Lima belas

7.6K 408 13
                                    

Sampai dirumahku belum sampai malam, Mas Andy masih mengantarku sampai benar-benar di depan pintu rumah dan karena mobilnya tidak bisa masuk maka ia parkirkan dekat mini market tadi. Rasanya lega karena sekarang bisa terang-terangan berdua dengan Mas Andy tanpa takut harus dimarahi ayah atau tidak direstui lagi, maksudku sekarang aku juga mulai membiasakan diri dengan sosok Mas Andy yang makin dekat denganku, ya karena memang itu harus aku lakukan.

"Dek, oh iya. Ayahmu minta tolong ke aku untuk laksanakan lamaran ke dua. Kamu siap nggak kalau besok?" Baru saja ingin bicara tapi ternyata Mas Andy udah bicara duluan, apa? Lamaran ke dua, oh mungkin peresmian karena sebelumnya lamaran tidak berjalan lancar.

Sambil menatap ke arah Mas Andy aku berpikir sejenak sebelum menjawab, "Besok, apa tidak terlalu cepat?"

"Mas rasa tidak, yasudah besok Mas sama keluarga dateng pagi-pagi ya." suaranya dalam banget, maksudnya terdengar sangat serius, belum lagi raut wajah Mas Andy yang ketika bicara soal hubungan selalu saja super duper serius.

Aku hanya mengangguk pelan dan mulai pamit, "Oh begitu. Baiklah, aku masuk dulu ya Mas. Hati-hati di jalan. Sampaikan salam ke Papa Mama kamu ya Mas." aku mulai berjalan mendekati pintu dan memegang gagangnya, sebelum akhirnya Mas Andy mulai berjalan menuju mobilnya yang terparkir di mini market sana. Maaf, namanya juga gang sempit, motor bisa masuk saja udah bersyukur.

•••
•••
•••

Dan hari esok pun tiba...

Aku dan Mas Andy ambil cuti dadakan, dan beruntung langsung di acc. Seperti rencana sebelumnya, Mas Andy dan keluarga datang, bahkan alhamdulillah Mas Danang dan Mbak Sisca juga hadir di acara lamaran aku dan Mas Andy, sengaja ayah sudah konfirmasi dulu dengan Mas Danang dan alhasil kakakku itu juga langsung dari luar kota ke rumah ini untuk menyaksikan lamaran adiknya. Terimakasih banget juga buat Mbak Sisca yang bisa hadir di acara kecil namun sangat berkesan ini. Jujur aku malah jadi super gugup, dengan balutan pakaian formal di hadapan keluarga Mas Andy aku hanya terdiam, bahkan hanya bisa membalas dengan senyuman dan mengiyakan semuanya, berbeda dengan yang lain bisa tersenyum dan semakin akrab. Kenapa ya? Aku kok malah jadi super gugup, mungkin ini reaksi kalau dua bulan lagi ternyata pernikahan akan dilangsungkan, kedua keluarga kami sepakat dalam dua bulan ini aku dan Mas Andy akan melaksanakan pernikahan secara resmi dan ditambah pakai resepsi.

"Nanti Mas telepon kamu ya, Mas pulang dulu. Senang malam ini, kamu juga manis." Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, dan sebelum keluarga Mas Andy pulang, aku dan dia masih ngobrol di teras depan rumah, Mas Andy juga tampan loh dengan balutan jas hitam dan rambut yang klimis rapi begitu.

Aku masih memandang wajah Mas Andy, wajah yang bakalan nanti tiap hari akan aku lihat setiap detik, menit, dan jam di satu atap rumah yang sama. "Iya Mas, makasih ya udah menuhin apa yang dimau ayahku. Tadi juga agak gugup sih, takutnya ayah ngasih syarat aneh-aneh lagi ke kamu, tapi ternyata alhamdulillah lancar semuanya."

"Tenang, itu urusan aku. Kamu tinggal siapin diri nanti dua bulan lagi, kamu bakalan jadi seorang istri, jangan pernah bosan urusin aku sampai akhir hayat ya Dek." ucapan itu sangat membuatku tersadar, bagaimana tidak, udah hak paten aku menjadi seorang istri ternyata. Benar kata Mbak Syifa kalau memang aku yang pantas menjadi istri, iya juga sih aku sadar kok. "Yaudah, Mas pulang dulu ya, Wassalamu'alaikum." kemudian pria itu pamit, aku masih bengong menghela nafas setelah menjawab salam, mendengar suara jangkrik yang bunyi di hamparan teras rumah, tapi aku sadar kalau ada yang mendekat.

"Dek Reno," itu suara Mbak Sisca, dia menepuk pundaku dan memasang wajah tersenyum ke arahku. "Sudahlah, aku paham. Daritadi kamu gelisah sendiri, jatuhnya bengong. Kalau dilihat-lihat Mas Andy itu mirip kakakmu, si Danang itu. Langsung ngajak nikah tanpa pacaran lama, makanya mungkin dengan mudah si Danang nerima Andy jadi adik iparnya, karena mungkin mereka sepemikiran."

"Beneran begitu? Baru tau." aku menjawabnya, ya ampun ternyata Mas Danang juga sama kayak Mas Andy, hebat mereka, bukan layaknya anak jaman yang pacaran bertahun-tahun tapi pas nikah malah beda orang, sakit.

"Intinya maklum, apa yang kamu rasain itu sama kayak aku saat dilamar sama Mas Danang. Perasaan sedikit tidak terima melepas masa lajang, dan sebentar lagi kamu juga bakalan menjalin rumah tangga, menyatukan dua pemikiran kalian berdua. Aku doakan yang terbaik buatmu Dek." lanjut Mbak Sisca.

Aku mendengarnya seperti mendapat semangat baru, "Makasih Mbak, aku jadi sedikit lega. Aku pikir perasaan gelisah ini karena takut aja."

"Takut kenapa? Jangan risau, jalani saja dan belajarlah menjadi pasangan yang lebih baik untuk suamimu kelak." Mbak Sisca sudah pandai sekali, tentu saja, makanya Mas Danang nempel terus sama dia.

Baiklah, semuanya tinggal menunggu waktu. Apakah aku bisa? Setidaknya aku harus berjuang dan jangan banyak mengeluh serta mikirin hal aneh. Semangat!

•••°°°•••

Reno

•••°°°•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••°°°•••

Andy

Andy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dikejar Nikah - BoyxboyWhere stories live. Discover now