keempat: hari pertama puasa.

2.6K 500 111
                                    

jam empat waktu nana lihat jam di dinding dasar ruang keluarga. si mba masuk ke rumah, peluh dimana-mana. sedikit terengah, gadis kelahiran sembilan enam itu menatap adiknya setengah melotot.

membuat namira ikut melotot.

“NA!”

“apa?!”

“abis dikejar-kejar anjing! astaga, cepet banget larinya. mana rame banget di depan komplek aaaa malu banget!” lapor mba soraya yang mengambil duduk di sofa.

adiknya terpingkal, mata berbentuk sabit itu muncul. menertawakan si mba, “mba! sumpah, segitu gabutnya sampe gangguin anjing segala? mana nih mba soraya yang dulu suka mau pelihara anjing. masa takut.”

“na pikir aja! itu gatau anjing siapa gede banget buset. mba suka anjing tapi nggak yang serem kaya begitu juga ya!”

nana cuma ngedengerin mbanya itu sekilas. lanjut nonton tv di hadapannya, gak sengaja ngeliat instastorynya kak haechan. isinya ada roomchat kak jaemin yang direname bulol sambil ngobrolin mba mantan. siapa lupa, kak lia ya?

ting!

kak jaemin
ngabuburit yuuuu (1)

HAAAAH.

kak jaemin

takut gak dibolehin mama.. |
16.19

| kalo gitu gue aja yang
minta ijin. bentar doang kok
16.19

eh?! jangan bilang kalo———

tok tok tok.

“buka pintu dek, ada tamu.”

———kak jaemin bakal kesini.

aduh! mati! aku buru-buru kabur ke pintu depan sambil benerin letak baju yang berantakan karena abis leha-leha di sofa daritadi. lalu ngebuka pintunya.

“lama banget dek,” LAH MAMA. aku auto malu. aku kira kak jaemin, soalnya kemarin dia yang udah anter aku pulang. akhirnya mama masuk, “kenapa lesu begitu ngeliat mama?”

“nggak apa-apa.”

“itu lho di depan ada kakak kelasmu, bener emang? rambutnya biru mama takutnya preman pasar,” ucap mama menaruh belanjaan di atas meja makan.

biru... ADUH.

“bilang apa ma?”

bohong kalau kubilang aku nggak gugup. tanganku penuh peluh, ditambah degup jantung yang kelewat serius. serius banget deg-deg-annya! enam belas tahun, dan ini pertama kali kakak kelas atau cowok tanpa hubungan jelas ke rumah. masalahnya, ini ke rumah mama! minta ijin segala lagi, kok dia gak takut.

“gini, tante anak bungsunya ada? titip salam ada kakak kelasnya yang rambut biru mau ketemu. boleh gak tan? mama kaget kan, jadi mama iyain aja. waduh si bungsu, calonnya ternyata ganteng. gendeng kamu.”

.....calon apanya. aku buru-buru ke kamar, ambil hoodie beserta hp yang tadi lagi di cas. “pake masker!” oh iya, masker juga. kemudian keluar.

bener aja, si biru muda lagi jongkok depan pager. bermodal celana pendek, kaos hitam dan masker, kak jaemin tetep aja keliatan beda. biru muda andalannya itu, kelihatan selalu bersinar.

“kak,” kusapa dia lebih dulu. “beneran?!”

walau bibirnya tertutup masker, aku tahu dia sedang tertawa. matanya melengkung, pipinya naik. tak lama ia berdiri, kelihatanlah perbedaan tinggi badan yang luar biasa kontras. entah bagaimana si pemimpin pasukan futsal ini bisa tumbuh dengan segini tingginya.

“ya bener dong, ayo jalan-jalan, pake jarak 1 meter,” katanya.

aku hanya mengangguk, membiarkan dia jalan lebih dulu. aku jadi gak heran sama kak jaemin yang temennya dimana-mana, wong gampang banget buat bersosialisasi sama dia? buktinya ini, aku.

sore ini jogjakarta penuh, walau tidak sepenuh bulan ramadhan biasanya, tapi tetap saja suasana ngabuburitnya sangat amat kental. malioboro apalagi, sibuk sekali mengemas beribu gorengan serta kolek.

“suka kolek atau apa?” tanya kak jaemin, tetap berjalan dan tidak menoleh. aku menatap jejeran makanan buka puasa.

“mau es pisang ijo, ada gak sih...”

tidak ada jawaban, tapi kak jaemin terus berlalu. lihatlah nabastala, birumu diganti jingga kelabu. hanya kak jaemin yang biru. ternyata kesini, ke salah satu kedai es pisang ijo. senyumku merekah, ia masuk lebih dulu. akhirnya kita sebelahan.

kelihatanlah biru mudanya tanpa cahaya, hanya sebatas biru sedikit ungu tak berdaya.

tapi tetap, aku menyukai bagaimana rambutnya melayang. akan halus sekali jika diusak, pasti. tapi sayang sayang seribu sayang, dia terlalu tinggi untuk digapai angan abstrak.

“ngelamun terus, mau satu atau seratus?”

“seratus! eh, satu maksudku!”

giginya terlihat, manis sekali dipandang mata. ah aku berpikir apa?! segera kuenyahkan pikiran melenceng, tanpa sadar pipiku memerah. nabastala, ambil seluruh merah di pipiku, bawa ia melayang bersama garismu. malu. meski tertutup masker, maluku dilipat seribu.

“sini sini,” ajaknya.

aku hanya mengikuti kala pesanan es pisang ijo milik kita selesai dikemas. ternyata mengajak menatap langit, kian lama makin banyak pula penjejak di malioboro ini. amat sibuk bila kulihat.

“ngapain kak?”

“ini namanya menatap sibuk,” katanya dengan maksud entah apa, memamerkan lengkung manis yang tak ditutup kain. “hidup sesibuk ini, namira. setiap detik dan setiap langkah, setiap tangis dan setiap pisah. coba liat, yang kemarin malas-malasan buat pulang ke rumah sekarang lagi asik menggendong sebungkus es pisang ijo. karena apa, coba? pemuda agustus ini lah jawabannya!”

selain indah, kak jaemin itu...

selalu luar biasa membingungkannya.








•••

aku udah nambahin playslist
di episode pertama, ya!

nabastala, jaemin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang