Bab 16 (Akhir Semuanya?)

17 2 0
                                    

Aku tak ingin menjelaskan apa pun. Biarlah waktu yang menjelaskan semuanya. Aku mencintaimu, Darial.

***

Keesokan paginya, semua orang berkumpul di kamar Dewi. Gadis itu sudah mulai membaik, kakinya pun sudah kembali ke ukuran semula. Namun, saat ini Dewi bingung. Mengapa mereka harus berkumpul lagi? Wajah mereka juga terlihat sangat serius. Tidak ada senyuman sama sekali.

“Ada apa ini, Re?” tanya Dewi akhirnya. Gadis itu menatap sahabatnya meminta penjelasan. Reano hanya terdiam dan menggeleng. Pemuda itu tak mengucapkan sepatah kata apa pun.

Darial melangkah menghampiri Velis yang terdiam sambil menundukkan kepala. Rambut merah gelap gadis itu sampai menutupi wajah. Jemarinya saling bertaut meremas dress hitam polos yang kini dipakai.

“Angkat wajahmu, Vel. Buat apa kamu menunduk seperti itu, heh? Di mana arogansimu dulu?”

Rosi yang berada di belakang tubuh Velis hanya mampu menatap prihatin. Ini semua sudah risiko. Velis harus menghadapinya.

“Ma-maaf, Dar,” ucap Velis pelan.

Di depannya, Darial hanya tersenyum tipis. Pemuda itu lantas bersendekap tangan. Dia akan menunggu Velis menjelaskan semuanya. Darial akan lebih senang jika gadis itu mau mengakui perbuatannya. Velis yang dia kenal dulu, tak pernah senekat saat ini. Obsesi membuatnya buta.

“Hanya maaf?”

Velis mengangguk, sudut mata gadis itu sudah mulai berair. Pundaknya mulai bergetar, hingga terdengar isak tangis.

“Kamu nggak mau jelasin semuanya, Vel? Lebih baik kamu mengakui semuanya. Itu akan lebih mudah.”

Velis mengangkat wajahnya, menatap Darial dengan tatapan yang sulit diartikan. Mengapa Darial sangat keterlaluan?

“Tidak. Aku tidak paham maksudmu, Dar.”

Tawa terdengar begitu saja di ruangan. Darial tersenyum meremehkan. Masih tidak mau mengaku rupanya. Baiklah. Dia yang akan mengungkap semuanya.

“Kamu yang membelikan obat untuk Dewi tempo hari, kan?” Darial mulai menanyakan hal pertama. Dilihatnya Velis dengan ragu menganggukkan kepala.

“Kamu juga yang mengirim paket ke rumah Dewi, kan?”

Dewi yang ada di tempatnya kaget luar biasa. Jadi, paket yang dia terima itu dari Velis? Apa maksud Darial soal obat yang dia minum setiap hari? Berbagai pertanyaan muncul di benak gadis itu.

“Iya, aku mengirim paket--”

“Nah, sampai sini sudah jelas, Vel.” Darial memotong ucapan Velis yang belum selesai. Membuat gadis berambut merah gelap itu hanya bisa menatap lurus.

“Kamu juga mencintaiku, kan? Oh, bukan cinta. Kamu terobsesi padaku, Vel.”

Velis terdiam, tidak menjawab atau menyanggah ucapan Darial. Gadis itu akan membiarkan Darial bicara sepuasnya dulu. Ya, memang. Velis sangat mencintai Darial, melebihi cinta kepada dirinya sendiri. Sering kali gadis itu cemburu buta. Melabrak banyak gadis hanya demi Darial. Tapi, hanya sebatas itu.

“Kamu cemburu karena aku suka dengan Dewi, kan? Hingga kamu melakukan ini semua. Dan ya, kamu tidak sendiri. Kamu bersama Reano melakukannya berdua. Bukan begitu, Re?”

Di Balik Wisata Jogja (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang