"Apa salahnya sih Pi, di coba." ujar Alle menatap Mika, meminta dukungan sahabatnya.

"Tau, lagian si Panji gak jelek-jelek amat." dukung Mika yang dimata Safira sangat teramat menjengkelkan.

"Ogah! Gue lebih milih jomblo dari pada sama tuh players. " balas Safira sengit.

"Gitu amat, jilat ludah sendiri loh entar." ejek Mika menampol pipi sahabatnya itu.

"Apa sih! Gak usah rese." ketus Safira kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Ngomong-ngomong tentang Panji, Alle seketika teringat akan pembicaraan mereka waktu di parkiran. Sebenarnya Alle ingin sekali tahu, namun ia sedikit gengsi jika harus menghampiri Arland.

Namun jika tidak begitu, ia tidak akan mendapatkan petunjuk apapun tentang Rangga. Walau pun mereka bersahabat sejak kecil, Alle sama sekali tidak tahu kemana Rangga sering main dan siapa-siapa saja teman-temannya dan teman Rangga yang Alle kenal cuma satu yaitu, Brian.

Saat Alle menoleh, pandangannya tak sengaja tertuju pada Panji yang datang sendiri sambil membawa sekaleng minuman segar.

"Panji!" panggil Alle agak keras. Sekali lagi, Safira tersedak batagornya sendiri saat Alle dengan tenangnya memanggil cowok itu.

"Ngapain manggil dia sih, All?" rutuk Safira kesal. Namun, ada baiknya juga. Ia jadinya bisa mengomeli cowok itu yang sudah berani-beraninya meneror dirinya.

Panji pun langsung belok haluan. Padahal ia ingin ke meja teman-temannya, tapi saat ada panggilan darurat cowok itu langsung belok.

"Siang cantik," sapa Panji pada Safira seraya mengedipkan matanya sebelah.

"Najis! Gak usah modus!" sembur Safira galak. Namun terlihat menggemaskan dimata Panji.

"Gak papa, nanti kelamaan jinak kok." ujar Panji berkata sendiri. Namun sepertinya Safira tersinggung.

"Lo kira gue anjing pake segala jinak?!"

"Pi udah, putus loh entar pita suara." peringat Alle menyambar.

Panji mengangguk. "Nah lo, entar kan susah kalau kita telponan kalau suaranya gak ada. Masa angin doang."

"Bacot!" sembur Safira langsung membuang muka. Sedangkan Mika menggeleng geli, beruntung saat ini ia sudah mempunyai Varel. Ekhm.

"Pan, liat Arland gak?" tanya Alle langsung.

Panji berpikir sejenak. "Mau ngapain?" masih sempat-sempatnya cowok itu menggoda singa betina.

Panji langsung menyegir saat leser andalan Alle mengarah padanya. "Ada ditaman belakang. Lagi push rank tuh anak, jangan ganggu." peringat Panji. Ia sebagai pemain games sejati tentu tidak mau diganggu waktu main, bila ada yang menganggu langsung ia akan block tak terkecuali pacarnya sendiri.

"Yaudah, thanks!" kata Alle singkat kemudian hendak berdiri.

"All mau kemana?" ujar Mika menghentikan langkah Alle.

"Ada urusan bentar, nitip bayar." ujar Alle kemudian langsung berlari. Sepeninggal Alle, Panji sama sekali belum beranjak.

"Berasa doubel date." ujar Panji kemudian terkikik.

"Gak usah halu, balik sana!" usir Safira memang tak punya hati, padahal kan babang Panji masih ke pengin disini.

"Lah, bener dong. Coba Varel ada disini, berada date dong." kata Panji tersenyum menggoda pada Mika yang awalnya nampak acuh.

Mika pun langsung salah tingkah sendiri. "Balik gih Pan, bentar lagi ada macam ngamuk." kata Mika terkekeh. Mika lumayan dekat dengan Panji sejak ia bersama Varel.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя