2. Hari Awal

17.4K 2.5K 252
                                    

Akibat dari kesiangan tadi, gue jadi bolos sekolah dan sekarang gue bingung harus melakukan apa. Gue masih duduk di sebelah Hayam Wuruk dan laki-laki itu juga hanya diam saja di sebelah gue. Gue pun berinisiatif untuk mengajaknya ke mal dekat kosan untuk membelikannya pakaian dan beberapa keperluan sehari-hari yang sudah mulai menipis. "Hayam Wuruk, apa kau mau pergi keluar?"

"Kau mau mengajakku keliling desa?"

"Hah? Desa? Aku mau mengajakmu belanja dan membelikanmu pakaian, kau tak bisa menggunakan pakaian seperti itu di sini."

Hayam Wuruk mengangguk paham. "Baiklah, ayo kita pergi!"

"Tunggu! Kita mandi dulu! Kau juga harus mengganti pakaianmu sebelum pergi ke sana, kalau kau memakai pakaian seperti itu bisa-bisa kau viral di sosial media!"

Gue berdiri dan melangkahkan kaki gue ke kamar mandi. "Aku mandi dahulu, kau tunggu di situ."

Lima belas menit gue mandi, setelahnya gue pun keluar dengan penampilan yang lebih fresh. "Sana kau mandi."

"Aku mau bertanya dulu." Hayam Wuruk membalas ucapan gue.

Gue menengok ke arahnya. "Apa?"

Hayam Wuruk masuk ke dalam kamar mandi, kemudian membawa botol sampo, sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan sabun cuci muka gue keluar. "Barang-barang ini untuk apa?"

Ya Tuhan! Jadi semalam dia mandi gak keramas dan sabunan?

"Yang ini untuk mencuci rambutmu, yang ini untuk membersihkan badanmu, ini untuk cuci muka. Nah, kalau yang ini untuk sikat gigi, cara pakainya begini." Gue menjelaskan sekaligus mempraktikkannya.

Hayam Wuruk cukup cerdas, ia bisa dengan mudah memahami penjelasan gue.

"Ini sikat gigi milikmu, jangan pakai punyaku, ya!" Gue memberikannya sikat gigi yang baru gue ambil dari lemari tempat gue biasa menaruh barang belanjaan bulanan gue.

Setelahnya, Hayam Wuruk pun mandi. Sambil menunggunya mandi, gue memainkan ponsel gue.

"ANJIR HAHAHA NGAKAK BANGET!" Suara tawa yang sangat kencang terdengar dari mulut gue saat melihat video lucu yang lewat di beranda Twitter.

Gue men-scrolling timeline Twitter gue hingga akhirnya gue sadar kalau gue belum menyiapkan baju untuk Hayam Wuruk. Buru-buru gue membuka lemari baju, mencari pakaian unisex yang sekiranya bisa dipakai oleh Hayam Wuruk.

Pilihan gue jatuh pada kaus berwarna hitam yang gue dapatkan dari kepanitiaan acara sekolah beberapa waktu lalu. Ukurannya sangat besar untuk gue karena saat itu terjadi kesalahan saat pendataan ukuran baju. Seharusnya ukuran gue itu M, tapi yang gue dapatkan malah XL!

Masalah baju selesai, sekarang yang dibutuhkan adalah celana. Gue gak punya celana yang pas untuk Hayam Wuruk karena laki-laki itu tinggi banget! Mungkin tingginya hampir menyentuh angka 190 cm karena saat dia berdiri, kepalanya tak beda jauh jaraknya dengan bagian atas pintu kamar kosan gue.

"Ah! Gue pinjam sama Kak Zidan aja deh." Kak Zidan itu teman kos gue, kamar dia ada di sebelah kamar gue. Menurut perhitungan gue, ukuran pakaian dia gak beda jauh dengan Hayam Wuruk!

Tiang Squad.

"Kak Zidan! Punten! Ini Oce!" ucap gue sambil mengetuk pintu kamar kosnya. Tak ada jawaban dari kamar Kak Zidan, sepertinya dia sudah berangkat ke kampusnya. Gue pun kembali ke kamar, tapi saat gue baru saja duduk di kasur, Kak Zidan menggedor pintu kamar gue.

"Oce, lo tadi kenapa manggil-manggil? Gue lagi di kamar mandi tadi," katanya dari luar kamar.

Gue membuka pintu. "Gue kira lo udah cabut ke kampus, Kak. Di kamar lo aja deh ngomongnya."

Another Time [MAJAPAHIT] (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang