ketujuh: seminggu.

1.9K 393 61
                                    

sudah seminggu.

artinya, sudah seminggu bulan ramadhan berlalu. dan seminggu pas, namira menabung rindu. cia ilah! biasanya juga gak bertemu.

dan seminggu juga, mama selalu meledek. kala subuh atau menjelang buka, pertanyaannya sama, kamu gak keluar sama si biru?

mama, memangnya aku siapa? dan dia siapaku? hubungan kita apa?

banyak yang bisa aku timpali, perkara pertanyaan mama. banyak juga alasan yang bisa kuberi kepada kak jaemin, jika aku ingin sekedar bertatap muka. bahkan kalau bertegur sapa, aku mau banget! he he he, aku bercanda.

“kalau kangen, ya bilang aja. andaikata hubungan belum jelas, memang rindumu jelas? memang perasaan datang dengan alasan yang jelas? nggak. buruan, mba gak suka liat kamu murung. kaya burung tekukur.”

“mba...”

sebenarnya, mba berniat menghibur, tapi dengan gayanya sendiri. sekaligus mengolok. dan.. mengenai perasaan. ada banyak ragu di dalam, ada banyak kata-kata pengantar degup jantung. faktanya membuat tertegun. seikat rasa dan lekuk-lekuk jemari itu menjelaskan, kalau aku sudah jatuh.

nggak aneh, sih, karena kak jaemin juga sudah menjadi tokoh utama di cerita banyak orang, bukan? sudah menjadi pemuda alunan melodi cinta, sudah menjadi alasan bangun tiap hari banyak pasang mata. sudah menjadi raja dalam istana asmaraloka milik banyak puan.

jogjakarta, kalau memang seandainya kak jaemin sudah memiliki tujuan jelasnya. tolong bisikkan namanya, tarik aku pergi jauh dari kisahnya. karena jika sudah memendam, bukan semudah itu untuk diredam.

dan, he he, kalau seandainya. seandainya, puan biru mudamu itu aku, berjalanlah pelan-pelan. karena sedikit banyak, seribu degup jantungku, bisa keluar dalam hitungan detik. lemah, aku ini cuma pujangga cinta tengik tanpa kisah menarik. tapi, harap-harap itu muncul, selalu, tuan jagat raya.

“kalau seandainya, kak jaemin punya gebetan, aku tinggal mundur aja, kan mba?”

mba soraya melirik, “yang mba gak suka dari kamu, pesimis. yang namanya naksir seseorang, harus berpondasi percaya diri! yuk semangat.”

benar, mba soraya sudah tahu semua mengenai perasaanku. yang paling tahu, yang lebih dulu.

“kalau begitu, kayanya tahu isi di depan bakal aku bawa sehabis maghrib nanti.”

nabastala

kak jaeeeeemin |
15.28

| dalem, namira
| naha?
15.29

bener-bener blasteran
sunda-jawa :D |
gorengan depan sore ini, mau? |
15.29

| waduh gimana ya?
| ijinin ke bunda, gimana?
15.29

eh.. |
15.29

| HAHA bercanda!
| ayo, ketemu di depan
rumahmu satu jam lagi
15.29

okay! |
15.29

malioboro, mari jadi saksi kisah kasihku bersama si biru. siapkan sebelas gorengan dan dua gelas es teh manis jangan lupa, ya!













biru mudamu itu, selalu saja membuatku menatap terpana, ya? kamu beri bumbu menarik apa sih? garam? gula? atau malah banyak-banyak msg agar aku selalu mabuk? selalu candu untuk dijadikan objek tatapan?

“ngelamun lagi?”

“eh?” aku tersadar. ah tuhan, kenapa bisa kelepasan menatap biru mudanya kak jaemin terus menerus!

kak jaemin menyengir. di bawah maskernya itu, aku tahu. tentu dari lengkungan sepasang netra hitam bercampur abu itu.

“nggak maaf maaf,” cercahku memecah hening antara kita berdua. “hari ini kak jaemin mau buka puasa pake apa?”

garisnya melengkung lagi, senyum teduh itu terlihat sekelebat di pikiran. “aku gak puasa, hehe.”

“oh? eh oke deh, tumben. jadi, apa kita makan diem-diem aja di belakang? sepi tuh,” kataku. dia tertawa sekarang, suara tawanya mendayu merdu.

“boleh!”

jadilah kami memborong sebelas gorengan, pun dua gelas es teh manis segar sore itu. benar kan? sudah biasa seperti ini soalnya. persis seperti ini takarannya.

jingga kala itu, kami menjejak di malioboro setelah satu minggu penuh menabung rindu. eh, maksudku hanya aku. gimana kak jaemin, gak ada yang tahu, kan? iya, biar cuma kak jaemin dan pemilik jagat raya yang tahu.

semilir angin berhembus, kami dimakan alunan jogja yang kala itu ramai. rusuh, menjemput angka enam, jogjakarta padat. takjil-takjil mulai habis, dan kami disini. duduk di atas ayunan bunyi tua dengan kakiku yang menggantung. punya kak jaemin enggak, terlalu panjang.

“eh kak jaemin, kayanya kakak sekarang pake saya juga ya?” ucapku, menyedot es teh di sana. melirik kanan kiri, cemas disergap warga. masih puasa, ey.

“awas ketauan,” ucap kak jaemin dengan senyum tipis. “iya. seru juga.”

“kaget saya. ternyata kak jaemin bisa pake bahasa formal.”

“emangnya saya kalau sama guru pake lu-gua?” katanya tertawa, menghasil suara tawa milikku. “lagian, kamu lebih nyaman pake apa? lu-gua, saya-kamu, atau aku-kamu?”

“eh?”

diri ini menoleh, minyak pasti menempel disekitar bibir. rambutku terbang sejalan dengan si bayu yang kian lama malah makin besar. “bebas kak, saya nyaman sama yang mana aja. di rumah pake aku-kamu, sama temen lu-gua, sama kakak kelas pake saya-kamu.”

“kamu sering ngobrol sama kakak kelas dong?”

aku mengangguk, suraiku masih terbang, karena waktu itu dibiarkan tidak terikat. “sama kak mark.. dan kakak juga! sering.”

“lebih sering sama saya atau kak mark?”

“mana, ya? kayanya kak jaemin. saya gak berani ngobrol sama kak mark,” aku menoreh senyum getir, menatap ujung kaki. membuat si biru muda sepenuhnya menatap, penasaran (sepertinya begitu, karena kulihat dengan ujung mata).

“oooh. kak mark gak seru, kan?”

“heh?”

“iyalah!” ujar kak jaemin, terkekeh dan menatap garis jingga. “seruan saya, bener?”

“karena saya lagi sama kak jaemin, saya benerin deh.”

“heh? begitu?” si agustus mengayun, tawanya mendayu. “kalau gitu, besok-besok, saya ubah persepsi kamu. kalau ditanya sama yang lain tentang lebih seru saya atau kak mark. kamu bakal jawab lebih seru saya tanpa ragu, ingetin, ya?”










———

TEMEN TEMEN AKU BOLEH
MISUH, NGGAK? sumpah
huhu kaya kesurupan nontonin
nct dream yatuhan 🤧💖

mereka keceee banget!
kalian paling suka part siapa?

punyaku bagian jaemin yang
tiba-tiba, "let's roll."
MAMAAAAAAAAAAAAA!!

nabastala, jaemin.Where stories live. Discover now