Chapter 10: The Poisonous Trap

129 21 1
                                    

Dua bulan kemudian...

Malam itu, Esther kembali didandani oleh pelayan pribadinya: Yasmin. Kali ini dia mengenakan sebuah gaun bergaya Yunani yang terbuat dari kain shiffon berwarna putih dengan gradasi biru laut di ujung gaun dan dipadukan dengan rantai emas di bagian pinggangnya.

"Kamu terlihat cantik hari ini, Esther," kata Yasmin pada Esther dan pipi Esther langsung merona.

"Yasmin, ini benar-benar memalukan," kata Esther yang tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya.

"Dan pakaian ini lebih tipis dari pakaian biasanya," kata Esther lagi yang tampak tidak terbiasa dengan gaun shiffon yang melambai-lambai tiap kali dia bergerak.

"Menurutku, ini cocok denganmu Esther," kata Yasmin kemudian tersenyum dan Esther hanya bisa pasrah.

"Hah... Yasmin, tapi aku merasa tidak nyaman dan aneh dengan pakain ini," kata Esther lagi.

"Oh, tidak. Anda adalah wanita tercantik pada malam ini. Hari ini adalah hari perayaan 50 tahun terbentuknya kerajaan Aberessian. Bagaimana bisa Anda berpakaian biasa-biasa saja?" tanya Yasmin.

"Tapi..."

"Di sana akan ada banyak perempuan cantik yang akan hadir untuk mendapat perhatian Yang Mulia. Anda tidak boleh kalah dengan mereka, Esther," kata Yasmin pada Esther.

"Yasmin, aku ke sana bukan untuk mendapat perhatian dari Yang Mulia. Aku bahkan tidak ingin dilihat olehnya," dengus Esther. Dua bulan lamanya dia berada di kerajaan Aberessian dan tetap saja pandangannya terhadap Alexander tidak berubah. Alexander tetaplah menyebalkan tiap saat dia membuka mulutnya dan Esther selalu terkena 'serangan jantung' mendadak ketika Alexander menatapnya. Tatapannya yang tajam sanggup membuatnya terdiam dan langsung ketakutan mungkin bahkan mati di tempat. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa Raja yang baik di belakang rakyatnya itu memiliki mata biru yang dingin? Ini benar-benar bertolak belakang.

"Anda benar-benar wanita yang aneh, Esther. Hehehe..." kata Yasmin sembari tertawa.

"Tapi aku senang kamu ada di sini, Esther," kata Yasmin tiba-tiba yang membuat Esther kebingungan.

"Kenapa? Padahal aku tidak melakukan apapun untukmu, Yasmin. Justru akulah yang senang karena kamu ada di sini. Kamu harus bersusah payah untuk mendandaniku tiap malam dan kamu adalah pendengar yang baik" kata Esther sambil tersenyum.

"Tidak, Esther. Entah kenapa setiap kali aku melihatmu, aku menjadi ceria. Rasa lelahku tiba-tiba menghilang begitu. Melihatmu sama seperti melihat anak perempuanku," kata Yasmin tersenyum.

"Kamu mempunyai anak perempuan?" tanya Esther terkejut karena selama ini Yasmin tidak pernah menyebutkan itu.

"Benar. Kakaknya berumur enam belas tahun dan adiknya berumur dua belas tahun," jawab Yasmin.

"Pasti menyenangkan jika memiliki seorang kakak atau adik ya," kata Esther karena dia adalah anak tunggal.

"Kamu anak satu-satunya?" tanya Yasmin.

"Benar. Ibu meninggal setelah melahirkanku," kata Esther.

"Maaf, seharusnya aku tidak bertanya," kata Yasmin merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, Yasmin. Tidak usah minta maaf," kata Esther sambil tersenyum dan Yasmin kembali melanjutkan dandanannya. Setelah selesai, Vesper menjemput Esther dan Yasmin pun kembali ke kamar pelayan untuk berganti pakaian yang telah disiapkan untuk perayaan ini.

"Yasmin," panggil kepala pelayan yang berada di ambang pintu.

"Ada yang bisa kubantu?"

"Ada surat untukmu," jawab sang kepala pelayan sambil memberikan sebuah amplop putih.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora