part 8| penyelidikan

Start from the beginning
                                    

"Heem, dari dulu udah bisa karate," jawab Aretha merapikan obat yang dia gunakan untuk mengobati Sandy.

"Kenapa gak ikut ekstra karate di sekolah?"

"Gak ah, gue mau ikut ekstra yang lain aja biar ada pengalaman gitu," ucap Aretha tersenyum simpul

"Serah lo dah. Gue pulang dulu ya, besok berangkat sekolah gue jemput," kata Sandy berdiri hendak keluar rumah.

Aretha mengangguk dan mengantar Sandy sampai ke depan pintu rumahnya. Malam sudah semakin larut, Aretha ke atas untuk segera tidur dan masuk ke alam mimpi. Di pagi harinya, Sandy benar-benar menjeput Aretha untuk pergi ke sekolah bersama. Saat sampai di sekolah, mereka berdua menjadi pusat perhatian. Banyak yang iri melihat Aretha bisa dekat dengan Sandy.

"Ret, pulang sekolah lo sama gue, kita lanjut misi kita yang kemarin," ucap Alta tiba-tiba menggenggam tangan Aretha

"Kagak ada, Aretha nanti pulang sama gue, lepasin," ucap Sandy mencoba melepas tangan Alta yang menggenggam tangan Aretha.

"Yang gue tanya Aretha bukan lo biji karet," ucap Alta menggenggam tangan Aretha kembali.

"Serah gue lah telur cicak," ucap Sandy mencoba menepis tangan Alta yang kembali memegang tangan Aretha.

"Iya iya gue bantu Al, tapi Sandy harus ikut," ucap Aretha yang mulai capek mendengar perselisihan antara Sandy dan Alta.

Setelah mengatakan hal itu, Aretha berjalan menuju kelasnya. Sandy menjulurkan lidahnya lalu berlari menuju kelasnya juga. Entah perasaan dari mana Alta merasa sedikit ada rasa sakit di hatinya saat melihat kedekatan Aretha dan Sandy.

Alta segera berjalan menuju kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Aretha. Saat Alta duduk di kursinya dan berkumpul riang dengan teman-temannya, seorang siswi datang dan memberi Alta sebuah kotak bekal.

"Ini buat Alta," ucap siswi itu menyodorkan kotak bekalnya di depan Alta.

Senyum Alta tiba-tiba luntur saat melihat siswi ini. Rentetan kejadian yang Alta coba hapus kembali melintas di pikiran Alta. Alta tidak menjawab dan tidak mengambil kotak bekal itu, hingga siswi itu membuka suaranya.

"Belum siap denger penjelasan gue ya," ucap siswi itu tersenyum kecewa dan pergi keluar kelas.

Waktu terus berjalan dengan cepat, tak terasa bel pulang berbunyi, Aretha dan Sandy sudah menunggu Alta di depan gerbang sekolah yang sedang mengantar Zahra ke rumahnya. Lumayan lama mereka berdua menunggu Alta.

"Cepet banget, sampai ada jamur tumbuh di kepala gue nungguin lo," ucap Sandy saat Alta baru sampai di depan mereka.

"Kadaluarsa dong lo."

"Udah ah gak usah berantem mulu, cepetan ayo ke rumah si Zahra. Al, Zahra gak nyurigain lo kan?" Tanya Aretha memastikan.

"Enggak kok Ret, tentang aja."

"Mending tadi pas lo nganter Zahra ke rumahnya gue ngikutin lo dari belakang, gak usah nungguin kek gini," ucap Sandy

"Dan gue gak mau Aretha pergi berdua sama lo,” tutur Alta menunjuk Sandy.

Sandy hanya memutar bola matanya jengah dengan kelakuan Alta. Aretha merasa atmosfer di sekitar Mereka mulai menipis, lantas Aretha melerai mereka berdua yang Sendang adu pandang dengan sengit.

