"Paham kan?" Tanya Aretha memastikan.

"Enggak," ucap Alta Sambil tersenyum menampilkan deretan gigi-giginya.

"Sad gue jadi temen lo. Ganteng-ganteng bego juga lo."

"Lha terus gimana ini?" kata Alta dengan wajah lesu.

"Nanti pulang sekolah, kita pantau rumahnya, bisa jadi tadi malam dia telponan sama seseorang janjian bust ketemu di luar."

Alta hanya mengangguk-angguk. Aretha segera kembali ke kelas. Hari ini dia mulai mood kembali membuat kejutan untuk semua orang terutama pak botak dan guru BP. Sudah dua hari ini Aretha tidak melakukan sebuah keonaran, jadi Aretha akan membuat keonaran sekaligus tiga hal untuk menutupi hari yang tidak ada keonaran dari Aretha. Satu ide cemerlang muncul secara tiba-tiba. Aretha melihat jam dan merasa masih ada waktu. Aretha segera ke meja guru mengambil spidol yang ada di atas meja guru.

"Karena Aretha anak yang baik, Aretha akan berbakti padamu pak botak," ucap Aretha tersenyum.

Terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat memasuki kelas, Aretha segera meletakkan spidol seperti biasa dan dia segera berlari menuju mejanya. Siswa siswi yang lainnya segera berlari menuju meja mereka masing-masing.

"Aretha tadi ngapain?" Tanya Gebby.

"Udah Gebby diam aja," ucap Aretha mengedipkan sebelah matanya.

Pak botak memasuki kelas dan mulai mengajar seperti biasanya. Saat pak botak hendak mengambil spidol untuk menulis di papan tulis, terlihat Aretha menahan tawanya. Tutup spidol dibuka pak botak dan tinta hitam tumpah di tangan pak botak. Tawa Aretha pecah membuat pak botak mengetahui semua ini adalah keonaran yang Aretha buat.

"ARETHA!!!" teriak pak botak yang mampu membuat satu kelas tutup telinga.

Bel istirahat berbunyi. Aretha dan Gebby ingin kembali ke kelas setelah mereka dari kantin. Aretha berhenti di dekat lapangan basket diikuti Gebby. Aretha menarik Gebby menuju lapangan basket yang sedang ramai siswa-siswa bermain basket. Aretha meminta ikut bermain, sedangkan Gebby duduk di kursi penonton sebagai pendukung setia Aretha.

"Aretha, semangat!" ucap Gebby menyemangati Aretha.

Aretha mengangguk dan memberi jempol tangan pada Gebby. Aretha menggulung seragamnya agar lebih mudah dalam mendribel bola. Saat pertengahan permainan, Aretha tak sengaja melempar bola basket keluar lapangan. Bola basket mengenai kepala pak botak dan memantul memecahkan kaca jendela ruang guru.

"Haduhh pecah lagi," ucap Aretha menepuk jidatnya.

Pak botak menghampiri Aretha. Aretha dan Gebby masih berada di tengah lapangan sedangkan para siswa yang ikut main basket sudah tidak ada alias kabur.

"Aretha, Gebby udah tahu kan habis ini ke ruangan mana"

"Iya pak udah tahu" ucap Aretha dan Gebby bersamaan dan berlari menuju ruang BP.

Aretha dan Gebby dihukum dengan membersihkan lapangan bola basket. Aretha merasa bersalah karena ulahnya, Gebby juga harus melaksanakan hukuman. Aslinya, hanya Aretha yang menerima hukuman, namun Gebby memaksa ikut membantu dirinya menjalankan hukuman. Saat pulang sekolah, Aretha menunggu Alta dari mengantar Zahra. Mereka berdua akan menjalankan sebuah misi yang sangat penting bagi cinta dan raganya Alta.

"Ayo, bawa apaan lho?" tanya Alta.

"Oh ini, teropong sama kaca pembesar " jawab Aretha memperlihatkan benda yang dia bawa

"Beli dimana?"

"Ini tadi ada abang-abang jualan mainan lewat ya gue beli deh, murah lagi cuma lima ribuan."

"Itu kan buat bocah-bocah Aretha," ucap Alta menepuk jidatnya

"Udah ah diem, ayo cepet!" ucap Aretha sambil menaiki motor Alta.

Aretha dan Alta kini sudah berada di depan rumah Zahra, lebih tepatnya mereka sedang berada di balik pohon depan rumah Zahra untuk bersembunyi. Aretha mulai melihat rumah Zahra dengan teropong yang dia beli. Masih tidak ada aktivitas yang Zahra lakukan sepengetahuan Aretha.

Gerbang rumah Zahra terbuka membuat mereka berdua yang bersembunyi di balik pohon, terkejut. Zahra pergi dari rumahnya dengan menaiki taksi. Aretha dan Alta segera mengikuti taksi yang Zahra naiki dengan tetap menjaga jarak agar tidak ketahuan.

Zahra berhenti di sebuah cafe dan duduk di salah satu meja. Terlihat Zahra sedang menunggu seseorang. Aretha dan Alta mengikuti Zahra masuk ke dalam cafe dan duduk da i salah satu meja yang jaraknya tidak jauh dari meja Zahra tapi aman. Mereka berdua berpura-pura membaca menu yang ada di cafe untuk menutupi wajah mereka. Tak lama ada seorang laki-laki sekitar tiga puluhan menghampiri Zahra.

"Om-om Al, kalah lo ama om-om," ucap Aretha sedikit berbisik.

"Ye, gantengan juga gue," ucap Alta menjitak kepala Aretha.

"Gantengan lu, tapi kaya yang itu," ucap Aretha sambil mengusap kepalanya yang dijitak Alta.

Aretha menggunakan teropong miliknya untuk memantau Zahra, tapi saat Aretha memantau Zahra dengan teropongnya, Zahra sudah tidak ada di sana. Aretha menoleh ke kiri dan kanan mencari keberadaan Zahra, namun nihil.

"Lah si Zahra ilang Al," ucap Aretha memukul pelan lengan Alta.

"Nah lho, salah lo nih ngajak ngobrol aja," kata Alta menyalahkan Aretha.

"Lha kok salah gue sih."

"Eh ada Aretha sama kak Alta ya," kata Zahra yang sudah berdiri di belakang Aretha dan Alta.

Aretha dan Alta menoleh ke belakang. Mereka berdiri dan tersenyum kaku ke arah Zahra. Zahra mengenalkan pamannya yang dari Singapura.

"Oh ya kak Alta, kenalin ini pamanku yang baru sampai tadi di bandara. Kesininya tadi sama tanteku, tapi masih di toilet," ucap Zahra yang mampu membuat Alta dan Aretha saling pandang.


Next part→→

Gadis OnarWhere stories live. Discover now