51. FERA YANG SESUNGGUHNYA

10 2 0
                                    

2 gadis vs 20 laki laki

" BENAR SEKALI,MEREKA HARUS DI BUNUH" teriak Arthur.

Gastaf dan Revan mulai geram karena seluruh mata yang melihat ke sana hanya memberikan tatapan mendukung atau tak acuh.akhirnya mereka berdua memutuskan untuk maju ke depan untuk menyelamatkan gadis mereka masing masing.namun langkah mereka terhenti karena Fera.

"Kau membuatku muak"ucap Fera tenang,namun tak adalagi raut muka bersahabat.kini wajahnya hanya menunjuk wajah datar.

"Fera"panggil gastaf pelan.

"Kau mau membunuhku?"tanya Fera dingin."cih yang ada kau yang mati" lanjutnya kemudian membanting tubuh arthur.membuat bunyi gedebuk yang keras.bahkan Arthur pun kesakitan.

"Tuan" teriak salah satu anak buah Arthur yang menyandera sava.

Kesempatan itu langsung di ambil sava. Ia menyikut muka lelaki itu kemudian menendang kemaluan lelaki itu. Sang lelaki tak tinggal diam,saat sava lengah ia menendang perut gadis itu, membuatnya mundur.

Sava meringis menahan perutnya yang berdenyut."hei,persetan jika aku tidak bisa hamil bagaimana?" Teriak sava.

"Dia sava bukan sih?,kurasa kepalanya terbentur kelapa jatuh"ejek Brian.

"Diam Brian" perintah via.

"......."

Sava mengeluarkan karambitnya dan memolesnya dengan sebuah cairan berwarna hijau pekat.setelah selesai,dengan gesit ia berlari menuju lawannya.membuat ukiran ukiran indah di tubuh lawannya hingga lawan tak bisa berdiri lagi .setelah puas dengan lawannya,ia berlari ke arah lawan yang lain.

Sementara itu Fera,ia juga mengeluarkan karambitnya.hanya saja ia akan menggunakan nya jika ia terdesak.dan ia saat ini melawan tiga orang atau lebih sekaligus.namun itu tak membuat Fera kesulitan.saat ini moodnya sedang tidak baik,jadi ia butuh tempat pelampiasan,dan sekarang ia menemukan samsak yang empuk.

Saat Fera lengah,sebuah tangan berhasil meninjunya.namun Fera hanya diam sambil menunduk.membuat sang pelaku bingung.

"HEI JIKA AKU JADI KAU AKU TIDAK AKAN MELAKUKANNYA,JIKA KAU INGIN HIDUP LEBIH LAMA,LEBIH BAIK KAU MINTA MAAF"teriak Brian sambil bersidekap.

Fera masih menunduk,ia tak menunjukan ekspresi apapun.namun siapa sangka saat Fera mendongak.matanya datar namun dapat dengan jelas di matanya bahwa gadis itu sedang marah.

Tanpa aba aba,Fera mengarahkan karambitnya ke arah sang pelaku yang meninjunya.dan beruntung refleks lelaki itu bagus,dan karambit itu hanya melukai pipinya.

"Kau tidak akan selamat" ucap Fera dingin,menusuk,dan kejam.

Tanpa di sadari semua orang,sebelum mengatakan kalimat itu,Fera sudah melumuri karambitnya dengan cairan yang sama dengan milik sava.

Tak lama kemudian, seluruh musuh berhasil di lumpuhkan oleh mereka berdua,termasuk Arthur Dialah yang mendapat luka paling parah.

"Haaah,lega juga setelah memukuli kalian" ucap sava santai,sambil menepuk bahu dan tangannya.what memukuli?,pake' karambit memukuli?.situ sehat?.

"Fera sudahlah mereka sudah habis,mau kau lampiaskan pada siapa lagi?" Ucap sava sambil tersenyum lebar.

"Padamu" jawab Fera sambil tersenyum.

"Nanti,pukul tujuh di arena kita adakan battle bagaimana?" Tawar sava sambil menyenggol tubuh Fera.

"Ok" putus Fera.

"Sava" ucap via tertahan,sedari tadi ia sudah berusaha keras menahan amarahnya,dan sekarang adalah waktu yang tepat.

