Mingyu menghela napas panjang. Ia bisa saja menjaga sikapnya—kemarin—dan tidak langsung menghampiri Wonwoo dan Rowoon di parkiran itu. Ia pikir, Wonwoo akan menjelaskan semuanya nanti. Mungkin saja ia memang ada rencana lebih dulu dengan orang itu.

Bagaimana pun juga, Mingyu tidak mungkin lupa kalau Rowoon adalah orang yang menyelamatkan kekasihnya. Dan Mingyu tau dengan jelas kalau Wonwoo tidak suka berutang budi dengan orang lain.

Jadi, Mingyu pikir Wonwoo sedang membalas budi.

Tapi ternyata, setelah malamnya ia kirim pesan dan bertanya pada Wonwoo, kekasihnya itu memilih untuk berbohong—menurutnya. Saat ditelepon pun, Wonwoo tetap mengatakan kalau ia berada di perpustakaan sampai sore, bahkan sempat mengerjakan tugas bersama Jihoon walau hanya sebentar.

Mingyu jelas marah. Laki-laki itu bahkan tidak bisa berpikir jernih semalaman suntuk.

"Oh? Kalian sudah datang!"

"Jihoon!"

"Ini. Maaf aku tidak sempat bilang kalau modul milikmu aku yang bawa," ucap Jihoon. Ia memberikan modul itu pada Wonwoo, "tadi Soonyoung yang menyuruhkan cepat-cepat ke sini. Karena dia bilang kita akan berkumpul, jadi kupikir sekalian saja."

Wonwoo tersenyum, sangat manis. Membuat Mingyu lagi-lagi merindukan sosok itu sekaligus membencinya—untuk saat ini.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Pelayan datang mencatat pesanan mereka. Selagi menunggu makanan datang, mereka mengobrol seperti biasa.

"Tugasmu sudah selesai?"

"Eh?"

"Kau bilang tugasmu sedang banyak-banyaknya..?"

Wonwoo menatap Mingyu khawatir. Sesekali matanya melirik ke arah teman-temannya, "Y, ya.. sedikit lagi."

"Jihoon membantumu, kan? Dia tidak hanya ikut menumpang nama?"

Jihoon mendelik. Ia menuntut penjelasan Mingyu, "Apa-apaan? Maksudmu apa?"

Mingyu terkekeh, "Teman satu kelompok kan sudah seharusnya membantu, tidak hanya menumpang nama."

"Kan kemarin sudah kubilang aku tidak sekelompok dengannya! Kau ini lupa atau bagaimana?"

Mingyu menatap Wonwoo. Ia tersenyum sedikit, "Oh ya?"

Wonwoo mengalihkan pandangannya, jelas sekali ia gugup. Perasaan panik dan takut menjadi satu.

"Ah, mungkin aku yang lupa. Maaf, Jihoon. Aku tidak bermaksud."

"Kau ini menyebalkan!"

Jihoon sama sekali tidak menyadari situasi, sedangkan Jeonghan memang tidak tau apa-apa. Soonyoung hanya berdiam diri menyimak, dan Seungcheol berusaha menahan Mingyu agar emosinya tidak meledak.

Wonwoo sendiri bingung, kenapa Mingyu seperti sedang membicarakannya? Walaupun dirinya jelas tidak jujur pada laki-laki itu, tapi bukankah Mingyu tidak mengetahuinya?

Mingyu tidak tau apa-apa kan?

"Makanannya sudah datang!"

Mingyu melemaskan kedua bahunya. Ia berusaha lebih rileks dan mencoba lebih mengerti perasaan Wonwoo saat ini. Kekasihnya pasti malu apabila Mingyu mengungkapkannya di depan banyak orang. Jadi, Mingyu rasa ia harus bersabar dan menyelesaikan masalah ini berdua.

TING!

Ponsel Wonwoo berbunyi. Tanda ada pesan baru dan ia buru-buru melihatnya.

Mingyu bisa melihat perubahan raut wajah itu.




Kim Rowoon

- bisa bertemu hari ini?
- aku ingin mencari tempat
- untuk perayaan besok
- aku juga merindukanmu


Wonwoo menghela napas berat. Sepertinya ia sudah terlalu jauh bermain hingga akhirnya membuat orang lain jadi salah paham. Ia sendiri pun sempat ragu dan salah mengartikan perasaannya sendiri.

Tapi untungnya Kim Mingyu selalu ada di sisinya.

Wonwoo secara tidak sengaja menjadikan Kim Rowoon sebagai pelarian. Walaupun berkedok sebagai upaya balas budi, ia tetap tidak menyangka kalau dirinya bisa seperti ini.


Kim Rowoon

maaf, tapi kurasa kita harus berhenti -
maksudku, seperti yang sejak awal kukatakan -
kita hanya berteman -

- kenapa?
- apa ini karena kekasihmu?

sejak awal kita hanya berteman -
aku berutang budi padamu -
kau membantuku malam itu -
jadi aku membantumu kali ini -

- tidak masuk akal





Wonwoo meletakkan ponselnya kasar di atas meja. Ia jadi berubah tidak menyukai laki-laki itu, Kim Rowoon, yang terkesan sangat memaksa.

Lagipula, bukankah Rowoon sudah tau kalau dirinya punya kekasih? Wonwoo menceritakan semuanya, kalau dirinya sudah bertunangan. Ia akan menikah dengan Kim Mingyu dalam waktu dekat.

Dan yang Wonwoo ingat, saat itu Rowoon mendukungnya, sempat mendoakan dirinya akan hidup bahagia.

Tapi, apa maksudnya pesan tadi?

Mingyu masih memperhatikan Wonwoo. Ia hanya mengaduk minumannya, belum menyentuh makanannya sama sekali.

Berbeda dengan Wonwoo yang memotong daging dengan wajah kesal.

TING!

Wonwoo menghela napas lelah. Ia hendak mengambil ponselnya sebelum Mingyu merebutnya.

"Mingyu-ya!"

Mingyu menatapnya sebentar, kemudian membuka isi pesan itu.

Walaupun ia sudah menyiapkan untuk segala hal terburuk, Mingyu tetap sakit hati membaca pesan baru itu.

Menjengkelkan.




Kim Rowoon

- aku mencintaimu




***

Like the Beginning [MEANIE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora