¹⁴; Jangan Atur Ren, Bunda

4.9K 523 52
                                    


-Happy reading
-sorry for typo(s)


🌹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌹

Yang di lakukan Renard sedari pulang sekolah sore tadi adalah sibuk dengan ponselnya. Bahkan sampai sekarang, saat seharusnya anak itu fokus pada makanan di hadapannya.

"Ren"

Teguran dari sang Kakak pun hanya ia lirik sekilas. Fokus Ren masih tetap pada ponsel.

"Tidak sopan Renard"

Ren berdecak lirih kala suara sang Ayah menegur, dan pada akhirnya Ren mengalihkan fokusnya dari ponsel, anak itu kini menarik piringnya mendekat, menyendok isinya dengan tanpa minat. Bukan tidak bersyukur, tapi bungsu Damien itu sedang khawatir, perasaannya belum tenang sebelum orang yang sedari tadi membuatnya fokus pada ponsel setidaknya membalas satu saja bubble messagenya.

"Kamu lagi nunggu kabar dari siapa sih, Dek?" tanya sang Bunda.

"Temen" balas Ren singkat.

"Sampai segitunya. Kayanya Adek nggak gitu kalo nunggu kabar dari Bunda ataupun Ayah"

Dihelanya lirih napasnya, di tatapnya juga wajah cantik sang Bunda, kemudian si bungsu tersenyum tipis, "Maaf. Temen Adek yang ini berharga banget buat Adek, jadi Adek khawatir banget kalo dia lama nggak ngabarin Adek" jawabnya, kemudian kembali ia tundukkan kepalanya guna kembali menyuap makan malamnya.

"Bunda nggak berharga?"

"Berharga, Bunda udah kasih Aku banyak uang hehe jadi nggak susah deh hidup ku"

Sebatas itu? Adalah kata yang ada di benak Sekar kala jawaban si bungsu ia dengar. Bagaimana jika dia berhenti memberi uang? Apakah artinya ia tidak berharga untuk si bungsu?

Ren melirik sang Bunda diam-diam, memerhatikan ekspresi wajah sang Bunda ketika ia mengatakan sesuatu yang mungkin menyakiti wanita yang sudah melahirkannya itu.

Renard bohong akan jawabannya. Bundanya berharga, karena beliau adalah bundanya. Orang yang sudah melahirkannya, yang menjadi perantara hadirnya ia ke dunia. Walaupun Bunda sering tidak hadir di setiap moment tumbuhnya, tapi Bunda adalah manusia yang paling ia cintai di dunia, bagaimanapun ia memperlakukannya.

"Adek"

Kali ini suara sang Ayah. Ren kembali mengangkat kepalanya, menatap sang Ayah yang kini juga menatapnya.

[1] Mademoiselle || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Where stories live. Discover now