Sava meneguk ludah nya kasar,kemudian menoleh ke arah via dengan hati hati.

"Ha.....hai via,a......ada......apa?" Tanya sava hati hati.

"Jadi kau yang menculik mereka semua?" Tanya via geram.

"Ha......ha......ha....... begitulah"jawab sava sambil cengengesan."tapi aku kan punya alasan,jadi jangan memarahiku" jelas sava cepat.

"Kau sudah hilang beberapa hari,dan juga kami sudah pusing dengan hilangnya dirimu apalagi mereka semua menghilang sava.pikirkan itu" omel via.

"Maaf,maaf" ucap sava dengan wajah watados,begitu juga yang lain.

"Maaf,tapi apa mereka semua....mati?" Tanya Revan.

"Tentu tidak,mereka hanya lumpuh"jawab sava sambil berjongkok di depan Arthur yang sudah tak berdaya."tapi maaf aku tidak menjamin kau hanya lumpuh atau mati,karena" jawab sava sambil mengeluarkan sesuatu."cairan ini memilik disisi yang sangat tinggi,jadi dua pilihan ada di takdir,kau lumpuh selamanya atau mati" lanjutnya sambil tersenyum.

"Si........ap..........a............k........aku?" Tanya Arthur putus putus.

"Aku,hanya pimpinan penyerangan sebuah kelompok"ucap sava santai dan pelan.

"Sava sebaiknya kita membawa mereka ke rumah sakit"ucap gastaf.

"Tentu,tapi setelah ini jangan harap kau bisa hidup nyaman setelah apa yang kau lakukan.itulah akibatnya jika kau tidak menuruti kemauan ku"ucap sava sambil menatap sebuah gedung yang berada di luar kampus,kemudian berjalan meninggalkan tubuh yang tak berdaya itu.

"Sava jelask-"

"Markas"jawab sava singkat jelas padat dan datar.

Sava memakai helmnya kemudian melakukan ninja hitamnya dengan kecepatan tinggi. meninggalkan teman temannya dengan sejuta pertanyaan.

####

Sava sedang berada di atas jembatan flyover,gadis itu hanya berdiri di samping pembatas dan menikmati angin sore yang menyapu wajahnya lembut.

Tiba tiba sebuah lengan kekar menutup kedua mata sava,membuat gadis itu sedikit terkejut.sava membiarkan sang pemilik tangan menutup matanya,hingga akhirnya ia memberontak.

"Revan sudah lep-"

Sava berbalik dan tak mendapati Revan.malah yang ada di belakangnya adalah Mark dengan penampilan yang sungguh berantakan.kantung mata berwarna hitam,rambut yang acak-acakan,baju yang tidak rapi. Jauh dari kesan yang melekat pada diri Mark selama ini.sekarang ia benar benar terlihat seperti zombie.

"Mark?" Panggil sava."Mark apa k-"

Mark menangis lebih keras,kemudian ia menarik sava ke dalam pelukannya. membuat sava sempat terkejut,namun sedetik kemudian membalas pelukan Mark.

"Kau darimana........hiks..........kau,aku minta maaf..........hiks........aku sangat buruk.saudara.......hiks.......macam apa aku ini" ucap Mark sambil menangis sesenggukan.

Sava hanya bisa menepuk punggung mark.jujur saja ia ingin menangis,hanya saja sulit sekali untuknya mengeluarkan air mata.

"Mark"panggil sava lagi.

"Aku minta maaf,seharusnya aku tidak kasar padamu"racau Mark.

"Mark,aku baik baik saja. kenapa kau cengeng sekali"ucap sava sambil menghapus air mata Mark.

"Kau bodoh sekali, kau pikir aku tidak khawatir ha???, sudah tujuh hari kau menghilang,dan itu karena aku" ucap Mark sambil menepuk dadanya.

"Itu bukan karena kau Mark"ucap sava pelan.

"Apa?!!"


















Hai
Double up ya
Soalnya lama gak update
Dan kayaknya bakal lama gak update lagi.

Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa vote dan komen ya
See you on the next chapter

Papai

friend or love (Hiatus)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt