¹⁰; Let me introduce, the Griffin'Z

6K 661 52
                                    

-happy reading 🌹
-sorry for typo(s)

-happy reading 🌹 -sorry for typo(s)

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

🌹

Anak ini terheran-heran karena sore ini, ketika dirinya baru saja pulang sekolah, bahkan dirinya belum sampai masuk ke dalam area rumah, tapi rumahnya sudah terlihat hidup. Semua lampu di sana sudah menyala, pun terlihat ada beberapa orang selain security di pos pintu gerbang.

"Pak, rumahnya ada orang?" Tanyanya pada security yang sedang membukakan pintu untuknya.

"Iya Adek. Ada banyak, silahkan masuk dulu Adek" katanya, membuat Haezal, si anak itu, semakin mengernyit heran di buatnya. Tapi memilih terlebih dahulu masuk dan menaruh rapi motornya di garasi.

"Mobil siapa?" Monolognya.

"Mobil Bunda sayang"

Haezal tersentak kaget, dan dengan cepat atensinya yang semula memerhatikan dengan bingung mobil yang terparkir di sebelah motornya terparkir, kini beralih pada sumber suara, di mana di teras rumah, ada wanita sangat cantik, walau wajahnya tidak se-ramah wanita-wanita cantik nan anggun, karena Bundanya, Bunda Haezal, memang tipikal wanita cantik dengan wajah tegas.

"Kok bisa?" Lirihnya tidak percaya. Namun langkah kakinya tetap ia ambil untuk menghampiri sang Bunda.

"Gimme a hug Adek"

Tanpa di pinta dua kali Haezal memeluk sang Bunda. Manja sekali, anak laki-laki itu sejatinya ingin selalu manja seperti ini. Setiap dia pulang sekolah, ataupun setiap dia mau. Tapi untuknya, tidak segampang itu, sebuah peluk butuh waktu lama untuk ia dapatkan.

"Kenapa nggak ngabarin Adek?" Cicitnya.

"Kata Ayah biar surprise" balas Aster, yang kini sudah menumpukkan dagunya di puncak kepala sang putra, pun mengusap-usap punggung putranya begitu lembut dan teratur.

"Karena nggak sempet ya Bun?"

Aster tidak menjawab, karena tidak dijawab pun Aster rasa sang putra sudah tahu jika pasti jawabannya, iya.

Dirinya juga sang suami memang pulang mendadak karena ada urusan mendesak. Bahkan keduanya tidak kepikiran mengabari dua putranya.

"Mau masuk sekarang enggak Adek?" Tanyanya.

"Sebentar lagi ya. Adek masih mau di peluk"

Aster mengiyakan, membiarkan sang putra memeluknya lebih lama lagi. Membiarkan rasa rindunya yang diam-diam selalu ia sembunyikan pada bungsunya itu berangsur terobati.

"Kamu sakit ya Adek?" Cicit Aster, di tengah pelukan mereka.

Haezal semakin mengeratkan peluknya pada sang Bunda, menaruh nyaman kepalanya di dada Bunda, "Tadi siang Adek di hukum lari di lapangan. Panas" cicitnya.

"Astaga Adek, kamu nggak bilang sama gurunya kalo kamu nggak bisa kena panas lama?" Kaget Aster, yang reflek melepas peluknya, berganti menatap bungsunya khawatir.

[1] Mademoiselle || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt