17

252 107 4
                                    

°|•°'Leina pov

Aku menyusuri taman rumah sakit City of Seoul, mencari seorang pria bersurai abu abu itu dengan tergesa.

Manik mataku menangkap sosoknya yang kini tengah duduk di salah satu bangku yang langsung menghadap kearah pemandangan didepannya.

Siluetnya tampak gelap seperti bayangan jika dilihat dari belakang. Mungkin efek langit senja akibat matahari yang sudah mulai terbenam dari ufuk barat.

Perlahan aku berjalan menghampirinya dan merasakan hawa yang sesak di sekitar lelaki berlesung pipi itu.

"Joon-ahh? " Panggilku sembari menepuk pundaknya pelan.

Dia menengok kearahku lalu bergeser dari duduknya memberikan aku ruang untuk ikut duduk bersama dengannya.

Akupun memposisikan diriku duduk di sebelah Namjoon. Melirik sekilas kearahnya dan dapat aku lihat tatapan sendu dari wajah tampan sahabatku ini.

Pipinya yang merah, matanya yang basah dan sedikit sembab. Aku bisa menebak bahwa dia baru saja selesai menangis beberapa saat yang lalu.

"Joonie.. Kau ingin menceritakan sesuatu hal kepadaku? " Tanyaku perlahan sembari tersenyum hangat kearahnya.

Namjoon menoleh dengan tatapan datar tanpa ekspresi dan setelah itu ia menyandarkan kepalanya di pundakku.

Tak lama terdengar isakan kecil yang keluar dari bilah bibir tebal miliknya.

Aku tersentak kaget di saat melihat sisi lemah dari sahabatku ini. Menangis adalah hal yang paling langka untuk Namjoon.

Bahkan di saat kakeknya meninggal waktu umur kami masih 17tahun pun. Namjoon menjadi satu satunya anggota keluarga yang tidak menangis saat menghadiri upacara pemakaman saat itu.

"Joonie.. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Katakanlah, jangan sungkan aku ini kan adik kesayanganmu walaupun aku inginnya lebih Bukan begitu? "

Namjoon hanya menggeleng sebagai jawaban. Ya, mungkin dia memang belum siap untuk menceritakan semua keluh kesahnya.

Aku merasakan sesuatu memeluk pinggang sempitku dan di saat menunduk, ternyata lengan Namjoon sudah melingkar di sana.

Dengan jari jemari lentiknya yang saling bertautan. Tangan kiriku terulur untuk memeluk lengan Namjoon yang berada di pinggangku.

Sedangkan tangan kananku mengelus surai miliknya dengan lembut. Tangisannya pun perlahan mulai mereda.

"Aku di diagnosis sakit kanker darah oleh dokter... "

Ucapan yang keluar dari mulutnya sontak membuat tubuhku menegang dengan sempurna.

"K-kau... Tidak bercanda kan? " Tanyaku tidak percaya atas apa yang baru saja kudengar.

Namjoon melepaskan pelukannya pada tubuhku, lalu menatap wajahku dengan mata sembabnya.

"Apakah aku terlihat seperti tengah bercanda Lei? Oh aku tahu. Kau pasti tidak mau berteman lagi kan dengan orang penyakitan sepertiku.

End of Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang