Second

2.8K 527 48
                                    

"Luka-luka si kucing sudah diobati, syukurlah tidak ada organ dalam yang terluka. Dan beruntung, kucingnya cepat diselamatkan karena tadi banyak sekali darah yang keluar."

Alam dan Dean hanya manggut-manggut mendengar penuturan dokter hewan tersebut.

"Lalu, ada pengobatan apa lagi, Dok? Apa kucingnya sudah bisa divaksin atau suntik scabies*? Tadi saya lihat leher dan dan telinganya banyak scabies-nya, Dok," ungkap Alam.

"Oh, tadi saya sudah kasih suntik scabies. Selanjutnya bisa diobati di rumah aja. Bisa pake salep, scabies spray, atau kalo mau ditelateni ya pakai VCO*, Mas. Dan untuk vaksin, kucing baru bisa dapat vaksin saat berumur delapan sampai sembilan minggu," papar dokternya lagi.

"Nanti saya kasih obat-obat sementara buat kucingnya, kalau tiga hari masih kurang pulih dan obatnya habis bisa beli di petshop."

"Terima kasih, Dok," ucap keduanya seraya berjalan keluar bersama dengan si kucing kecil yang sudah anteng karena lukanya sudah ditangani.

"Miaw!"

Dan si kucing bawel lagi karena kelaparan, Dean sangat menyadari hal itu.

"Al, lo nunggu obatnya, ya? Gue mau beli perlengkapan nih kucing. Dia kayaknya laper," ujar Dean sembari menunjuk kitten oranye yang mulai mengeong kembali.

Alam lantas mengangguk, "Hati-hati, Yan."

-

"Hm ... susu, wet food, dry food, pasir wangi, scabies spray, creamy treats, apa lagi, ya? Kamu mau apa, Cing?" Dean bergumam sembari menanyai si kucing, absurd.

"Miaw!"

"Oh, mau bedak kutu?"

"Miaw!"

"Hehe," cengir Dean pada dirinya sendiri. "Canggih juga gue bisa bahasa kucing. Genius!—Ah, kamu mau mainan kucing?"

"Miaw!"

"Kamu pinter banget, Cing! Jangan-jangan kita udah connected, ya? Hehehe."

"Mas?" Tiba-tiba ada seorang gadis menyentuh bahu Dean pelan, "Bawa kucing, ya? Kayaknya kucingnya kelaperan ngeong-ngeong mulu."

Dean hanya tertawa kering menanggapi gadis itu, menyadari kalau tiap omongannya direspons si kucing bukan karena benar-benar connected. Tapi si kucing kelaparan karena sudah hampir satu jam mereka berkeliling di sini.

Si gadis lantas melongokkan kepalanya pada belanjaan Dean. "Masnya ada kucing dewasa?"

Dean mengerutkan dahinya heran dan menggeleng, "Kucing pertama saya ya si oren ini."

Perempuan itu pun tersenyum maklum, "Beberapa makanan yang Mas beli buat kucing dewasa? Harusnya beli yang buat kitten. Mau belanja bareng?" tawarnya.

Lelaki itu dengan bersemangat mengiyakan. Dirinya yang masih buta masalah perkucingan sangat merasa tertolong dengan kehadiran gadis ini.

"Sebelum itu," Gadis ini mengambil wet food sachet-an yang berada di keranjang Dean. Menyobeknya untuk kemudian memasukkan makanan basah itu ke dalam pet cargo si oren. "Nah, lahap banget 'kan? Laper dia tuh."

Takjub juga Dean ngeliat kucing perdananya makan dengan lahap sampai sesekali menggeram enggan diganggui.

"Nah, udah," pekik gadis itu setelah mengelus kepala si oren. "By the way, aku Ajeng. Kamu?"

Cat LoversKde žijí příběhy. Začni objevovat