PART 14

943 99 30
                                    

Author Pov.

Tidak ada waktu yang tidak sempurna untuk berkumpul bersama orang-orang tercinta. Meski Zayya hanya orang asing tapi Becca dan Hans tidak pernah memandangnya sebelah mata, pasangan itu memandang Zayya dengan penuh arti. Zayya yakin hanya sedikit pasangan yang seperti Becca dan Hans, mereka begitu baik, kebaikan mereka nyaris tidak berkesudahan.

Zayya tertawa pelan melihat tingkah laku Becca dan Hans yang meski pun sudah memiliki anak tapi berperilaku seperti remaja yang kasmaran. Pasangan itu tidak sungkan mengumbar kemesraan mereka.

Tapi berbeda dengan Owen. Ia menatap gusar kemesraan Becca dan Hans. Owen melirik Zayya di seberangnya yang nampak tersenyum, Owen menyeringai tipis, jika keadaanya berbeda seharusnya ia dan Zayya juga memamerkan kemesraan mereka. Tatapan Owen kembali kepada pasangan yang semakin menjadi-jadi, Owen meraih kulit kacang dan melemparnya mengenai kening Hans.

"Jika kalian tidak segera di hentikan, aku yakin kalian tidak akan sungkan saling memiliki di sini meski pun ada kami." Sinis Owen.

Becca dan Hans mendengus, memilih bersikap biasa.

"Kau dan Zayya bisa pergi kemana pun jika itu terjadi." Sahut Hans tidak ingin kalah.

Zayya dan Owen saling melirik, Zayya tersentak kecil dan segera memalingkan tatapanya. Owen mendengus pelan. Akhir-akhir ini Zayya semakin menghindarinya, hari ini adalah hari kedua setelah Owen memaksa gadis itu mengerti perasaan yang mereka miliki dan Owen masih belum mendapatkan titik terang dari Zayya.

Hans menatap bergantian Zayya dan Owen, Hans tahu hati Zayya dan Owen sebenarnya berhubungan tapi entah mengapa dari pihak Zayya terlihat sulit mengakuinya. Hans menyeringai, ia harus melakukan sesuatu, ia tidak akan tinggal diam untuk sahabat sekaligus iparnya.

"Hemm siang menuju sore hari yang menyenangkan." Hans memulai. Menatap sekitarnya dengan senyuman.

"Apa?" Becca berkomentar.

"Bagaimana jika kita memainkan sebuah permainan untuk mengisi waktu?"

"Permainan seperti apa?" Becca berkomentar lagi, menatap penasaran wajah tampan Suaminya. Hans mencondongkan wajahnya ke arah Becca dan mengecup sekilas bibirnya.

"Aku yang menentukan." Hans menarik diri, meraih botol wiski dan memandang keseluruhan di ruangan bersantai keluarga mereka.

"Truth or Dare."

"Oh aku senang memainkan itu!" Seru Becca.

Zayya mengeryit kemudian tersenyum menanggapi permainan yang Hans tawarkan.

"Membosankan." Sahut Owen, pria itu bersandar dan menatap malas ke arah Hans.

Hans tersenyum seraya menyingkirkan barang-barang yang memenuhi meja kemudian meletakan botolnya.

"Ayolah Owen, permainan ini akan sangat bermanfaat. Kita bisa tahu kebenaran atau menantang siapa pun dan dia tidak bisa menolaknya." Hans memberikan tatapan membujuk yang tidak biasa.

Owen memikirkan permainan Hans, ia tahu permainan itu tapi tidak pernah memainkanya. Sejenak Owen nampak tidak ingin bergabung tapi ketika melirik Zayya yang tengah memangku dan bermain bersama William, ia menginginkan permainan Hans.

"Mainkan." Ucap Owen menatap Hans.

Hans menyeringai, meminta perhatian dan mulai memutar botol itu. Botol terus berputar dan berhenti pada Owen. Seluruh pandangan tertuju pada Owen, Owen sendiri tidak menyangka ia yang pertama.

"Pemulaan yang luar biasa!" Ucap Becca.

"Truth or Dare?" Karena Hans yang memutar maka ia yang memberi perintah.

VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now