20. Wedding Anniversary

7.7K 1K 31
                                    

author's note:
halo? bagaimana harinya? untuk yang puasa, pasti masih pada semangat kan? kali ini aku mau cuap-cuap dulu sebelum memulai cerita ya hehe.

aku sangat mengapresiasi para pembaca di sini! terimakasih untuk kalian yang sudah mau membaca, dan memberikan vote & comment untuk cerita ini!

segala kritik dan saran aku terima untuk bahan evaluasi ke depannya, kok! jadi jangan sungkan untuk memberikan komentar/pendapat tentang cerita ini yaa.

and, prepare urself!
the truth will be revealed soon 👀

happy reading! ><

👑👑👑

"Ce? Ayah bisa ngomong sebentar sama kamu?"

"Kenapa?"

"Hari Sabtu minggu depan apa kamu ada waktu?"

Gue terdiam sesaat setelah mendengar perkataan ayah, ada apa ayah menanyakan hal seperti itu?

"Ada apa memang, Yah?"

"Kalau kamu ada waktu, datanglah ke rumah. Ayah mengundang kamu untuk hadir di acara makan malam."

"Makan malam? Dalam rangka apa?"

"Ulang tahun pernikahan ayah dan mama."

"Nanti Oce kabarin ya, Oce lagi di kereta."

"Oce, jangan menghindar seperti ini. Mau sampai kapan kamu menutup diri dari keluarga barumu?"

"Ayah, Oce lagi capek. Oce minta waktu dulu, ya?"

"Datanglah jika kamu sempat, kamu bahkan belum mengenal saudara tirimu, Ce."

"Iya, Yah. Oce paham, nanti Oce kabarin lagi."

Muak, gue pun memutus panggilan itu sepihak. Hayam Wuruk yang sadar dengan perubahan ekspresi gue pun memasang wajah keheranannya dan bertanya, "Oce, apa kau baik-baik saja?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

Hayam Wuruk hanya diam, ia tidak menjawab perkataan gue lagi. Hal itu membuat gue terbawa ke dalam suasana pikiran gue saat ini. Kereta yang kami tumpangi telah tiba di Stasiun Duren Kalibata, tanpa basa-basi gue langsung menarik tangan Hayam Wuruk untuk ikut keluar.

Mood gue hancur! Rasanya saat ini gue hanya ingin tidur dan melupakan isi percakapan gue dan ayah tadi. Gue merogoh isi tas, mencari-cari kunci yang sering kali terselip di dalamnya. Setelah berhasil menemukannya, gue pun langsung memasukkannya ke dalam gagang pintu dan membukanya. Gue menaruh tas dan barang bawaan di atas meja, kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Perasaan gue benar-benar tidak karuan!

Bagaimana bisa ayah mengundang gue untuk hadir dalam acara ulang tahun pernikahannya dengan selingkuhannya?

Ah, ralat! Statusnya kini sudah bukan selingkuhan, melainkan istri sah dari ayah gue. Mungkin gue belum menceritakannya kepada kalian. Alasan perceraian orang tua gue adalah karena ayah gue selingkuh.

Ibu gue pernah bercerita kalau ayah gue sudah berselingkuh, bahkan sebelum ibu mengandung gue. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, di saat ibu gue tengah mengandung gue, selingkuhan dari ayah gue juga sedang mengandung anaknya.

Ya, bisa dibilang gue punya saudara tiri yang seumuran.

Saat gue berusia lima tahun, kedua orang tua gue memutuskan untuk bercerai. Ibu gue pun menikah dengan laki-laki lain yang tak gue kenal sama sekali. Gue bahkan baru bertemu dengan bapak tiri gue setelah hari pernikahan mereka. Di satu sisi, gue merasa tidak dihargai sebagai seorang anak. Menurut gue, seharusnya ibu gue cerita ke gue kalau beliau memang ingin menikah. Gue tak akan melarang jika beliau memang ingin menikah lagi, tetapi pilihannya untuk diam itulah yang membuat gue sakit hati.

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now