"Udah ah gak usah berantem lagi, jangan kek bocah gitu. Udah ayo ke rumah Zahra keburu Zahra pergi keluar beneran."

Alhasil mereka segera memacu mesin motor masing-masing dan pergi ke rumah Zahra. Seperti biasa mereka sedang bersembunyi di balik pohon yang lumayan besar di depan rumah Zahra. Aretha sedang melihat Zahra dengan teropongnya yang membuat Sandy dan Alta yang melihat Aretha tersenyum geli.

Bagaimana mereka tidak ingin tertawa melihat Aretha tampak serius dengan melihat rumah Zahra menggunakan teropong bocah SD pada umumnya. Mereka bertiga segera mengikuti mobil yang menjemput Zahra di depan rumahnya. Kalau benar Zahra menduakannya, sudah batal niat Alta mengundurkan diri dari gelar playboynya.

Mereka berhenti pada sebuah cafe yang didesain cukup menarik untuk tempat nongkrong para kaum milenial. Mereka bertiga duduk agak jauh dari tempat duduk Zahra dan cowok itu. Aretha mengeluarkan tiga kacamata hitam dan tiga topi lalu menyerahkan kepada Alta dan Sandy.

"Ini buat apa Ret?" Tanya Alta

"Gue emang bodoh dalam pelajaran..." Ucapan Aretha terpotong oleh suara Sandy.

"Nah itu sadar," ucap Sandy yang langsung menerima cubitan dari Aretha

"Dengerin dulu, detektif Aretha mau ngomong. Gue emang bego soal pelajaran, tapi gue gak bego soal beginian, gue gak mau terjerumus ke lubang hitam kedua kalinya kayak kemarin yang gagal." Jelas Aretha dengan berbicara sepekan mungkin.

Mereka berdua mengangguk mendengar ucapan Aretha. Mereka bertiga mulai memperhatikan meja Zahra. Alta membulatkan matanya saat melihat cowok itu memegang tangan Zahra dengan mesra dan terlihat sesekali Zahra tertawa lepas.

"Aduh ada yang sakit tapi tidak berdarah," ucap Sandy berbisik secara dramatis sambil memegangi dada kirinya

Alta hanya mendengus kesal. Melihat Zahra tertawa dan berpegangan tangan membuat kesabaran Alta habis, dia segera berdiri dan berjalan menuju meja Zahra, melepas topi dan kacamata yang dia pakai. Alta dengan santai duduk di depan mereka berdua membuat mereka berdua terkejut. Alta menopang dagu dan tersenyum ke arah mereka.

"Ini siapa pacar kamu ya," ucap Alta to the point.

Aretha menepuk jidatnya sendiri. Dalam hati, Aretha mengeluh kenapa dia memiliki sahabat yang tidak suka basa basi seperti Alta. Zahra terlihat grogi saat Alta bertanya seperti itu. Sandy hanya berdiri bersama Aretha di belakang Alta.

"I... iya ini pacar Zahra," ucap Zahra menunjuk cowok di sampingnya.

"Bagus ya kamu," ucap Alta yang masih menopang dagu dengan santai.

"Kak Alta sendiri yang bikin aku duain kakak. Kak Alta lebih mentingin Aretha dibanding Zahra pacar sendiri, pas kak Alta sama Zahra yang dikhawatirin Aretha terus. Pacar kakak itu Zahra atau Aretha sih," kata Zahra meninggikan suaranya.

"Ya karena Aretha sahabat aku dari kecil," ucap Alta yang mulai meninggikan suaranya juga.

Semua pengunjung cafe mulai melihat adegan dramatis bak drama di televisi. Aretha dan Sandy mulai menarik lengan Alta untuk segera keluar dari sini. Alta hanya menurut saat dibawa keluar cafe.

"Ya udah pacaran aja sama Aretha" ucap Zahra secara lantang yang membuat Alta dan Aretha menegang seketika.

Next part→→

Gadis OnarWhere stories live. Discover now