2 - Pearl,

23 4 2
                                    




•••

"Consider yourself a sparkling pearl, a conch shell is the safest hiding place. until, when it arrives, break the surface and reach your dreams"

•••



"Jim."

Panggilan Taehyung membuat sang pemilik nama merespon dengan gumaman. Fokusnya masih pada ruang chat diponselnya. Berbalas pesan dengan seorang gadis.

"Hm.."

Taehyung menimang sejenak sebelum memutuskan untuk benar-benar bertanya. "Lo kenal Jungkook?" Akhirnya. Pertanyaan itu mampu juga keluar dari mulutnya selepas; tiga ratus dua puluh dua detik terdiam sia-sia.

"Hah?" Jimin spontan menoleh, melepas atensinya yang sedari tadi hanya fokus pada ponsel ketika dirinya merasa mendengar nama Jungkook disuarakan oleh sahabatnya.

"Jungkook. Lo kenal Jungkook?" ulang Taehyung dengan penuh penekanan. Meski sambil merotasi mata malas, karna demi apapun mengulang nama sang gadis akan menimbulkan kecurigaan bahwa Taehyung tengah penasaran.

"Jungkook? Anak Fakultas Hukum?" tanya Jimin lagi. Memastikan bahwa Jungkook yang ada dibenaknya sama dengan yang sedang dijadikan objek pembicaraan oleh Taehyung.

"Gue gak tau dia anak jurusan mana. Gue cuman mau tanya soal cewek yang kemarin dicafe itu. Lo inget?"

Mata Jimin menyipit. Memandang Taehyung penuh atmosfer menyelidik. "Gue inget! Gak mungkin gue lupa. Itu seminggu yang lalu di cafe Mall dekat kampus?" ujar Jimin mengulang ingatannya, "pertanyaan gue Tae. Ada apa dengan Jungkook?"

Seingat Jimin Taehyung anti berurusan dengan gadis. Terkecuali untuk urusan Organisasi atau hal yang benar-benar Urgent.

"Lo tau. Gadis yang kemarin itu, nembak gue Jim." ungkap Taehyung, kelewat jujur. Tak ada yang dia sembunyikan, tak ingin dan memang untuk apa? Toh jimin Sahabatnya. Sahabat yang sudah sangat dia percaya.

Spontan jimin melotot. "JUNGKOOK NEMBAK LOE SERIUSAN?" Nada suaranya meninggi beberapa, oktaf.

Taehyung menyengit. Apa-apaan dengan ekspresi Jimin yang berlebihan itu?

Namun tak urung dia mengangguk mantap. "Iya."

Jimin reflek berdiri. Kemudian memegang bahu Taehyung dan mengguncanganya berutal lengkap dengan mengajukan pertanyaan yang sama, "Jungkook beneran nembak loe?" ekspresi nya kentara sekali tengah berada diraut syok yang paling tinggi.

Taehyung sukses dibuat menatap aneh pada sahabatnya. Padahal untuk masalah Taehyung ditembak seorang gadis, itu bukan hal baru, bukankah itu sudah biasa?

Bukan bermaksud sombong ketika Taehyung berargumen semacam itu, tapi itu memamg fakta dan Jimin selalu biasa saja, diiringi dengan komentar yang selalu sama. "Siapa sih yang gak suka sama loe Tae. Cowok dengan segudang prestasi, Kaya, punya wajah bak Idol korea. Kalau kata adek sepupu gue yang punya 'logika dia atas rata-rata' sih. Lo itu adalah si Pangeran dari piramida puncak, sayangnya adek gue hindari."

Selalu saja komentar itu.

Sampai Taehyung bosan kemudian bersuara "Gue gak se-sempurna itu juga Jimin. Jangan bikin gue tambah lupa sama tanah yang bakalan ngubur gue okay. Dan satu lagi. Itu adek lo dengan gelar 'si logika diatas rata-rata' siapa sih? Selalu dia yang lo sebut-sebut."

Dan Jimin selalu membalas dengan senyumnya yang kelewat manis hingga membuat matanya semakin sipit. Eye smile- nya yang begitu tampan.

