PART 13

1K 98 19
                                    

Author Pov.

Kepulan asap tipis dari beberapa cangkir teh membuat Zayya tersenyum membayangkan akhir pekannya bersama keluarga bahagia yang selama ini telah begitu baik menampungnya. Becca memintanya membuatkan teh untuk menikmati sore akhir pekan yang cerah di taman dan Zayya tentu saja dengan senang hati membuatnya. Tidak lupa juga ia menambahkan makanan pendamping teh berupa kudapan porsi kecil yang pantas di nikmati saat sore hari.

Zayya membawa teh dan kudapan itu di atas nampan besar, berjalan dengan hati-hati menuju taman belakang. Ketika sampai di sana, ia tersenyum melihat keharmonisan Becca, Hans dan William. Becca berlari-lari mengejar William yang berada tinggi di pundak Hans, tawa keluarga bahagia itu turut membuat Zayya ikut berbahagia.

"Sudah!" Seru Becca dengan nafas memburu.

Zayya meletakan nampan di atas meja persegi, Becca, Hans dan William datang menghampiri.

"Waktu yang tepat!" Seru Hans seraya meraih cangkir porselen berisi teh dan menyeruputnya.

"Kau harus belajar meminum teh Willy, ini tidak buruk untuk kesehatan." Becca membantu William meminum teh.

Bagusnya William meminumnya hingga tandas dan beralih menyantap kudapan berbahan dasar susu.

Mereka berempat duduk di kursi taman, menikmati semilir angin sore hari, cerah dan sangat berkesan untuk sebuah akhir pekan.

"Well, tidak biasanya ada Zayya tapi tidak ada Owen." Hans mengisi suasana.

"Dia pasti sedang berolah raga di ruang kebugaranmu." Sahut Becca.

"Ya dia sering menggunakanya. Kau tahu Sayang, samsakku rusak karena ulahnya, benar-benar brutal!."

"Beli saja yang baru." Becca menyeruput tehnya seraya melirik Zayya yang diam. Tidak sengaja tatapan Becca menatap intens jari manis tangan kanan Zayya yang bersinar. Becca memincing seraya meletakan cangkir tehnya.

"Hemm ada yang aneh di jari manismu Zayya," Becca mencoba dengan berbasa basi.

Ungkapan itu membuat Zayya terkesiap dan refleks menyembunyikan apa yang aneh itu. Zayya menatap Becca dengan ragu. Becca terkekeh melihat reaksi polos Zayya.

"Oh ayolah Zayya untuk apa kau sembunyikan, aku sudah melihatnya dan itu adalah sebuah cincin."

"Cincin???" Hans terdengar antusias.

Becca tersenyum, mengulurkan tanganya.

"Biarkan aku melihatnya Zayya, cincin itu tampak indah."

Dengan malu Zayya meletakan tangannya yang memiliki cincin, diam saja saat Becca dan Hans mengamatinya.

"Cincin yang indah, aku jadi ingin membelikannya untukmu." Ucap Hans mengecup pelipis Becca.

"Ini cincin dari seorang pria berselera tinggi," Becca meneliti dan kemudian memincing. Menatap Zayya dengan curiga.

"Pasti bajingan itu."

Kata bajingan dari Becca untuk Owen memang tidak asing lagi bagi Zayya.

"Owen." Hans meralat.

Tatapan Becca kepada Zayya jelas saja menunjukan keingin tahuan yang dalam, Zayya tidak yakin bisa menangani situasi saat ini.

"Jadi kalian menjalin hubungan serius?"

"Ini hanya tanda terima kasih Owen karena selama ini aku telah banyak membantunya." Ucap Zayya menarik tangannya dan menyembunyikan cincin itu dari pandangan Becca.

"Aku tidak yakin terutama pada Owen." Hans bersuara, intonasi pria itu jelas saja menggoda.

"Kau yakin Zayya? Tidakkah kau menghubung-hubungkan cincin ini dengan perasaan Owen?" Becca mencoba mencari tahu.

VANILLA TWILIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang