Part 2

75 15 20
                                    

Bagaikan buronan, Suci dikejar oleh saptam rumah sakit. Entah kekuatan dari mana Suci bisa berlari dengan kencang. Sampai akhirnya, saptam itu tak lagi mengejarnya setelah Suci bersembunyi dibawah kolong meja yang berada dibagaian adminstrasi.

Suci berjalan dan sesekali melirik kebelakang. Memastikan tidak ada yang mengikutinya. Sudah tak diragukan lagi, Suci yakin Aletha, Sinta, dan Imelda pelaku yang menbunuh Lussy. Karena mereka sering kali berbuat kasar pada Lussy seperti yang mereka lakukan pada dirinya.

***

Di sebuah rumah, tiga gadis sedang bersorak, terlihat begitu happy. Entah apa yang mereka rayakan. Suci mengintip dan mendengar beberapa percakapan mereka di balik jendela.

"Si bego bisa-bisanya nipu kita!"

"Awas aja, kalo ketemu gue bunuh!"

"Dahlah, gue pusing mikirin dia!"

Mendengar itu, Suci tersenyum sinis. Tangannya mengapal menahan emosi. Pisau yang ditangannya, ia genggam dengan erat.

"Sebentar, gue ketinggalan sesuatu di mobil." ucap Aletha di dalam rumah. Sontak Suci menundukan kepalanya bersembunyi di semak-semak.

Pintu terbuka, Aletha keluar dari rumah. Kakinya melangkah menuju gerasi, melewati Suci yang bersembunyi. Di setiap langkahnya Aletha bersenandung ria, tak sadar seseorang yang mengikuti dari belakang.

Gerasinya cukup luas, mungkin bisa menampung 3 buah mobil. Aletha membuka mobil hitam yang ia kendarai beberapa jam yang lalu. Tiba-tiba seseorang mendorong dirinya dengan kuat dan masuk ke dalam mobil.

Mobil terkunci. Suci berhasil menindih tubuh Aletha. Membuat Aletha tak bisa bergerak, walaupun memberontak.

"Lepasin gue!" teriak Aletha.

Tanpa banyak basa-basi Suci merobek mulut Aletha dengan pisau tajam ditangannya. Darah keluar dengan deras dimulut Aletha, ia sangat susah berucap. Rasa sakitnya yang dirasakan Aletha, sangat sulit dideskripsikan. Sangat sakit!

Entah kerasukan setan apa, Suci yang sekarang tak ada rasa iba dan kasihan. Ia membabi buta Aletha. Benda tajam ditangannya, Suci dekatkan ke perut Aletha. Menekan pisau itu dan merobek perut Aletha, lalu mencabutnya dengan kasar. Aletha sekarat. Untuk mengakhir, Suci menusuk mata kanan Aletha, mengeluarkan bola mata indahnya. Bagaikan air, darah itu mengalir dengan deras dari tubuh Aletha, membanjiri mobil. Baju pasien rumah sakit yang Suci kenakan sudah berubah warna menjadi merah.

Suci tersenyum, menandang Aletha yang sudah tak bernyawa. Ia mengantungi bola mata Aletha yang sempat terjauh dari pisaunya. Pintu mobil dibuka Suci. Rambut Aletha ia tarik, mengeluarkan jasad gadis itu dengan kasar.

Suci memandang tangan yang berlumur darah. Ia terdiam, terdapat rasa penyesalan dihatinya. Suci langsung menggelengkan kepalanya. Akh! Mereka harus menanggung apa yang telah mereka perbuat.

Jasad Aletha diseret menuju rumahnya. Berat tubuh Aletha sudah hilang bagi Suci, terasa ringan. Suci bisa menariknya walaupun dengan satu tangan. Kekuatan emosinya melebihi segalanya.

***

Sementara di rumah, dua orang gadis sedang asik bernyanyi dan berjoged mengikuti irama musik yang diputar dengan kecang, membuat siapa saja yang mendengar akan terasa pecah gendang telinganya. Tapi tidak dengan dua gadis itu, hal tersebut sudah biasa. Mungkin.

SuciWhere stories live. Discover now