13

595 94 1
                                    

Acara resepsi sudah selesai. Para tamu undangan sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu. Keluarga besar juga sudah pulang ke kediaman masing-masing. Sehun menghembuskan napasnya lelah. Kemudian ia merasakan sebuah elusan di lengan kirinya.

“Mandilah. Sudah ku siapkan air hangat untukmu.” ujar Yoojung setelah memberikan selembar handuk pada suaminya.

Sehun hanya mengangguk samar kemudian ia bangkit dari sofa kamar milik Yoojung. Ya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah Yoojung. Baru lusa akan mengunjungi kediaman Sehun.

Tinggalah Yoojung seorang diri. Ia memandang sebingkai foto yang berada di atas nakas. Terdapat dirinya, ibunya, serta ayahnya. Ia tersenyum sinis, “Ayah lihatkan, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.” ujarnya pelan bahkan terdengar seperti bisikan.

Ia kemudian membereskan beberapa bawaan dan menyiapkan pakaian untuk Sehun sementara pria itu masih berada di dalam kamar mandi.

Setelah sedikit berbenah kamar, Yoojung memutuskan untuk membuat cokelat panas. Suhu di luar sangat dingin sehingga hawa di dalam kamar pun ikut terasa meski ia sudah menyalakan penghangat ruangan.

“Dimana suamimu?” tanya Hana ketika menyadari putrinya menuruni tangga hendak ke dapur.

“Dia sedang mandi.”

Hana diam tidak bertanya kembali. Ia hanya sedang fokus mengamati ruangan dimana sekarang ia duduk.

“Ibu sedang apa?” tanya Yoojung.

Ia menaruh cokelat panas di meja, dan sengaja membuat tiga gelas. Satu untuk ibunya, setelah melihat beliau ternyata sedang berada di ruang keluarga.

“Tidak. Ibu hanya mencoba mengingat kenangan dahulu bersama ayahmu.” tutur wanita setengah baya itu kemudian menghela napas pelan.

“Padahal dulu ayahmu pernah bilang, jika kau menikah nanti ia akan menjadi ayah  paling bahagia melihat putrinya berbahagia. Meskipun ia harus merelakanmu diambil oleh laki-laki lain, yaitu suamimu.” lanjut wanita itu lagi.

Yoojung diam untuk sesaat. Ia ingat betul kapan itu terjadi, saat ia masih berusia sekitar 10 tahun. Sebelum ia dan ibunya mengetahui bahwa ayahnya sudah menikah lagi dan memiliki seorang putri yang usianya tidak jauh dengannya. Tidak, Yoojung dan ibunya tidak tau.

“Sudahlah bu. Ini, minum dulu.”

Yoojung menyerahkan segelas minuman hangat yang sudah di buatnya tadi. Kemudian ia pamit untuk kembali ke kamar. Ia tidak ingin berlarut dalam rasa sakit tentunya apalagi setelah melihat ibunya berkata demikian.

Begitu pintu kamar terbuka, ia mendapati Sehun sudah duduk di atas tempat tidur.
Ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang yang ia ganjal dengan beberapa bantal. Pria itu menggunakan kaos oblong berwarna putih serta bawahan selutut dengan warna senada yang sudah disiapkannya tadi.

“Ini, minumlah. Udara sedang dingin.” ujar Yoojung memberikan segelas cokelat panas kepada Sehun.

“Terimakasih.” kata Sehun kemudian menyesap cokelat tersebut.

Yoojung hanya tersenyum sebagai jawaban. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu balkon kamar dan menarik tirai agar cahaya kilatan petir yang bersahutan dari luar tertutupi dan tidak begitu terlihat lagi.

“Belum mengantuk?” tanya Sehun.

“Aku punya insomnia. Dan sejak beberapa hari yang lalu kambuh hingga sekarang.”

“Tidurlah. Kau pasti lelah.”

“Jika kau sudah mengantuk tidurlah terlebih dahulu. Nanti aku akan menyusul.” balas Yoojung pelan.

ENDLESS [✔]Where stories live. Discover now