Fourth

2.5K 491 123
                                    

"Yan?" Alam mengintip setelah membuka sedikit pintu kamar Dean. Menyembulkan kepalanya guna melihat Dean yang masih meringkuk di atas kasur.

"Dean!" panggil Alam dengan suara yang agak keras.

"Hm!" gumamnya sambil merengek, merasa tidurnya terganggu.

"Bangun," titah Alam sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dean yang berlapis selimut tebal.

"Ngantuk ...," rengeknya lagi sambil menenggelamkan tubuhnya dengan guling yang semakin erat ia dekap erat.

Ya iyalah ngantuk, kalo enggak ngantuk ya pasti sekarang Dean udah bangun. Apaan sih.

"Ayo, bangun!" Alam semakin heboh mengguncang-guncangkan badan Deandra.

Si surai kecokelatan bukannya bangun malah meringik bak anak anjing menangis, membuat Alam terkekeh dalam membangunkan.

"Makanan Renren abis!" beritanya, "Kemaren katanya lo mau beli samponya Ciha juga?"

"Hm ... nyam, nyam, nyam ...." Dean bergumam sambil mengecap-ngecap mulut kosongnya.

Dan dengan kesabaran yang makin menipis dari ke-kebo-an Dean. Alam langsung saja mendudukkan yang lebih kecil ke pinggir ranjang secara paksa.

Ups, tapi terlalu kuat.

Jadinya tubuh doyong Dean malah berakhir menempel dengan tubuhnya. Kepalanya terkulai lemas, bersandar pada dadanya. Dan sialannya lagi, Dean malah memeluknya bagaikan koala.

"Dean," panggilnya tertahan. Demi apa pun dia deg-degan sendiri sama posisi ini, berasa lagi pelukan.

"Dean, bangun," pintanya lagi.

Dan ... berhasil. Dean perlahan membuka matanya pelan, netra itu mengerjap-ngerjap menyesuaikan dengan cahaya kamarnya. Obsidian itu lantas melotot tatkala menyadari ia tak bersandar pada bantal atau bagian apa pun dari kasurnya.

Ia mendongak, makin melotot saat melihat wajah Alam yang terlampau dekat dengannya.

"GYAHHH!!! MAU APA LO, ALAM?!"

DUAK!

"Adooh, pinggang gue ...," ringis Alam.

Dan pagi ini berakhir dengan tendangan maut Dean yang menyebabkan sakitnya pinggang serta pantat Alam yang mencium lantai dengan estetiknya.

-

"Masih sakit, apa?" tanya Dean ketika melihat Alam masih menyangga tangannya di pinggang.

"Iyalah, tadi lo kekencengan."

"Ya maap, sih. Abisnya elo ngegodain gue."

"Lo yang meluk gue."

"Ya, siapa suruh lo narik gu-lho, Ajeng?" Dean tiba-tiba menyebut nama lain saat bersama Alam.

Tadi saat menoleh pada Alam, tak sengaja ekor matanya menangkap bayangan Ajeng yang berada di belakang mereka.

Ajeng yang dipergoki justru merasakan wajahnya memanas. Gadis itu dengar. Ia mendengar semuanya.

Dan Dean serta Alam tentu saja tidak peka perihal kesalahpahaman si gadis berambut pendek.

"Um ... maaf ngeganggu kalian," cicitnya.

"Ah, enggak kok. Nggak ganggu. Mau belanja buat kucing kamu, Jeng?" tanya Dean sok akrab, sedangkan Alam hanya diam.

Perempuan itu mengangguk canggung sebagai jawabannya. Ia masih tak menyangka kalau keduanya ... ah, sudahlah. Jangan diteruskan.

Cat LoversWhere stories live. Discover now