BTS - 05

197 50 101
                                    

Annyeonghaseyoooooo 💜
Sesuai janjiku di part 04. Jika komennya tembus 100 ku akan up dobel part dan yaa. Komennya tembus 100, jadiii dah tau dong apa yg akan ku lakukan??
Yupss!! Up part 05 dan 06.
Semoga ga bosen ya bacanya:(( sehari up 3 part sekaligus, dah deh cuss aja.
Selamat membaca!! Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian.

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


Suara kicauan burung menghiasi rungu pasangan yang tengah duduk dibawah pohon sakura tengah taman kota. Jungkook dan Yoora baru saja menyelesaikan jadwal rutinnya setiap hari minggu—berlari bersama. Ini adalah kali pertama mereka berlari di taman kota karena biasanya mereka akan berlari keliling perumahan secara bergantian.

Yoora tidak ingin menghabiskan sabtu paginya dengan berbalut selimut tebal, terutama Jungkook. Pria itu tidak ingin kehilangan roti sobek diperutnya, karena jika menghilang Yoora sudah siap siaga dengan segala ejekannya. Bahkan sehabis makan—dirumah—pun Jungkook selalu membuka kaos yang ia pakai untuk melihat perutnya, takut jika roti sobeknya berubah menjadi roti boy.
  
Bangku taman yang mereka duduki menghadap kolam ikan dan bangku yang sama pula di depannya. Bangku itu di duduki oleh sepasang suami istri dan dua anaknya yang masih kecil. Mereka tertawa lepas sedari tadi seakan-akan tidak ada beban hidup yang harus mereka tanggung dan itu membuat fokus Yoora tersita. Yoora juga memimpikan keluarga seperti mereka bersama Jungkook. Dan jika itu sampai terjadi, betapa beruntungnya Yoora. Menikahi pria yang ia cintai dan juga mencintainya sejak umur belasan tahun hingga menua bersama. Tidak ingin menikmati suasana bahagia keluarga di depannya sendiri, Yoora memanggil Jungkook yang sedari tadi duduk di sampingnya.

“Kim?” Panggilnya lirih dan dijawab tolehan kepala Jungkook yang kini menghadap wajahnya. “Aku ingin seperti mereka.” Ucapnya sembari menunjuk ‘mereka’ dengan dagunya. Mata Jungkook mengikuti arah Yoora menunjuk dan detik berikutnya matanya menangkap apa yang di maksud Yoora.

“Akan aku kabulkan,” tutur Jungkook enteng sebelum menolehkan kepalanya lagi untuk memandang wajah Yoora yang basah karena keringat. “Mari kita menua bersama seperti mereka, Ra. Dan tidak hanya itu. Aku ingin suatu saat nanti kita bisa membesarkan anak kita bersama-sama, merawat mereka hingga kita sudah di panggil oleh Tuhan.” Ucapnya bersamaan mengelus tangan kiri wanitanya. Kalimatnya itu berhasil membuat jantung Yoora berdebar seketika. Padahal itu hanya beberapa rangkaian kata, bagaimana jadinya jika hal itu benar-benar terjadi? Akankah Yoora masih hidup dengan jantung yang terus menerus berdebar seperti ini?

“Ra, setelah semua ini aku tidak berniat meninggalkanmu sama sekali. Aku akan selalu bersamamu apa pun keadaannya. Jadilah wanita pertama dan terakhirku, Min Yoora.”

Sungguh. Ucapan manis yang baru saja keluar dari mulut Jungkook hampir saja membuat Yoora tidak sadarkan diri di tempat. Prianya sangat tahu kalimat apa yang akan membuatnya seperti ini, melayang hingga langit ke tujuh. Yoora tidak tahu harus bereaksi apa selain meneteskan air mata bahagianya. Ia tidak peduli jika menjadi perhatian banyak orang kali ini, yang ia pedulikan hanya Kim Jungkook seorang. Keinginan Yoora sama dengan keinginan Jungkook, menjadi wanita pertama sekaligus terakhir dalam hidup Jungkook. Tidak boleh ada wanita lain yang mengisi hidup Jungkook selain dirinya.

Tidak ingin tangisannya dilihat Jungkook lebih lama, Yoora segera menenggelamkan kepalanya di dada pria itu. Ia menyembunyikan wajahnya sampai tangisnya benar-benar mereda. Jungkook tidak menolaknya, ia membuka pintu untuk wanitanya sembari memberikan usapan-usapan kecil pada punggung Yoora. Cukup lama mereka berpelukan hingga suara Jungkook membuat Yoora melepaskan pelukannya dengan cepat.

Our Destiny ⸛ Jjk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang