Chapter 1: Little Ezekiel

515 80 0
                                    

"EZEKIEL!" teriak seorang wanita dewasa kepada seorang anak laki-laki 9 tahun yang sedang asyik duduk di atas pohon menikmati pemandangan malam. Teriakannya berhasil membuat bocah 9 tahun ini terkejut dan jika saja dia tidak berpegang pada salah satu dahan kokoh pada pohon itu, mungkin dia sudah mendarat di tanah sekarang.

"Kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan di atas sana?" teriak wanita itu lagi dengan kesal sambil berkacak pinggang.

"Ibu, bisakah ibu tidak berteriak? Aku hampir saja jatuh gara-gara teriakan ibu," dengus sang anak yang juga kesal dengan ibunya.

"Jadi sekarang kamu menyalahkan ibumu, begitu? Kamu pikir siapa yang membuatku teriak, hah?" protes sang ibu tidak menerima dirinya menjadi kambing hitam sang anak. Sang anak hanya diam dan membuang mukanya.

"Ezekiel Alester! Aku tidak pernah ingat mengajarkanmu berbicara tidak sopan begini kepada orang yang lebih tua!" teriak sang ibu yang masih kesal.

"Ibu sendiri juga sering melakukannya tiap kali berbicara dengan ayah," jawab sang anak dan ini membuat sang ibu lebih kesal lagi. Sang ibu ingin sekali memprotes jawaban sang anak, akan tetapi apa yang dikatakan sang anak padanya memang benar. Kehabisan akal untuk menjawab anaknya, akhirnya sang ibu memilih untuk mengalah.

"Karena ini sudah malam dan aku tidak ingin mengganggu yang lainnya, aku tidak akan berdebat denganmu lagi. Sekarang cepat turun dari sana, Ezekiel," perintah sang ibu sambil berusaha mengontrol emosinya.

"Tidak mau," jawab sang anak menolak.

"Ezekiel, cepat turun sekarang!" perintah sang ibu lagi dengan penekanan di kata-katanya.

"Tidak mau! Jika aku turun, ibu pasti akan menghukumku, bukan?" tanya Ezekiel pada ibunya karena mengingat ibunya pernah menghukumnya menyapu daun-daun kering di pekarangan yang luasnya entah berapa meter kuadrat setelah berjanji padanya tidak akan menghukumnya. Dia benar-benar kapok dengan pengalamannya.

"Ayolah, Ezekiel. Ini sudah malam dan ibu sudah capek. Aku berjanji aku tidak akan menghukummu kalau kamu turun," bujuk sang ibu.

"Ibu pikir anak ibu sebodoh itu? Tidak. Aku tidak akan dibohongi oleh ibu untuk kedua kalinya. Huh!" dengus Ezekiel dengan kesal dan menghiraukan ibunya sepenuhnya.

"Ezekiel, aku sudah membujukmu dengan baik. Jangan buat aku panjat pohon itu dan menarikmu ke bawah!" ancam sang ibu pada Ezekiel.

"Panjat saja kalau ibu bisa," ejek Ezekiel mengingat ibunya adalah seorang wanita.

"Kamu pikir aku tidak bisa?" tanya sang ibu dengan kesal kemudian mengangkat gaun tidurnya setinggi lutut dan mengikatnya. Sang ibu berjalan mendekati pohon besar tersebut dan mulai bersiap untuk memanjatnya.

"Ibu! Apa yang ibu lakukan??" tanya Ezekiel yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Tidak terpikirkan olehnya kalau ibunya itu benar-benar serius dengan kata-katanya.

"Ibu!! Ibu serius?!" teriak Ezekiel lagi ketika melihat ibunya yang sedang memanjat pohon dan setelah sekitar 5 menit, sang ibu berhasil memanjat pohon tersebut dan duduk di sebelah Ezekiel.

Ezekiel hanya bisa membuka mulutnya lebar. Sedangkan sang ibu mengeluarkan nafas yang panjang tanda lega selesai melakukan perbuatan gilanya itu.

"Tidak kusangka ternyata aku masih mengingat cara memanjat pohon," kata sang ibu sambil menyeka keringat yang ada di dahinya. Sedangkan Ezekiel kecil masih menganga. Dia tidak pernah melihat sisi ibunya yang seperti ini. Tak kuasa melihat ekspresi buah hatinya itu, sang ibu akhirnya tertawa terbahak-bahak. Padahal sebelumnya dia berniat untuk memarahi anaknya itu.

"Hahahaha... mukamu benar-benar terlihat seperti orang bodoh sekarang," kata sang ibu yang masih tertawa.

"Ibu saja yang aneh! Bagaimana bisa seorang perempuan memanjat pohon??" teriak Ezekiel kecil.

Night Storyteller [COMPLETE][SHORTLIST WATTY'S 2021]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora