26

550 81 4
                                    

“Dia ibuku.”

“Sudah lebih dari 7 tahun ia mengalami gangguan kejiwaan.”

Beliau sudah sekitar hampir 2 tahun berada di tempat rehabilitasi. Tapi sejauh itu, tidak ada kemajuan sama sekali. Justru keadaannya semakin memburuk. Dan 5 tahun terakhir, ayahku memindahkannya kesini.”

“Ya, rumah sakit jiwa. Bukankah kamu tadi bingung ketika aku membawamu kemari?”

Jisoo terngiang beberapa penggal cerita Jaehyun kemarin. Ternyata, bukan hanya dirinya yang menderita dalam sebuah keluarga. Ternyata, sosok itu. Sosok penuh kharisma yang hampir diketahui seluruh masyarakat kampus pada masanya, seseorang yang saat ini sudah menyandang gelar sebagai dokter, ia tidak lebih dari pria rapuh yang selama ini memendam ketakutannya seorang diri.

“Ayahku berselingkuh. Saat itu ibu sedang mengandung adikku, ya. Di usia ku yang sudah menginjak remaja menuju dewasa, ibuku hamil lagi.”

“Ibuku yang baru sehabis pulang mengecek kandungannya seorang diri, mendapati ayah yang pada saat itu sedang bersama perempuan simpanannya tengah memadu kasih di kamar mereka.”

“Ibuku mengalami pre-eklamsia pada kehamilannya, karena mengandung di usia yang sudah lebih dari 40 tahun cukup beresiko.”

Jisoo merasa sesak. Mengingat pria itu menitikkan air matanya karena penderitaan yang dialami ia dan ibunya.

Yah, ibu pingsan. Beliau dilarikan ke rumah sakit dan saat itulah beban berat menderanya.”

“Adik perempuanku, janin yang sudah berusia 7 bulan itu terpaksa harus diangkat bersama dengan rahim ibuku karena beliau mengalami pendarahan hebat.”

“Kau tau, pada saat itu akulah yang membuat keputusan. Rasanya berat, harus memilih di antara dua perempuan yang sangat berharga bagiku.”

“Ayah tidak mau tau. Ia tidak peduli lagi terhadap aku dan ibuku.”

“Dengan berat hati, aku menandatangani surat persetujuan operasi. Ibuku harus selamat. Dengan jalan satu-satunya, aku harus merelakan adik kecilku yang malang.”

Siang itu, Jaehyun terisak. Ia telah menceritakan semuanya, selain dari sahabatnya, Doyoung.

Tapi ternyata belum sampai disitu, ibuku koma. Aku rasanya hampir gila. Padahal saat itu menjelang ujian kelulusan sekolah menengahku.”

“Selama hampir 3 minggu tidak sadarkan diri, ibuku akhirnya bangun. Beliau depresi, dan ayahku enggan menerimanya kembali. Itulah kenapa, sekarang beliau berada di tempat ini.”

“Dan hari ini, perawat yang menjaga ibu menghubungiku bahwa ibu histeris dan terus memanggil namaku. Mungkin dia rindu dengan anak laki-laki satu-satunya yang tampan ini. hehehe.”

Terdengar kurang ajar dan menyebalkan disaat seperti itu, namun Jisoo menyunggingkan senyum samar. Gadis itu menyeka air matanya yang meleleh sejak tadi. Kemudian tangan kurusnya menutup room chat nya yang menampilkan beberapa deret obrolannya dengan Jaehyun.

Itulah kenapa, aku sangat menghargai wanita. Aku sudah kehilangan adikku, dan aku tidak ingin kehilangan ibuku.”

“Dan sekarang, aku tidak ingin kehilanganmu karena kelalaianku lagi, Ji.”

Kata demi kata yang terlontar dari bibir Jaehyun membuat isi kepala Jisoo terasa beku. Sehingga saraf motoriknya berhenti bekerja, membuat Jisoo membatu tanpa pergerakkan sama sekali.

ENDLESS [✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon