Chapter 19: Facing Evil

118 23 1
                                    

TOK... TOK... TOK...

Terdengar seseorang mengetuk pintu kayu kamar Alexander. Esther yang telah bangun beberapa menit yang lalu pun berpamitan dengan Alexander.

"Sepertinya Vesper sudah menjemputmu," kata Alexander yang sudah terbangun daritadi.

"Aku permisi dulu kalau begitu," kata Esther.

"Esther," panggil Alexander tiba-tiba dan Esther menoleh ke belakang.

"Setelah semua konflik kerajaan ini selesai, apakah kamu bersedia untuk tetap menjadi selirku?" tanya Alexander tiba-tiba dan Esther tidak tahu harus menjawab apa. Dia terdiam untuk beberapa saat.

"Kamu tidak usah menjawabku sekarang. Kamu bisa menjawabku setelah semua ini selesai," kata Alexander kemudian Esther hanya membungkuk hormat.

"Sampai jumpa malam nanti, Yang Mulia," kata Esther kemudian meninggalkan Alexander.

"Sampai jumpa, Esther..." kata Alexander yang melihat punggung Esther perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

Esther berjalan keluar dari ruangan Alexander dan sudah ada Vesper yang menunggunya seperti biasa. Hari ini Esther dijemput lebih pagi dari biasanya. Matahari pun masih belum terbit.

"Selamat pagi, Vesper," sapa Esther kepada Vesper.

"Pagi, Esther," sapa balik Vesper.

"Sepertinya hari ini kamu menjemputku lebih awal," kata Esther sambil tersenyum.

"Karena aku ada urusan nantinya, Esther. Oleh karena itu aku menjemput lebih awal hari ini," kata Vesper sambil tersenyum. Esther yang tidak mencurigai apa-apa pun berjalan mendahului Vesper. Dan di saat itu juga, Vesper mengeluarkan sebuah kain yang sudah dicelupnya di dalam obat tidur. Dengan cepat Vesper langsung membekap mulut Esther. Esther tanpa sengaja menghirup obat tidur itu dan sebelum dia bisa berteriak, dia sudah tidak sadarkan diri duluan. Vesper kemudian menggendong Esther dan dengan cerdik, dia keluar melalui pintu belakang yang selalu digunakannya untuk membuang mayat. Di depan sudah ada Theo yang menunggunya dengan sebuah kereta kuda.

"Cepat sekali," ujar Theo yang melihat Vesper menggendong Esther yang tidak sadarkan diri.

"Aku akan bawa Esther ke tempat yang telah kita tentukan. Berikan ini pada Penasehat Farhan," kata Vesper kemudian memberikan Theo giwang yang diberikan Alexander kepada Esther. Vesper pun menaiki kereta kuda itu dan pergi menuju tempat tujuannya.

Sementara itu, Theo pun segera masuk kembali ke istana untuk melapor pada Farhan kalau rencananya siap untuk dilaksanakan.

"Penasehat, Vesper telah membawa budak itu ke tempat tujuan," kata Theo.

"Bagus, sekarang kita bisa memulai rencana kita," kata Farhan sambil tersenyum licik.

"Oh ya, Vesper juga menyuruhku untuk memberikan ini padamu," kata Theo kemudian menyerahkan giwang batu Alexandrite milik Esther kepada Farhan. Farhan mengambil giwang itu dan tertawa.

"Alexander, kita lihat apa reaksimu jika melihat giwang ini ada di tanganku," kata Farhan yang tidak sabar melihat muka adiknya itu.

Sejak Esther meninggalkan ruangannya tadi pagi, Alexander tidak bisa tidak merasakan perasaan gelisah di dalam hatinya. Bahkan dalam rapat dewan kerajaan sekarang pun, pikirannya melayang dan dia sempat ditegur oleh Edmund.

"Yang Mulia, apakah Anda kurang enak badan? Kulihat sepertinya Anda tidak fokus dengan rapat hari ini," kata Edmund.

"Tidak, aku baik-baik saja," jawab Alexander.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang