1O

318 158 74
                                    

°|•°'Author pov

Lelaki berpipi tembam itu masih setia menunggu kehadiran sahabatnya. Sampai sampai teh panas yang sedari tadi disuguhkan pun sudah tidak panas lagi.

Hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang mau maunya menunggu pasangan kekasih yang sedang berpadu kasih itu.

"Ck, menyebalkan! Lebih baik aku pulang saja. Mama Han aku pamit pulang yah.. " Pamit lelaki itu kepada pemilik sang rumah.

"Kenapa buru buru? Mama baru saja selesai memasak mari kita makan malam bersama terlebih dahulu. " Tanya nyonya Kim si pemilik rumah dari arah dapur.

Mendengar ucapan yang lebih tua, lelaki itupun menghampiri nyonya Kim kearah dapur. Melihatnya tengah sibuk menata berbagai macam masakan diatas meja makan.

Memeluknya dari belakang, membuat nyonya Kim menghentikan pekerjaanya secara mendadak.

"Mama Han.. " Ucap Jimin sembari menghembuskan napasnya dengan lelah.

"Humm.. Ada apa denganmu Jimin? " Tanya dirinya sembari melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

"A-aku..  " Sebelum Jimin selesai berucap, perkataan seseorang yang mengagetkanya terdengar dari arah belakang.

"Wah Jimin, apa kau sedang mengencani eomma ku? " Tanya seorang gadis yang seumuran denganya.

"Ck, ucapanmu itu tidak masuk akal Sinha. Memangnya kenapa kalau aku memeluk mama Han, diakan eomma ku juga. " Ucap Jimin membalas perkataan Sinha sembari mendelik kesal.

"Hahh.. Perasaanmu! " 

"Kalian ini selalu saja bertengkar. Kapan sih kalian bisa akur? mama sudah bosan melihatnya. " Ucap nyonya Kim menengahi.

"Sudahlah aku malas untuk berdebat.. " Balas Sinha mengakhirinya.

"Jadi ceritanya kau cemburu kepadaku begitu? " Goda Jimin yang dibalas pukulan di kepalanya oleh Sinha.

"Ya! Sakit bodoh.. " Ucap Jimin sembari meringis dengan tangan yang mengusap kepala.

Sibuk dengan pertengkaran tidak penting yang terjadi hingga tidak menyadari sesosok lain yang tengah berdiri dibelakang mereka.

Tatapanya tersirat kecemburuan karena merasa diabaikan kehadiranya disana. Sampai akhirnya salah seorang dari mereka pun menyadari itu.

°|•°'Namjoon pov

"Eoh, Namjoon kenapa kau masih berdiri disitu. Kemarilah! Maaf karena telah mengabaikanmu, ini semua karena ulah kedua anak itu.

Mereka sudah seperti tikus dan kucing jika sudah bersama. " Ucap nyonya Kim kepadaku. Yang aku balas dengan senyuman tipis.

"Aku pulang!!.. " Teriak seorang lelaki dari arah ruang tamu.

"Wah ternyata sedang ada acara makan malam keluarga ya. Kenapa kalian tidak mengabariku? Untung aku pulang tepat waktu. " Keluhnya setelah ikut bergabung di meja makan.

"Makanya jangan terlalu sibuk berpacaran! Kau berangkat pagi pagi dan baru pulang malam hari. Dasar budak cinta. " Sinha berucap dengan nada yang menyebalkan dan wajah sinisnya.

"Wah mulutmu itu besar sekali nona sok suci. Memangnya kau tidak pernah berpacaran hahh? Aku yakin kau dan Namjoon juga pasti sudah pernah berci—"

Sebelum Sihwan menyelesaikan ucapanya Sinha sudah lebih dulu membekap mulut sang kakak dengan wajah yang panik.

"Jaga ucapanmu oppa! " Titah Sinha yang kini pipinya sudah merah merona. Sedangkan aku hanya menatap mereka berdua bingung.

"Wae? Ahh, kau mengerti atas ucapanku ternyata. Namjoon apakah benar kalian sudah pernah berciuman? " Aku tersentak di saat mendengar pertanyaan lelaki itu.

End of Story ✓Where stories live. Discover now