21. Sesuatu di Blitar

6.9K 1.1K 38
                                    

Incoming call from Nasywan ...

Gue langsung mengangkat panggilan dari Nasywan tersebut, gue yakin pasti ini adalah panggilan yang penting karena Nasywan sampai-sampai harus menelepon gue dini hari seperti ini.

"Oce! Lo masih bangun?"

"Tadi gue udah tidur, gara-gara lo nelpon ya gue bangun lagi. Ada apa?"

"Ce, lo masih ingat Mbah Sudirman kan?"

Alis gue terangkat ketika Nasywan menyebut nama Mbah Sudirman.

"Ingat, memang kenapa?"

"Beliau baru aja wafat, Ce ...."

"Wan? Lo gak lagi bercanda, kan?"

"Gue serius, Ce. Beliau wafat jam sebelas malam tadi."

"Ya Tuhan ... semoga beliau di tempatkan di sisi-Nya, ya."

"Iya, Ce. Gue menelepon lo karena mau bilang sesuatu."

"Bilang apa?"

Badan gue seketika menegang mendengar Nasywan berkata demikian. Kira-kira Nasywan mau bilang apa?

"Kemarin pas pulang sekolah, gue gak sengaja berpapasan sama beliau di depan rumah. Terus beliau minta tolong ke gue untuk menyampaikan sesuatu ke lo."

"Beliau menyampaikan apa?"

"Kata beliau, gue disuruh bilang ke lo kalau sejarah itu gak bisa terulang. Tetapi, pola dari sejarah dapat terulang."

"Hah? Maksudnya?"

"Gak tahu juga gue, Ce. Tadinya gue mau kasih tahu lo pas di sekolah, tapi feeling gue bilang lebih baik gue kasih tahu lo sekarang karena secara gak langsung ini udah jadi wasiat yang dititipkan oleh Mbah Sudirman."

"Oh .... Oke, makasih Wan infonya."

"Iya, Ce. Sorry gue ganggu waktu tidur lo, ya."

"Santai aja, Wan. Makasih banyak buat informasinya, gue tutup ya panggilannya."

"Iya, sama-sama. Tapi, Ce, gue boleh tanya dulu gak?"

"Tanya apa, Wan?"

"Sebenarnya ada apa dengan Majapahit? I mean look at you now! Lo jadi seperti seorang arkeolog atau sejarawan, Ce."

"Gue cuma tertarik untuk mempelajarinya aja, kan lo tahu gue suka baca cerita. Nah, kebetulan gue lagi tertarik sama yang related dengan masa lalu gitu."

"Hmm ... oke. Gue percaya sama lo."

"Ya memang ngapain sih gue bohong?"

"Gak, kali aja lo lagi menyembunyikan sesuatu dari gue dan Zelita."

"Hahaha, gak lah, Wan. Udah ya, gue tutup panggilannya."

"Iya, selamat malam, Ce."

"Malam juga, Wan."

Setelah panggilan terputus, gue terduduk di pinggiran kasur. Apa maksud perkataan Mbah Sudirman tadi?

Sejarah gak bisa terulang, tetapi pola dari sejarah dapat terulang.

Gue tak paham arti dari perkataan Mbah Sudirman pada Nasywan itu. Gue benar-benar clueless tentang hal ini. Suara jarum jam yang terus berputar membuat gue menengok ke arahnya, sudah hampir jam dua pagi rupanya. Lebih baik gue melanjutkan tidur yang sempat terpotong karena panggilan dari Nasywan tadi. Gue membaringkan tubuh gue di atas kasur. Menatap langit-langit kamar sembari memikirkan arti dan maksud dari perkataan Mbah Sudirman tadi. Ditambah lagi, Nasywan dan Zelita yang belakangan ini mulai curiga dengan penelitian sejarah gue. Ah, kenapa jadi rumit gini, sih?

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now