¹⁵; Jangan lagi ya Ayah

4.9K 560 38
                                    

-happy reading 🌹
-sorry for typo(s)


🌹

Ren, Jean, juga Haezal, tidak tau kenapa Nathanael itu jadi hobi sekali tidur lama. Ketiganya sudah menunggu bungsu Adalard bangun hampir satu jam lamanya, tapi anak itu sampai sekarang tidak ada tanda-tanda hendak bangun. Padahal sejak kedatangannya, mereka bukan yang diam saja. Seharusnya bungsu Adalard itu setidaknya akan terganggu sedikit oleh berisik suara mengobrol ketiganya.

"Jevan oiy, mimpi apa sih lo sampe lama banget tidurnya," dengus Ren.

"Mana tenang banget kaya nggak punya dosa gitu mukanya. Kalo nggak lagi sakit udah gue dorong lu biar ngegubrak," timpal Haezal.

Sementara Jean hanya terkekeh. Ia mencubit pipi Jevan sebelum kemudian berdiri dari duduknya, yang semula di kursi di sebelah ranjang Jevan. Jean berpindah duduk di sofa, mengambil buah apel yang ia bawa sebagai buah tangan dan memakannya tanpa mencucinya.

"Biarin sih, namanya lagi sakit. Lo nggak denger kata dokter visit tadi, ini bocah tadi malem drop lagi," ujarnya. Dengan santai mengunyah apel di mulutnya.

Kedatangan mereka memang bertepatan dengan jadwal visit dokter, tidak heran jika Jean tahu kondisi Jevan sekarang. Tadi juga, Jeffery, kakak dari sahabatnya itu, menitipkan Jevan pada ketiganya, karena Jeff harus pergi mengurus sesuatu. Jadi sekarang, ruang rawat Jevan hanya terisi tiga Devil's dan Jevan sendiri.

"Bang Mark mau kesini kan ya?"

Haezal bertanya, seraya tangannya ikut mengambil buah di keranjang yang sama dengan Jean mengambil buah apelnya.

"Kata bang Jeff sih nanti agak siangan. Kalo jadi," balas Jean.

"Semoga dateng sebelum si bocil bangun. Kasian kalo bangun, tapi nggak ada satu pun keluarganya," ujar Haezal.

"Lagian ya, om Sangga sama tante Aya kok lebih pentingin rekan bisnisnya yang notabenenya masih punya keluarga mereka sendiri, dibanding nungguin anaknya yang lagi sakit," timpal Ren.

Anak itu marah saat tau jika orang tua dari sahabatnya, lagi-lagi lebih memilih pekerjaan, lebih memilih nama baik mereka dihadapan rekan-rekan kerjanya, dibandingkan mengurus anaknya yang sedang sakit. Sakit Jevan yang kali ini itu sudah berturut-turut, satu minggu terakhir ini anak itu terus-terusan sakit dan terluka.

Jika Ren adalah Jevan, mungkin ia sudah mendekam di rumah sakit berhari-hari lamanya. Ya bayangkan saja, sudah sakit karena dipukuli orang, sakit karena keluarga sendiri, dan sakit karena ulah sendiri. Nathanael Jevan sepertinya sudah setengah mati rasa.

"Sakit apa sih si bocil aslinya?"

"Jantung kali," celetuk Jean.

Haezal juga Ren kontan melotot, bahkan Ren hampir saja melempari Jean dengan botol minum di tangannya.

"Mulut lo anjing," kesal keduanya.

Kompak soal mengumpat dan sewot.

"Ya maap. Orang gue sering liat dia gemeteran anjir, tremor gitu euy ngeri."

"Ya emang kudu jantung banget sat mulut lu," sewot Ren.

Ren itu menganut jika ucapan adalah doa. Makanya saat mendengar Jean asal menebak, Ren sewot parah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Mademoiselle || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang