Lembar Dua Belas

693 142 12
                                    

Untuk kali pertama, seorang Senna Neisha telat datang ke kampus, sebenarnya memang salah dia, semalam dirinya menunda tidur hanya untuk menonton sebuah drama korea. Awalnya dirinya berjanji untuk mengakhiri satu episode lagi kemudian tidur, namun yang terjadi adalah bertambah satu episode lagi dan begitu seterusnya, sampai akhirnya dirinya tersadar jika waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

Sebenarnya, saat semalam sebelum Sean menelfon, dirinya sudah bersiap untuk tidur, namun kalimat yang terlontar dari mulut Sean justru membuatnya terjaga dan mau tak mau mengisinya dengan sebuah tontonan drama korea.

Senna hanya mendengkus kesal, karena meskipun hanya telat satu menit saja, dosennya, Ibu Kristi, tidak akan pernah mengijinkan mahasiswinya masuk untuk mengikuti kelasnya. Dia akan mengusir siapa saja jika berani telat dalam menghadiri kelas Teori Kritisnya.

Dan ..berakhirlah Senna diperpustakan, sibuk dengan komik yang kadang ia bawa untuk hiburan di kampus, atau sekedar cek instagram agar tidak terlalu membosankan baginya.

"Kamu ngapain di perpustakaan? Bukannya ada kelas?" Suara Pak Erlangga memenuhi gendang telinganya.

"Telat pak," Balasnya lesu.

"Kalau enggak keberatan ikut ke lab aja, kebetulan ada beberapa pendaftar yang ikut lomba, bisa kasih arahan ke mereka. Dari pada disini cuman baca komik."

Alternatif baik, lagi pula di jam seperti ini, perpustakaan memang sepi. Todak ada salahnya Senna memanfaatkan waktu yang terbuang sia-sia ini. "Boleh deh pak, tapi sampai jam kelas selesai ya."

"It's ok."

***

"Sen minta tolong bagiin ini ke mereka ya," Erlangga menyuguhkan beberapa lembar HVS yang berisikan rules dan persyaratan perlombaan, disana ada beberapa mahasiswa/i dari berbagai fakultas yang rata-rata adalah adik tingkatnya.

Senna membagikan satu persatu kertas itu kepada peserta, mereka hari ini akan mendapatkan briefing.

"Adek lagi di lab radio Kak, iya-iya nanti aku kasih tahu kak Joana. Cih dasar bucin! Iya tau deh yang lagi kangen-kangenya!"

Sekilas Senna bisa mendengar perkataan adik tingkatnya yang sedang menerima telfon. Senna tidak kenal, bahkan dia juga tidak tau dia dari fakultas mana. Hanya saja dia menyebutkan,

Joana?

Bucin?

Bahkan Senna juga yakin jika perempuan itu tidak ada hubungannya dengan Sean, atau Sean yang mengenal dia. Bukankah jika berkaitan dengan bucin ,kangen atau hal semacamnya harusnya orang yang berada di telfon itu adalah Sean?

"Dibaca ya dek," Basa basinya saat tiba gilirannya menyerahkan selebaran kertas ke orang yang menyebut Joana tadi.

"Thanks Kak."

"Kamu dari fakultas mana?"

"Satra inggris ka," Senna mengangguk paham dan semakin yakin bahwa asumsinya benar. Sean ataupun dia, mereka tidak saling mengenal.

"Oh, — dipahami ya kontennya," Lanjutnya lagi kemudian menyesaikan tugasnya kembali.

Hampir dua jam Senna di lab, ikut memberikan tips dadakan kepada peserta lomba tentang bagaimana menjadi penyiar yang baik dan benar. Sampai pada akhirnya semuanya selesai.

Kini dia bergegas merapihkan tasnya, setelahnya pamit dengan orang-orang yang berada di lab kemudian menghambur keluar untuk menemui Windy dan Nayla yang tengah menunggunya di kantin.

"Spada..." Sapa Senna ketika sudah berada diantara kedua sahabatnya.

"Gila lo, rekor banget hari ini telat masuk kelas." Celetuk Nayla.

AKASIA ║ ✔ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang