Maldive

15 2 0
                                    

Entah bagaimana ceritanya setelah aku muak mencari tau siapa Si Sombong itu diam - diam, tiba - tiba dia ada di kantin, lagi - lagi dengan rombongannya. Arghh, memang laganya terlalu over, tapi seolah - olah apa yang dia lakukan sah - sah saja.
Bagaimana ini?. Si Sombong ada di sana. Kuurungkan niat, karena jaketnya pun ada di kelasku dalam tas tepatnya.

Pulang Sekolah,
Waktunya mengembalikan buku di perpus yang seminggu lalu ku pinjam. Semua murid sudah pulang. Aku sedikit lama disini. Kemudian, seperti biasa, aku menunggu angkot di halte, kupikir pasti tidak lama karena hari ini tidak hujan.

Ketika aku hendak naik angkot. Suara khas itu memanggil.

"Ehhhh... Woy!." Lagi -lagi dia.
Aku kaget, mencoba melihat.

"Tunggu, jangan naik dulu!."
Akhirnya, Si Sombong mucul. Huh, entah berapa banyak kata - kata kasar yang ingin kuucapkan.

"Jaket saya mana? Waktu itu ada di lo kan?."

Arghhh mengapa dia datang?!

"Bang gajadi!." Ucapku kepada babang angkot.

Sseekilas ku lihat muka babang angkot masam.

Aku meraih tas dan mengambil jaketnya, ku berikan dengan sedikit ku lempar, enak sekali ucapan yang keluar dari mulutnya. Tanpa basa - basi aku pergi. Bye!.

"Ehhhhh! Tunggu dulu, anak baru!. Anak baru kan?."

Aku terdiam. Melihat dia dan kembali di hadapannya.

"Iya kenapa?." Jawabku sok.

"Maldive, nama saya Maldive, kenapa lo ga berusaha nyari saya? Ini jaket lumayan loh harganya." Dia berkata dengan suara khasnya.

Hah? Jijik. Aku merasa bertemu orang yang salah. Bagaimana aku bisa bertemu dengan orang seperti ini?. Sombong sekali kelakuannya, membuatku makin malas berada disini lama - lama.

Aku terdiam.

Gerimis mulai turun. Buru - buru aku naik angkot yang baru saja berhenti. Aku segera pergi dari orang yang tidak tau berterimakasih itu. Menggelikan.

Baru seperempat jalan naik angkot. Tiba - tiba.

Dukkkk.

"Moon maap bapak ibu angkotnya berenti ndiri, Mogok!." Kata babang angkot.

"Oper aja ye oper."

Duh. Mana rumahku saat itu masih jauh. Ini berhenti di pinggir jalan besar lagi. Seketika hujan yang tadinya gerimis jadi lebat. Aku mencoba berteduh di emperan warung yang sudah tutup.

Tidak lama kemudian, hujan mulai reda, sepertinya aku bisa berdiri di pinggir jalan menyetop angkot. Ku angkat tasku untuk menutupi kepala, pelan - pelan aku jalan ke pinggiran jalan. Tapakan kakiku mulai menciptakan gemercik becekan air hujan. Sepi. Entah kenapa angkot jarang ketika hujan.

Terlihat mobil putih dengan kecepatan bak kuda perang datang dari jauh. Suara desiran mesinnya mulai terdengar. Ah biarlah. Aku tak peduli. Baru sekejap ku abaikan dan tatapanku berpaling. Splashhhhhhhh...

Tinnnnnnn. Klakson yang membuat telinga berdengung.

Bruakkkkk. Seseorang membuka pintu kemudi mobil.

"Mau pulang? Yakin nunggu disini nyampe malem?." Suara seseorang yang kutau, lagi - lagi parfum cengkeh menyerbak.

"Nanti juga ada yang lewat." Jawabku sinis.

"Yakin ada ongkosnya?."

Dasar Si Sombong. Gumamku dalam hati.

Refleks aku mencari uang di sakuku,
Buru - buru tanganku merogoh tas, mencari - cari di tempat pensil, mengambil dompet.

HILANG. Tiba - tiba hilang aneh. Siapa yang mengambilnya?.

"Gaada?."

"Uangnya ilang, iiiih gimana?." Aku dengan muka panik.

"Makanya, saya yang anterin. Udah cepetlah, ayo... Silahkan naik Tuan Puteri." Jawabnya dengan mimik aneh.

Aku diam kebingungan, kenpa semuanya terjadi begitu cepat? Perpus,Halte, Jaket, dan kini. Mengapa semua hal ini terjadi dengan dia?.

Refleks aku melangkah dengan bengongku yang begitu kebingungan. Tanpa kusadari ku telah duduk di sampingnya. Oh, sungguh hal yang tak pernah kuduga. Kemudian, laju mobil putih memotong jalanan yang berair.

"Eh," Dia memulai percakapan.

"Apa?." Jawabku buru - buru sambil melotot. Takut dia berbuat aneh - aneh.

"Saya Maldive. Lo?."

"Hah?." Jawabku.

"Saya Maldive, lo?."

Aku menaikkan kedua pundakku, sambil menaikkan kedua alisku.

"SAYA MALDIVE, LO? LO SIAPA? SIAPA NAMA LO!." Dia tepuk jidat, suaranya agak mengeras.

"Oh, hehe." Aku cengar - cengir tiba - tiba merasa kikuk di hadapannya.

"Embun. Nada Embun." Jawabku.

"Mbun. Lo kelas mana? Saya nggak pernah liat." Sambungnya.

"Itu kelas... kelas 10 lah." Jawabku kikuk lagi.

"Bukan, bukan itu maksudnya, lo kelas apa? Jurusan apa?."

Scriiiiiiiiiiit.

Belum sempat ku menjawab dia menghentikan mobilnya tiba - tiba.

Ini kenapa? Gumam hatiku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

About MaldiveWhere stories live. Discover now