PART 25

230 26 1
                                    

Oholaaaaaaaa update nihhh, moga² masih ada yg suka mantengin notif dari aing.

Jgn lupa vote dan comment nya yahhhhh, kasih aing feedback yg mndukung aing buat terus berkarya dongggggg wkwkwk

Tunggu update berikutnya yahhhh, ttp pantengin deh pokoknya.

See u 😗😙😚😘

Author Pov.

"Ku harap kau tidak terpengaruh oleh wanita itu."

Zayya terkekeh dan menggeleng. Owen mengerang mengingat kata-kata Paige, betapa mudahnya wanita itu berbicara kepada Zayya tanpa takut Owen bisa saja menendang wanita itu jauh-jauh.

"Aku ingin sekali mematahkan lehernya tapi aku menahan diri dan berharap kau tidak terpengaruh."

Lagi dan lagi Zayya terkekeh, kedua tanganya menangkup wajah Owen membuat pandangan mereka lebih terarah pada satu sama lain.

"Kau tidak boleh melakukan hal seperti itu kepada wanita, cukup kuasai diri mu jika itu tidak benar. Aku tidak bisa mengklaim masa lalu hanya karena mendengarkan wanita itu, masa lalu mu adalah urusan mu jika kau belum selesai dengan masa lalu mu tolong selesaikan baik-baik. Dia seorang wanita yang merasa di rugikan, itu wajar karena dia memberikan seluruh hatinya untuk mu tapi kau menyatakan dia tidak memiliki arti sedikit pun dengan mu."

Tangkupan lembut tangan Zayya di wajahnya membuat Owen semakin nyaman dan yakin jika Zayya memang gadis penuh arti dalam hidupnya.

"Jika aku adalah dia, mungkin aku akan melakukan hal yang sama tapi aku akan melihat situasi terlebih dahulu dan aku akan memilih membicarakanya dengan mu saja hinggan mencapai kesepakatan."

Owen tersenyum.

"Sayangnya dia bukan wanita cerdas! Kasar dan bertindak ceroboh adalah caranya."

Zayya terkekeh, ia menarik tanganya tapi Owen menahan tangan itu tetap menangkup wajahnya.

"Maaf." Ucap Owen pelan. Zayya mengernyit kebingungan.

"Untuk?"

Helaan napas terdengar, Owen menangkup kedua tangan Zayya di wajahnya, membawa tangan itu untuk ia genggam dengan lembut, menatap Zayya penuh sesal dan perhatian.

"Untuk kesalahan ku yang kau ketahui dan tidak kau ketahui."

Ungkapan itu membuat hati Zayya tersentuh, ia mungkin tidak tahu banyak tentang Owen tapi Owen dengan tulus meminta maaf atas semua hal yang ada pada pria itu. Lagi pula bagaimana bisa Zayya tidak memaafkan Owen yang sebentar lagi akan menjadi Suami nya? Dan pula kesalahan-kesalahan Owen adalah masa lalu pria itu, Zayya sudah bilang ia tidak berhak mengklaim menyangkut masa lalu Owen.

"Aku memaafkanmu meski pun aku tidak tahu apakah penting maaf ku untuk mu sementara aku tidak tahu apa pun yang sudah kau lakukan di masa lalu mu."

Owen memandang Zayya penuh rasa takjub, ia tidak mengerti mengapa ada gadis seperti Zayya dan mengapa tidak dari dulu Tuhan mempertemukan mereka? Jika dari dulu mereka sudah di pertemukan mungkin Owen tidak akan pernah menjadi pribadi yang arogan karena memiliki segalanya dan dengan mudahnya mencap apa pun bisa ia lakukan dan kuasai.

"Sangat penting maaf mu untuk ku karena sebentar lagi kau akan hidup bersama ku selamanya dan kita tidak akan pernah tahu kapan kesalahan-kesalahan ku yang lainya terungkap pada mu dan sebelum itu terjadi aku harus meminta maaf dan kau tidak ada alasan untuk marah dan meninggalkan ku."

Zayya tertawa, ia berjinjit mencondongkan wajahnya dan mengecup selembut bulu bibir Owen.

"Aku memaafkan mu sepenuhnya dan tidak akan marah apa lagi meninggalkan mu, kau bisa pegang janji ku." Ucap Zayya membuat kedua insan itu saling melempar senyum.

"I love you." Bisik Owen.

Betapa hebatnya rasa yang mereka miliki saat ini, di setiap detiknya tidak pernah ingin berhenti untuk saling mencintai dan percaya.

