"Andromeda High School?" Altea mengangguk. "Oh."

"Aku... ingin... sekolah... di sana juga."

Altea tertawa, kagum dengan kepintaran Tezza. "Wah, lo cepat tangkap juga ternyata. Langsung bisa bikin kalimat sendiri. Daebak!"

"Antar aku," pinta Tezza tiba-tiba.

Altea mengerutkan keningnya, "Antar kemana?"

"Daftar."

"Daftar apaan?"

"Sekolah ke Andromeda," jawab Tezza.

Altea tercengang. "Nggak usah ngadi-ngadi, deh, lo."

"Ngadi-ngadi?"

"Nggak usah macam-macam dulu. Lo bahkan baru bisa bahasa Indonesia bagian dasarnya, nggak mungkin sanggup menguasai banyak pelajaran dalam waktu singkat."

"Aku akan mencoba, akan belajar," balas Tezza. Dia terlihat sangat bersungguh-sungguh. "Beritahu aku bagaimana sistem sekolahmu, semuanya. Lalu ajari aku dasar dari beberapa pelajaran yang kamu maksud. Sisanya akan saya pelajari sendiri."

"Tapi—"

"Saya mohon."

"Bener, nih?" tanya Altea tak percaya. Tezza mengangguk mantap.

"O-oke. Tapi, kalau nggak bisa nggak usah dipaksain, ya. Nanti kalau sakit lo malah nyalahin gue lagi."

"Tidak akan," ujar Tezza yakin.

Altea menghela napas pasrah. "Yaudah, deh. Mulai dari kapan?"

"Sekarang."

"Dasar keras kepala. Kalau lo nggak berhasil, gue bakal jadi orang yang pertama kali ngetawain lo. Awas aja!" geram Altea dalam hati.

♉♉♉

Altea menghela napas panjang. Ia baru saja menjelaskan sistem apa saja yang ada di Andromeda High School secara panjang lebar. "Jadi lo tertarik masuk jurusan apa?" tanyanya.

"IPS," jawab Tezza.

"Beda sama gue, gue masuk IPA.  Berarti sekarang kita belajar matematika yang dasar dulu. Gue nggak terlalu bisa ngejelasin, sih. Tapi semoga lo paham."

Tezza mengangguk, siap menerima materi.

"Yang pertama, coba lo jumlahin angka-angka ini," titah Altea. Tezza menurut, ia mengambil buku yang Altea serahkan.

Tezza mengernyit, "Zergatik hamar gehi hamar? Hau ere ahal badut," serunya tiba-tiba, membuat Altea sedikit terkejut.

(Kok sepuluh tambah sepuluh? Kalau ini saya juga bisa)

Altea spontan tertawa, “Hahaha, maaf-maaf. Habis cara ngomong lo lucu.

Tezza menatap Altea datar.

"Lo bilang dong dari tadi. Gue kan nggak tahu. Maaf deh, kita belajar yang lain aja."

Altea membuka buku paket matematika lainnya dan mencari materi dasar yang tepat untuk seseorang yang jenius seperti Tezza.

"Kalau ini? Lo bisa juga?" Altea memperlihatkan buku paket yang lain kepada Tezza.

"Aku kurang tahu." Jawaban Tezza membuat Altea tersenyum lega, dia tidak harus mencari materi lain yang akan memperlambat waktu.

"Kita belajar dari sini kalau gitu. Mana buku tulis yang gue kasih?" pinta Altea sambil mengulurkan tangannya. Tezza memberikan buku tulis yang ada dipangkuannya pada Altea.

TAURUSWhere stories live. Discover now