(35) He is Not Mine

6.1K 335 1
                                    

Nina POV

Ternyata memang Ares yang mencintai gue dengan tulus. Setelah lamaran di restoran waktu itu, Angga pergi begitu saja setelah menerima telepon. Pergi tanpa meninggalkan satu kata perpisahan pun! Gue mencari Angga kemana-mana, bahkan di rumahnya. Tapi apa yang gue dapat?

Angga dan keluarganya pindah ke luar negeri. Angga bahkan hanya menitip pesan kepada satpam kalau gue mencarinya, suruh gue pulang dan jangan kembali lagi. DAMN YOU ANGGA!

Gue pun hanya bisa menangis dan terus menangis. Hal bodoh yang gue lakukan adalah jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya!

Akhirnya gue memberanikan diri menemui Ares dan meminta maaf. Gue bener-bener jahat sekali, karena Ares masih memaafkan gue bahkan menerima gue kembali sebagai pacarnya. Bahkan tanpa ragu, meminta gue bertunangan dan melangsungkan pernikahan kami yang tinggal sebulan lagi!

Tentu saja gue sangat bahagia! Walau umur kami masih muda, tapi gue siap karena gue ga ragu dengan cinta Ares yang begitu besar. Gue yakin pernikahan kami akan berjalan dengan sangat sempurna!!!

"Res... aku bener-bener ga nyangka sebulan lagi kita nikahhh!!!" kata gue sambil terus menggandeng Ares berjalan keliling mall.

"Iya. Aku juga." Kata Ares yang tersenyum kepada gue.

"Thanks Ares buat semuanya... aku bener-bener ga sabar menunggu hari itu. Pasti sempurna sekali. Dekorasi tempat resepsinya, kue, cincin, ribuan undangan yang hadir..." Kata gue terus membayangkan.

Tapi langkah Ares terhenti, dan terus diam mematung. Gue bingung, tapi mata Ares terus menatap ke sebelah kanan tanpa berkedip. Gue pun mengikuti arah pandangan Ares.

Rasanya hati gue seperti diremas. Kenapa Ares terlihat begitu kaget hanya karena melihat Rina yang sudah menjadi adik angkatnya bersama dengan seorang cowok? Mereka hanya makan siang kan?

Gue ga mengerti apa yang terjadi, tapi Ares langsung melepas genggaman tangan gue dan berjalan ke arah Rina. Bahkan gue hanya bisa membeku di tempat saat Ares menarik paksa tangan Rina dari restoran itu dan pergi meninggalkan gue begitu saja.

Ya Tuhan, apakah tiga bulan saat gue mencampakkan Ares dan menyakitinya, ada sesuatu yang membuat hati Ares ga lagi sepenuhnya untuk gue?

Gue tau selama hampir setahunan ini Ares dan Rina berantem hebat. Ares selalu cerita betapa sedihnya dia karena ga bisa bicara seperti dulu lagi sama Rina. Apalagi alasan berantemnya Ares itu karena Ares menerima gue kembali. Gue merasa bersalah, tapi gue pun ga bisa melepas Ares begitu saja. Ares pun ga mengusir gue pergi.

Dua bulan lalu Ares cerita kalau Rina ditunangkan dengan anak teman ayahnya. Dia begitu marah dan kesal, tapi hati gue menolak untuk mengakui kalau Ares... Ares menyukai Rina.

Selama ini gue memang selalu mempermainkan perasaan Ares. Menyakitinya dan menolak semua ketulusan yang dia tawarkan untuk gue. Tapi kenapa saat gue menerima semuanya, Ares malah seperti menjauh dari gue? Apa ini yang disebut karma?

Tak bisakah Tuhan melihat gue begitu menyesal dan bersungguh-sungguh ingin Ares kembali kepada gue? Bener-bener hanya milik gue seorang?

***

Rina POV

"LEPASIN GUE!!!" teriak gue kesal.

Ares ini apa-apaan sih! Seenaknya saja menarik gue pergi dari restoran. Dia kira perbuatannya yang tiba-tiba kayak gini ada sopannya sama Dimas?! Gimana pun juga, Dimas itu kan tunangan gue. Ares ga boleh seenaknya kayak gini sama gue!!!

Tangan gue ditarik sampai masuk ke mobil Ares. Akhirnya gue Cuma bisa pasrah. Apa yang bisa gue perbuat? Kabur? Ares bahkan ga membiarkan gue keluar dari mobilnya!!!

Ares masuk ke mobil dan duduk di kursi pengemudi. Menatap gue tajam. Terserah!

"Rin, gue capek kayak gini terus! Lu bisa ketawa sama cowok lain tapi kenapa lu bahkan ga melihat ke arah gue sama sekali hah?! Apa sebegitu bencinya lu sama gue sampai lu bahkan ga mau natap gue?!" tanya Ares serius dengan suara keras.

Gue diam.

"Jawab gue! Setidaknya tatap mata gue saat bicara!!!"

Gue masih diam.

"MARINA ANGELICA WIRAWAN!!!"

Gue menghela nafas panjang dan menghadap Ares. Jujur saja gue rindu melihat wajah Ares yang sudah lama gue hindari. Ah... wajahnya masih sama. Masih sama seperti pertama kali gue bertemu. Matanya yang indah, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah.... Semua sempurna dengan wajah yang bergaris tegas dan tanpa cacat.

Tapi sayangnya, gue baru sadar sekarang. Gue baru bener-bener sadar sekarang...

He is not mine.

"Lu salah nyebut nama gue. Walau gue diangkat sebagai anak di keluarga lu, tapi nama gue tetep Marina Angelica Trijaya. Dan ga akan pernah berubah menjadi Wirawan." Kata gue lirih.

"Rina, maksud lu apa? Gue ga ngerti! Lagipula, bukan itu yang mau gue bahas. Itu sama sekali ga penting."

"Itu penting. Karena nama belakang gue hanya bisa berubah jadi Wirawan kalau gue menikah sama lu."

"Me-menikah sama gue?"

Gue hanya bisa menghela nafas. Mama bener, tanpa sadar ternyata gue jatuh cinta sama Ares. Setiap hari bertemu, setiap hari mengobrol, setiap hari memperhatikan. Sampai akhirnya setiap hari gue merindukan dia, setiap hari gue ingin menatapnya, setiap hari gue menginginkannya...

Tapi dia ga merasakan hal yang sama!

"Maaf gue marah sama lu selama ini, tapi gue pun lelah Kak Ares. Boleh antar pulang? I need some sleep." Kata gue menekankan kata 'kak' dan mengakhiri percakapan.

Percuma.

Kalau gue bilang apa yang gue rasakan sekarang, lalu apa? Apa yang bisa gue harapkan? Ares memandang gue dan melihat ketulusan gue? Ares bakal mencintai gue juga? Meninggalkan Nina yang sebenernya dia cintai?

Itu hal yang paling ga mungkin terjadi!

Biarlah semua berjalan seperti ini. Dimas orang yang baik, mungkin dia adalah pilihan yang terbaik. Ya, dia pasti pilihan yang terbaik buat gue.

But I Love HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang