapain?”

“menatap sibuk.”

ia terkekeh geli. sarayu berhembus dengan tak sabaran, bertabrakan dengan wajahku juga surai biru muda tebal milik si agustus. “kamu inget?”

“selalu.”

kali ini aku yang terkekeh, ah ucapanku sudah benar-benar seperti manusia paling jatuh cinta. yang tahu setiap detail kesukaan si tuan pemikat hati. kak jaemin kembali menatap hujan yang lama-lama mereda, lampu-lampu jalan yang kian lama makin terang, pun genangan air yang ditabrak rusuh pengendara.

maniknya yang sehitam jelaga, kini berkabut dan sedikit redup. dan juga tingkahnya memang yang paling tak bisa diduga.

lihatlah tangannya yang terjulur dan menampung tetesan air hujan, dibasuh ke wajah yang masih kering dan kelewat datar. kak jaemin tersenyum, aku cuma melongo. ya tuhan yesus, apa air di kostnya sudah habis?

“kak yaampun,” kataku reflek.

ia menoleh, “seger! mau coba?” katanya, menampung air lagi dan memperhatikanku.

aku terkekeh, dan menggeleng. ia merapat pada dinding yang menjarak kita. “sini,”

berat hati aku berdiri, mendekatkan diri dengan tubuh menjulangnya. ia menampung air dan makin mendekatkan tampungan air itu padaku, aku menutup mata. eh?

“heh?” ia memperhatikan, aku membuka wajah. “oh kamu mau aku yang bilas wajahmu?”

aduh, malu!

kukira memang begitu, akhirnya gelengan kikuk kukeluarkan. reflek saja menaruh tangan dibawah telapak tangan kak jaemin. si agustus tertawa kecil, menaruh tampungan airnya pada tanganku. tak lama kubasuh wajah dengan air hujan.

“gimana?”

“iya seger,” kataku. “untung belum skincare-an!”

“kalaupun udah, aku yakin kamu bakalan relain wajahmu yang manis itu demi segenggam air tuhan dari telapak tanganku, nami.”

susah sekali waktu itu kutelan ludah, menatap ragu kak jaemin yang menatapku lekat. tak berani berkata apapun lagi, selain memperhatikan rautnya yang tegas. dan biru mudanya yang ia sapu ke belakang, setengah basah terkena air tuhan.

bumi pasundan, kau selipkan ramuan mengesankan di dalam komponen air hujanmu kali ini ya? setelah melihat kak jaemin sedekat ini, cuma kalimat pujian dalam benakku. atma yang ada di sebelahku ini, luar biasa membuatku merindu.

ah tidak apa, semua rindu yang sudah kutabung telah melaksanakan anjangsana. senang sekali mengetahui kalau kita bertemu.

walau hatinya memang bukan untukku.

“ngapain kamu malam malam begini malah keluar?” katanya, suaranya didominasi serak.

aku jadi teringat kembali apa yang dikatakan kak haechan dengan sebuah gambarnya. gambar instastory kak jaemin itu, aduh, kurasa aku salah tingkah sekarang.

“tunggu orang.”

dia mengangguk, “kak mark?”

“kok tau?”

dia terkekeh dan mengangkat bahu, “nggak tau. nebak. dan ternyata bener, saya keliru waktu itu.”

“tentang apa?”

“tentang kamu yang cuma iseng di komentar kak mark?” dia menoleh, aku malu sekali mengingat bagaimana kak jaemin yang membalas komentarku. “ternyata naksir.”

si biru kembali menatap luruhan tangis bumi, aku menatap. “sekarang kayanya nggak.”

“bukannya deket? kenapa?”

karena kamu.

“nggak tau deh, perasaan kan emang suka bercanda.”

temaram malam itu, aku bisa merasakan hujan yang mereda disusul dengan terangnya si bulan. menatap gugusan bintang gemintang, dan perasaan penuh kejut. hatiku tak berhenti dengan keras berdenyut.

ditambah dengan kaos hitamnya yang kontras sekali bertabrakan dengan kalung milik kak jaemin. berbentuk dua garis, yang satu horizontal, satunya lagi vertikal. entah benar atau salah, tapi aku tersenyum.

mungkin salah lihat.
























•••

teman-teman, aku belum ucap selamat lebaran disini! minal aidzin semuanya, maaf bila ada salah kata atau buat kalian sakit hati ya? aku sayang kalian sangat sangat!! <33

nabastala, jaemin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang