Alle menggeleng dan terus membersihkan darah yang keluar menggunakan tisu. "Gak papa, Kak. Lagian gue juga mau pulang." kata Alle santai.

Liam pun langsung membuka tasnya dan mengambil sebuah sapu tangan. "Sini," ujar Liam menarik lengan Alle dan membersihkannya sebentar, kemudian ia ikat dengan sapu tangan itu.

Alle meringis pelan. "Makasih, Kak. Jadi kotor deh sapu tangan lo." ujar Alle tersenyum disela perihnya.

"Santai aja, All. Oh ya, mau pulang bareng?" tawar Liam berharap gadis itu mau.

Alle berpikir sejenak."Boleh kalau gak ngerepotin." jawab Alle.

Liam langsung tersenyum. "Gak sama sekali. Ayo." kata Liam merangkul Alle.

"Gue cuma luka gores, Kak. Bukan sakit parah." ejek Alle menyingkirkan tangan Liam halus.

Liam pun tertawa kecil dan mengusap rambut Alle pelan, membuat Alle mendesis kesal.

Dan, entah kapan Arland berdiri dibalik tembok itu. Mendengarkan semua pembicaraan Alle dan Liam. Padahal niatnya Arland ingin mengajak gadis itu pulang bersama, namun sudah keduluan orang lain.

"Bego ah!"

•••

Malam ini sepertinya club menjadi tempat yang membosankan bagi ketiga cowok ini. Datang, minum kemudian mabuk.

Jadilah malam ini ketiganya memutuskan untuk diam dirumah Arland sembari bermain ps. Bukan mereka, hanya Panji saja. Cowok itu sampai mengerek untuk tidak membiarkan mereka pergi padahal Varel ingin jalan bersama Mika, namun dilarang cowok itu. Arland sendiri pun pasalnya ingin balapan, namun tak urung karena cowok itu mengoceh terus-menerus.

"Yee si tai! Katanya gak mau main." cibir Panji saat Varel ikut bermain ps dengannya.

"Berisik jomblo!" ketus Varel fokus pada layar didepan.

Tentu saja Panji tersinggung. "Weee masnya! Gak tau aja pacar gue sekarang nambah." kata Panji berujar bangga.

"Tobat!" toyor Arland pada cowok itu. Sedangkan Varel menggeleng heran, tidak ayal lagi jika sebuatan players cowok itu yang menyandangnya.

Panji hanya menjebe tanpa niatan membalasnya.

Arland pun kembali merebahkan dirinya. Pikirannya kini nampak melayang pada kejadian tadi sore. Kenapa rasanya mendadak kesal saat Liam merangkul cewek itu? Kenapa bukan dia?

Cinta? Halah bullshit!

"Menurut lo pada, kenapa Keyra jadi balik?" ujar Panji membuka suaranya kembali. Kini terdengar serius. Arland pun langsung membuyar lamunannya.

Varel langsung menoleh dan menghentikan permainannya. "Kangen mungkin." jawab Varel acuh. "Gue penasaran kalau Alex tau Keyra balik." sambung Varel kembali bermain.

Arland yang rebahan pun langsung berubah dirinya menjadi duduk.

"Njirr! Perang dunia cuy!" seru Panji menggeleng pusing.

"Cuma Keyra. Viola apa kabar?" celetuk Arland datar. Sontak Varel dan Panji saling pandang.

"Masih nunggu lo?" Varel langsung tersadar dan angkat bicara. Ada tersirat tidak suka dari bicaranya.

Arland menggeleng. "Cuman pengen tau aja," jawab Arland cuek. Jujur Arland sangat ingin tahu dimana gadis yang dulu pernah ia sakiti dan sampai sekarang rasa bersalah itu masih ada.

"Jujur gue kangen sama masa dulu," ujar Panji tiba-tiba menjadi melow. Bahkan cowok berambut acak itu menghentikan permainannya.

"Semua salah gue." ujar Arland datar.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now