19. Volunteer

7.3K 1.1K 28
                                    

author's note:
edisi malam minggu, double update! <3

👑👑👑

Gue membuka tirai jendela kamar kos, sang mentari sudah mulai menampakkan diri ternyata. Dengan langkah penuh semangat, gue berjalan ke arah meja belajar untuk melihat kalender.

Ah, tak terasa dua minggu lagi gue akan melaksanakan Penilaian Akhir Semester atau yang biasa dikenal dengan Ujian Akhir Semester. Gue harus belajar lebih rajin lagi supaya nilai gue tak mengecewakan nantinya. Tak terasa pula sudah empat bulan Hayam Wuruk tinggal di sini. Selama ia tinggal di sini, gue jadi punya banyak pengalaman baru. Hidup gue tidak mononton lagi seperti dulu. Dan yang terpenting, gue bisa menemukan semangat hidup baru!

"Hayam Wuruk, ayo bangun. Katanya mau ikut aku menjadi relawan? Ayo bangun," ucap gue sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Sebentar lagi, Oce. Aku masih mengantuk, semalam aku menonton video di Youtube hingga dini hari. Apa kau tidak kasihan padaku? Bagaimana jika aku sakit karena kurang tidur?" balasnya sembari menutupi wajahnya dengan selimut. Nada bicaranya sengaja ia ubah menjadi lebih "manja" untuk membujuk gue.

"Bangun, Hayam Wuruk! Kenapa kau jadi tukang tidur begini sih?"

Hayam Wuruk tidak merespon ucapan gue, ia justru membuat suara dengkuran yang disengaja olehnya.

"Sri Rajasanagara! Ayo bangun!" Gue menarik selimut yang ia pakai dengan penuh tenaga hingga akhirnya selimut itu terlepas dari tubuhnya, menampakkan Hayam Wuruk yang menunjukkan ekspresi kesalnya terhadap gue.

"Makanya bangun! Matahari sudah terbit sejak satu jam yang lalu dan kau masih tidur? Apa kau di Majapahit juga tukang tidur seperti ini?" omel gue sembari menarik tubuhnya untuk bangkit. Mendengar omelan gue, Hayam Wuruk memberikan seringainya. Ia justru menarik gue untuk ikut tertidur di sampingnya. Usaha gue untuk membuatnya bangun malah dikalahkan olehnya.

"Oce, kau ini bawel sekali ya?" katanya sembari mencubit pipi gue gemas.

"Hayam Wuruk! Jangan bermalas-malasan seperti ini! Kita harus sudah sampai di panti asuhan sebelum jam dua belas siang nanti!" Gue mencoba untuk bangkit dari tempat tidur, tetapi tangan Hayam Wuruk menahan tubuh gue. "Baginda Rajasanagara! Tolong lepaskan aku! Aku mau merapikan kamar."

"Tidak mau, aku masih ingin menahanmu di sini."

"Hayam Wuruk, aku serius," kata gue dengan penuh penekanan.

"Baiklah, tapi berikan aku sebuah kecupan pagi dulu," pintanya. Bukannya memberi sebuah kecupan, gue justru melemparkan bantal ke arahnya. Hal itu membuat Hayam Wuruk tertawa, ia kemudian menangkap tubuh gue dan menggelitiknya, membuat gue tertawa kegelian.

"Hayam Wuruk, sudah! Aku tidak kuat! Geli! Ah, aku mau ke kamar mandi!" ucap gue sambil tertawa kegelian. Ucapan gue tersebut malah membuatnya semakin menjadi-jadi. Hayam Wuruk semakin giat menggelitik gue, membuat gue meraungkan kata-kata aneh karena kegelian.

"Anjir, udah dong aaah geli banget!" kata gue memohon padanya. Hayam Wuruk tertawa mendengar permohonan gue, ia pun akhirnya berhenti menggelitiki gue.

Buru-buru gue berjalan ke kamar mandi untuk buang air. Sialan! Hayam Wuruk benar-benar menyebalkan sekali pagi ini! Saat gue keluar dari kamar mandi, gue mendapati Sang Rajasanagara yang tengah membuat sarapan kesukaannya.

Apalagi kalau bukan roti selai cokelat kacang?

"Oce, selesai sarapan nanti kau bisa langsung mandi. Biar aku yang membersihkan kamarmu," katanya sembari mengoles rotinya dengan selai.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now