Lembar Tujuh

729 144 29
                                    

Orang bilang, yang tak bisa menjadi 'bisa' jika kamu mulai terbiasa.

| AKASIA |

Ribuan detik berlalu, ratusan jam terlewati, dan puluhan hari ia lalui, waktu yang cukup menyiksa bagi seorang Senna Neisha. Hari demi hari ia lalui, membuang segala kenyataan pahit yang ada, tanpa menyimpan sedikitpun kenangan manis. Karena memang pada kenyataannya tidak ada, tidak ada kenangan manis yang perlu dia simpan baik-baik didalam memori otaknya.

Bagi orang lain, tiga minggu itu mengalir begitu saja, namun tidak bagi Senna, baginya itu semua terasa amat sangat lamban hingga menyiksanya secara perlahan.

Senna, gadis itu sepertinya mulai memantapkan hati untuk mencari sebuah rasa manis setelah dirinya terlalu banyak menelan rasa pahit. Namun, butuh banyak pertimbangan, butuh banyak keberanian untuk meyakinkan pilihan dan dirinya sendiri, terlebih mengingat seberapa lama dirinya bertahan sampai sejauh ini.

Sejujurnya gadis itu sudah terlalu tersesat bahkan tidak tahu mana jalan keluarnya.

Berminggu-minggu pikirannya bergelut rumit memutuskan hal itu, hatinya berat, seperti ada rasa semacam ingin bertahan namun sakit, namun melepaspun juga akan sakit.

Tapi dia mencoba mematahkan dua hal itu, Senna meyakinkan dirinya sendiri untuk mencoba. Ia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dikemudian hari, karena pada dasarnya yang ia butuhkan sekarang adalah memulai untuk berhenti dan jangan menoleh kearahnya lagi.

Bohong jika untuk melalui proses itu Senna tidak merasakan sakit. Bahkan untuk memulai berjalan, seorang bayi akan sering terjatuh dan luka agar dirinya dapat berdiri tegak bukan?

Dan untuk memulai itu semua, Senna hanya perlu satu senjata. Senjata yang bernama tekadlah yang membuat dirinya yakin bisa menemukan jalan keluar akan sesatnya, sekalipun nantinya perjalanannya akan banyak menginjak duri dan jatuh sekalipun.

***

Suasana jam tiga sore tak terlalu terik, cukup cerah namun juga tak mendung, seperti halnya diri Senna yang sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Senna merogoh sakunya guna mengambil selembaran uang lima puluh ribuan. Dirinya berniat menyerahkan uang itu kepada abang siomay yang berada di belakang gedung kampusnya. Taman yang biasa Senna dan para sahabatnya menghabiskan waktu bersama jika ada waktu luang.

"Eh, Nay pakai kol gak?" Teriak Windy pada Nayla yang tengah asik ribut dengan Kaylan. Bahkan Krystal yang melihat itu hanya tertawa terbahak tanpa berniat membela pacarnya dari amukan sahabatnya.

"Tuh anak mana suka pakai kol? Sayur sop aja kolnya dibuang," Celetuk Senna yang masih setia mendampingi Windy, membantu sahabatnya itu untuk mengambil beberapa piring yang sudah terisi siomay pesanan mereka.

"Yang ini punya Sean, kalo ini punya pacarnya. Yang lain lagi dibuatin, ngantri," Papar Windy menjelaskan dan diangguki paham oleh Senna.

"Punya gue jangan pakai saus ya Win. Jangan lupa," Ujar Senna mengingatkan, dirinya lalu kembali ke segerombolan sahabatnya yang tengah asik bersenda gurau, berjalan pelan dengan kedua tangan yang sedang membawa dua porsi siomay, lalu menyerahkannya kepada Sean dan Joana. Karena memang itu pesanan mereka.

Senna menyerahkannya dengan sedikit berdialog ala waiters, menyebutkan rincian pesanan dengan lancar. Membuat Sean dan Joana mengucapkan terimakasih dengan sedikit terkikik geli.

"Anytime," Balas Senna pada Joana, tak lupa memberikan seulas senyum pada gadis itu.

"Punya gue mana?" Tanya Kaylan

"Sabar, masih ngantri." Jawab Senna lalu kembali beranjak untuk menghampiri Windy yang tengah menemani pak Nanto meracik siomay pesanannya.

"Ehh dek Senna, lama gak jumpa ya," Terlihat seorang lelaki yang umurnya tak jauh dari Senna, berjalan pelan sembari tersenyum sumringah, menampakkan wajah lega dengan sedikit peluh di dahinya. Emm... sepertinya dia habis memunaikan tugas di toilet.

AKASIA ║ ✔ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang