23

494 74 7
                                    

Suasana rumah duka mulai sepi. Selepas para pelayat pulang dari kediaman Hana, Jisoo menemani ibunya yang kini tinggal seorang diri. Tidak ada lagi Yoojung yang hendak mampir ke rumah pun menginap semalam atau dua malam. Kenangan selama lebih dari 20 tahun itu bergulir seperti kaset rusak di kepala Hana.

Wanita paruh baya itu terus menangis. Jisoo sudah berusaha membujuknya untuk beristirahat, namun ibunya itu tetap kekeuh untuk terjaga.

Oh Yejun, bayi mungil itu sering menangis sejak kemarin. Seolah mengerti dengan keadaan, ia seperti meraung-raung mengelukan kasih sayang dari ibu yang melahirkannya.

Sehun tidak pulang setelah istrinya disemayamkan. Entah kemana ia pergi, Sejin dan Ye Hwa sudah menghubunginya berkali-kali. Namun hasilnya nihil, nomor pria itu tidak aktif. Ia sedang ingin sendiri, tidak ingin diganggu.

Jisoo berjalan mendekati ibunya yang bersandar pada bahu sofa, “Bu, ayo makan dulu. Aku suapi.” tawarnya lembut.

Di tangan gadis itu terdapat sepiring nasi berisikan tumis jagung muda serta ati ampela yang dimasak dengan bumbu kecap. Ibunya tentu butuh nutrisi dari kedua jenis makanan itu.

Menggeleng samar, Hana berkata lirih “Ibu tidak lapar.”

“Ibu harus makan ya, ini aku yang masak loh. Kalau ibu sakit nanti Yejun bagaimana? Dia kan pasti sedih melihat neneknya sakit.” lanjut Jisoo berusaha merayu ibunya untuk makan walau hanya beberapa suapan saja.

Mendengar nama Yejun disebut, Hana menoleh pelan. “Dimana dia?”

“Tuh sedang bersama Hye Ra dan Chanyeol di halaman belakang. Ibu makan dulu ya.” balas Jisoo lalu tersenyum.

Mengangguk lemah, Hana akhirnya mau membuka mulut dan menerima suap demi suap makanan dari Jisoo.

“Ibu harus habisin ya, dari kemarin ibu kan belum makan.”

Hana tersenyum di sela kegiatan mengunyah makanannya. Mengambil alih sendok yang dipegang Jisoo, Hana  mengarahkan sendok itu untuk mengambil nasi dan sejumput lauk lalu mengarahkannya kepada putrinya itu.

“Kau juga belum makan kan?” tanya Hana lirih.

Jisoo mengangguk samar, ia tersenyum dengan mata berair. Menerima uluran dari ibunya. Mereka menghabiskan makanan itu berdua.

Tidak dipungkiri, keadaan mental ibunya cukup down sejak kemarin. Beruntung Hana kali ini mau makan. Selepas makan dan menghabiskan segelas penuh air bening, Jisoo mengelus punggung tangan ibunya yang dingin.

“Sekarang ibu istirahat ya. Nanti aku akan membuat masakan lain yang jauh lebih enak.” hibur Jisoo lalu membantu ibunya berdiri.

Mengantar ibunya menuju kamar, Jisoo sempat melihat Hye Ra dan Chanyeol yang sesekali terkikik karena menimang Yejun.

Mereka cocok sekali— pikirnya.

Memastikan bahwa ibunya sudah terlelap, Jisoo kembali ke dapur. Ia mengeluarkan beberapa bahan masakan yang masih tersisa di dalam kulkas.

Gadis itu dengan telaten memotong beberapa sayuran hijau, dan daging. Membuat pangsit telur dan memasak nasi. Kegiatan yang menjadi hobinya itu sama sekali tidak membuatnya lelah setelah seharian sibuk menemani tamu yang berkunjung untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sekitar 30 menit kemudian, masakannya pun matang. Jisoo berjalan menuju gazebo di halaman belakang rumah, menghampiri kedua sahabatnya yang sejak tadi menemani Yejun.

“Makan dulu yuk.” ajaknya.

Hye Ra tersenyum kemudian mendekat, “Kamu pasti capek kan? Kita makan di luar aja. Kamu istirahat sana, nanti kita bawain makanan.” ujar Hye Ra seraya mengelus halus dahi Yejun yang baru saja terlelap di gendongannya.

ENDLESS [✔]Where stories live. Discover now