[2.0] haechan

160 21 1
                                    

©ldhcklhcn

©ldhcklhcn

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brugh!

Gadis itu menubruk tubuh Haechan, hampir membuat empunya terjungkal karena pergerakan yang spontan dan sangat tiba-tiba. Memeluknya seolah takut kehilangan.

Kini ia menangis, membuat anak laki-laki dipelukannya kebingungan hingga tak bisa berkata-kata. Tangan kanannya bebas mengusap surai lembut gadis itu, sementara tangan kirinya membalas pelukan sang gadis.

Annata merasa iba sekaligus kesal. Mengapa ia baru tahu sekarang?

"Haechan..hiks"

Pelukan mereka terlepas, seketika Haechan menatapnya dengan bingung. Netranya menginterupsi kedalam iris mata Annata seolah ingin mengetahui sesuatu.

"Kamu kenapa ada disini?"

Bahkan dengan mendengar suaranya pun dapat membuat hati gadis itu kembali sakit. Tak bisa Annata bayangkan seberapa rasa sakit yang Haechan tahan selama ini. Seolah tak mengingat kejadian semalam, yang bisa ia kulakukan sekarang hanya menangis meratapi betapa tak berguna dirinya.

Dimana saat dirinya terpuruk Haechan selalu berada disampingnya untuk menghibur dan membuat senyumnya kembali merekah.

Tapi mengapa...

Mengapa ia tidak menceritakan hal ini pada sang gadis?

Annata memilih menundukan kepala untuk menenangkan dirinya yang kini tak karuan. Ia bahkan tidak berani untuk sekedar menatap matanya yang selalu memeperlihatkan kebahagiaan. Tanpa beban.

"Maaf..." lirih gadis itu dengan purau.

Hanya itu yang dapat ia sampaikan padanya saat ini.

Tangan Haechan mengangkat dagu Annata agar bisa melihat wajahnya dengan leluasa, dan yang dapat ia lihat hanyalah ketulusan.

Tanpa mereka sadari bahwa anak kecil itu masih berdiam diri menyaksikan kejadian yang sedang terjadi sembari tersenyum.

Dan akhirnya Jisung pun memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua. Meskipun ia masih kecil, namun tampaknya ia paham dengan situasi yang sedang terjadi dihadapannya.

Haechan menampakkan seulas senyum kemudian membawa gadis itu mencari tempat yang nyaman untuk memulai pembicaraan.

Banyak yang harus Haechan jelaskan, dan ia juga tahu bahwa ia harus siap menjawab semua pertanyaan yang keluar dari mulut sang gadis yang kini masih tertunduk sambil mengisak sisa tangisnya.

Mereka duduk dibangku berwarna putih yang letaknya tak jauh dengan ayunan yang Annata tempati tadi.

Haechan tertawa kecil melihat gadis dihadapannya masih saja terisak.

Menurutnya itu sangat menggemaskan.

"Mengapa kamu menangis? Apa yang kamu tangisi?"

Annata mendongakkan kepalanya begitu mendengar pertanyaan yang membuat dirinya sedikit kesal. Ia mengernyitkan dahinya menatap Haechan dengan sorot mata yang begitu dalam, "Kenapa..kenapa kamu nggak cerita? Kamu tahu? Aku sekarang merasa bersalah padamu."

Who You? [HAECHAN]Where stories live. Discover now