"I love you too." Ucap Zayya. Sekali lagi ia mencium Owen dan membuat pria itu terkekeh gemas tidak menduga Zayya memiliki keberanian untuk menciumnya. Owen baru saja akan membalas ciuman Zayya tapi ketukan di pintu menghentikanya dan dengan gusar melirik pintu, tuas pintu itu bergerak dan dengan pelan pintu itu terbuka memperlihatkan sosok William yang menatap polos kemudian di ikuti Becca dan Hans yang tersenyum sumringah.

"Kalian baik-baik saja?"

"Sangat baik sebelum kalian datang." Sahut Owen ketus, ia melirik Zayya mengeluarkan suara tawa tertahan.

"William memaksa masuk, dia mencari cari kalian." Hans berasalan padahal tidak seperti itu bahkan ia dan Becca meminta William yang membuka pintu pintu dan masuk terlebih dahulu agar tidak terkena dampratan Owen.

"Masalah sudah selesaikan? Kalian akan tetap menikah bukan?" Becca bersuara, ia menatap saksama Owen dan Zayya yang sepertinya telah mencapai kesepakatan.

"Tentu saja! Tidak ada yang bisa menghalangi kami untuk menikah." Suara Owen masih bernada ketus, Zayya tahu pria itu kesal.

Becca dan Hans terkekeh serta bersyukur. Hans mengerling jahil kepada Owen yang di sambut pria itu dengan pelototan tajam.

"Kami tahu kedatangan kami mengganggu tapi William--"

"Jangan jadikan keponakan ku sebagai alibi kalian untuk mengganggu ku, sekarang lebih baik kalian keluar!" Sergah Owen.

Becca berdecak sementara Hans menahan tawanya.

"Baiklah kami keluar, kami hanya memastikan kalian baik-baik saja." Becca menuntuk Hans dan William keluar, ia juga menyempatkan tersenyum kepada Zayya sementara Hans mengedipkan sebelah matanya kepada Owen.

Pintu kamar kembali tertutup, Owen mendengus gusar.

"Mereka selalu mengganggu! Aku tidak pernah tenang jika ada mereka." Gerutu Owen. Zayya terkekeh, mengusap dada bidang Owen untuk menenangkannya.

"Tapi mereka salah satu alasanmu untuk bahagia kan?"

Mau tidak mau Owen tersenyum dan mengakuinya. Ia menatap intens Zayya yang sedang tersenyum, menunduk pelan dan hampir mencium bibir Zayya jika telapak tangan gadis itu tidak segera membungkam mulut Owen, Owen bertanya lewat pelototanya sementara Zayya tersenyum sambil menggeleng.

"Kita harus keluar."

Owen menjauhkan tangan Zayya.

"Sebelum keluar berikan aku---" Owen melotot lagi saat Zayya menggeleng.

"Apa maksud gelengan itu? Kau tidak mau aku mencium mu sementara kau sudah dua kali mencium ku?" Tanya Owen tidak percaya. Zayya terkekeh.

"Kau hampir tidak bisa di hentikan kalau mencium ku sementara kita harus keluar sebelum Hans dan Becca bertanya tanya dan membuat mu kesal lagi."

Owen mengerang, ia menyugar rambutnya, tidak habis pikir dengan ucapan Zayya.

"Kau---"

"Ayolah Owen." Ucap Zayya meminta pengertian pria itu.

Tatapan Owen memang memlembut tapi ketajaman yang biasa di mata pria itu tidak berkurang sedikit pun.

"Kalau aku tidak memiliki gangguan lagi aku pastikan kau tidak akan bisa---"

"Aku tahu." Sergah Zayya tersipu, ia meraih tangan Owen untuk ia genggam dan menuntun pria itu berjalan menuju pintu.

"Kau menjadi lebih berani pada ku akhir-akhir ini." Ucap Owen di belakang Zayya.

Zayya membuka pintu dan membawa mereka keluar dan menuruni tangga.

"Aku belajar dari mu." Sahut Zayya. Owen menjajari langkah mereka, melirik Zayya dengan penuh makna.

"Dan setelah menikah kau akan lebih banyak belajar lagi, ku pastikan itu." Mereka berhenti di anak tangga terakhir untuk saling bertatapan.

Entah apa hubunganya dengan perkataan Owen hingga Zayya tersipu malu, genggaman tangan mereka pun kian mengirimkan sebuah janji yang menggetarkan.

******************************

See u 😗😙😚😘


VANILLA TWILIGHTWhere stories live. Discover now