"Adek gue itu. Cantik tapi ribet Tae. Gak usah kenal. Ntar loe jatuh cinta ke dia dan berakhir patah hati karna gak bisa dapetin hati batunya." terang Jimin meremehkan.

Sukses membuat Taehyung mendengus kesal. Berakhir dia memukul Jimin atau pergi menjauhi sahabatnya itu.

"Iyaa... Jungkook, gadis yang seminggu lalu ketemu lo dicafe. Dicafe itu juga dia nembak gue."

Jimin tercengang. 'Jungkook katanya?' "Kok bisa Tae?" tanya Jimin lagi dengan pandangan yang tak bisa ditebak oleh manusia manapun selama dia masih manusiawi.

Taehyung kesal. Memundurkan tubuh sedikit dari posisi awal setelah tadi sempat menghempaskan tangan Jimin yang memegangi pundaknya, "Ya mana gue tau Jim. Makanya gue nanya ke elo. Lo kenal Jungkook. Kalau kenal gue mau tau dia itu anak mana. Sekalian mau nanya alasannya nembak gue apa?"

Jimin masih terdiam. Total menghentikan semua aktifitasnya sesaat setelah tadi sempat hampir terjerembab, kembali menguasai diri dan kembali mengamati layar ponsel. Spam gadisnya lumayan berisik. Akan tetapi, percakapannya dengan Taehyung jauh lebih menarik sekarang, "Tae, lo gak salah orang, kan?  Beneran Jungkook yang kemarin, yang nembak loe?"

Retorik. Dan Taehyung jengah,

Memejamkan mata sesaat. Kemudian menarik nafas dalam. "Iyaa~   Jimin. Jungkook yang kemarin. Otak lo lemot banget sih. Lo budek atau gimana?"

Jimin hampir terkekeh. Andai saja dia tidak langsung ingat kalau Jungkook adalah gadis yang itu. Gadis yang diberinya gelar. 'Cewek dengan Logika diatas rata-rata'

"Tae." Panggil Jimin dengan nada pelan. Sarat akan ketidak yakinan, "dia itu adek sepupu gue Tae."bisiknya, dengan pandangan awas.

Spontan. Taehyung tersedak minumannya.

Memandang Jimin penuh pertanyaan, ditambah ucapan Jimin selanjutnya membuat rasa penasaran Taehyung semakin menggebu.

"Dia yang gue kasih gelar 'cewek dengan logika diatas rata-rata' dan paling anti sama cowok pupuler dengan segala pesona dan prestasi kayak lo." tunjuk Jimin tepat didepan wajah Taehyung, "dia sering melabeli cowok kayak lo 'Pangeran dari piramida puncak."

"------------ Jadi Tae, gimana bisa Jungkook jatuh cinta sama lo, bukannya dia benci dan anti?" alis Jimin bertaut dramatis, sembari membawa kedua lengan untuk bersidekap tegas didepan dada.

Taehyung masih mematung. Setelah mampu meluruhkan batuk akibat tersedaknya.

"----lo halu karna kelamaan Jomblo ya Tae?" Tembak Jimin sambil menggelengkan kepala, yang mana hal itu justru sukses membuat Taehyung menendang tulang kering milik anak sulung keluarga Park itu.

Jimin mengerang. Kakinya benar-benar sakit. Akan tetapi niatnya mengumpat untuk mengekspresikan balasan terhadap Taehyung terhenti.

Kala sang Ketua BEM itu melompat dari meja yang beberapa menit lalu dia duduki. Sambil berkata "Gue harus ketemu Jungkook sekali lagi. Sebelum gue mati karna penasaran." Menepuk bahu Jimin yang masih setengah ruku' mengelus kakinya sambil meringis.

Taehyung mana perduli.

"Sialan loe Tae.!" Jimin mengumpat walau teriakan nya hanya menguap diudara.

Pasalnya, punggung Taehyung telah tenggelam, dari pengamatannya sebab terhalang daun pintu yang ditutup Taehyung, sesaat setelah dia melangkah pergi.







•••


Vote dan comment kawan kawan. :")






'epiphany' Where stories live. Discover now