Lembar Tujuh Belas

737 144 8
                                    

Hari ini sudah mulai minggu tenang, Senna yang tadinya berencana untuk menyusul ke Jogja akhirnya batal karena ternyata lusa orangtuanya akan pulang lebih cepat, namun hari ini dia masih dirumah Windy, menghabiskan waktu bersama Nayla juga untuk menonton drama korea.

Rekomendasi Nayla.

Kata Nayla dramanya tentang perselingkuhan dan menguras emosi, Senna tertarik, tapi malas untuk menonton drama on going genre seperti itu, dia malas kalau sampai emosinya tidak tuntas dan harus menunggu sampai episode terbarunya tayang.

Karena itu, sedari tadi sebenarnya dia tidak begitu mengikuti alur, hanya memainkan ponselnya untuk bermain game The Sims langganannya. Berbeda dengan Windy yang serius menonton, dan Nayla yang juga asik mengumpat.

"Duh emang bangke ya laki-laki, nggak pernah ada puasnya dikasih satu perempuan, padahal udah baik, cantik, dokter lagi. Gila ya! Pingin gue colok tuh mata si cowo itu."

"Sabar Nay, sabar." Kata Senna masih memainkan game nya. "Kalo kata orang tuh ya, cowo tuh punya masa puber kedua kalau udah umur empat puluhan gitu."

"Iya sih, tapi mah emang dasar tuh lakinya gatel aja mau sama daun muda. Yang cewe juga, padahal cantik, cari gitu yang masih single, ngapain laki orang dideketin."

Nayla will be Nayla. Memang tidak akan pernah berhenti berkomentar disetiap adengan. Apapun tontonannya.

"Yaudah sabar aja ya, nggak usah marah-marah, cepet tua lo." Windy dengan gaya menenangkan, mengelus pelan pundak Nayla. Dalam artian supaya dia diam dan menikmati drama, karena gara-gara Nayla, Windy jadi tak begitu konsen dengan dramanya.

"Ah gamau nonton lah. Sebel!"

"Aneh lo, tadi excited banget!" Kata Senna heran.

"Tau, bawaannya marah-marah mulu gue."

"Mau dapet kali." Tebak Windy. "Ini gue males nonton sendirian, gue matiin deh kalo gak mau nonton."

"Matiin aja deh sekarang waktunya girls talk." Kata Nayla yang sudah mempersiapkan dirinya dengan berbaring dikasur Windy dengan kepala dan rambut yang menjuntai kebawah di tepian kasur, lalu di ikuti yang lainnya.

"Jadi balik nanti malam Sen?"

"Jadi, ortu gue landing besok pagi."

"Lo jemput?"

Senna menggeleng, "enggak, ayah bawa mobil, parkir inap di bandara."

"Lo kan nggak jadi tuh ke Jogja, kalau ditanyain soal ke puncak buat ke villa Krystal gimana?" Giliran Windy yang bertanya.

"Nggak ah, mager. Mau jadi anak rumahan aja. Lagian kan nggak lama kita juga bakalan liburan kan ke pulau."

"Iya sih, gue juga males sebenernya. Pingin rehat aja dirumah. Atau gue bilang Charel aja ya biar dia nolak. Soalnya si Krystal kan discuss nya pasti sama Charel."

"Nah boleh tuh."

"Lo sama Charel gimana?" Tanya Senna penasaran, sebenarnya dia tidak pernah menanyakan perihal hubungan Windy, hanya saja dia penasaran.

"Ya gitu, sejauh ini baik-baik aja sih. Lo sama Ansel?"

"Kok Ansel?"

"Ya kali aja Sen, ada kemajuan," Kata Windy yang kini mengubah posisinya menjadi duduk.

"Dia ngajak gue jalan sih, besok malam."

"Terus?" Kata Nayla penasaran.

"Gue lagi males banget sih jalan, cuman nggak enak banget kalo nolak."

AKASIA ║ ✔ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang