Jantung Gun yang biasanya tidak pernah deg-degan, kecuali kala ia menonton dangdut di acara kondangan, kini berdegup begitu kencang. Teman-temannya terlihat berbeda. Kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai teman-temannya begitu menatapnya dingin seperti ini?

"Kalau lo belum tau kesalahan lo apa, jangan gabung sama kita," titah Arkana datar seraya bangkit berdiri, diikuti dengan Mahesa, Keano, dan Erlan yang turut berdiri. Lalu kemudian pergi meninggalkan Gun seorang diri dengan Madava yang memimpin di depan.

"Guys! Woi! Cowok-cowok! Geng! Teman-teman! Konco-konco! Friends!" namun sahutan Gun barusan tidak ada yang memperdulikan, karena teman-temannya benar-benar pergi meninggalkannya. Membiarkannya seorang diri yang tidak tahu apa-apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Geng the savage brandals benar-benar menjauhinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Geng the savage brandals benar-benar menjauhinya. Padahal Gun yakin dia tidak berbuat salah apa-apa. Seperti saat di kantin saat jam istirahat pertama, tidak ada satupun yang memperdulikan kehadirannya. Bahkan mereka dengan terang-terangan meninggalkan Gun yang baru saja berniat duduk bersama dengan mereka.

Mereka berkali-kali mencueki Gun, ingin menyontek tugas pun Gun tidak bisa. Ingin ikutan bergila-gilaan seperti biasa tidak diterima. Gun mengerucutkan bibirnya merasa sedih. Menjongkok di depan kelasnya saat teman-temannya pergi meninggalkannya lagi dan lagi. Lagu mellow nan galau langsung terngiang di kepalanya. Gun benar-benar merasa sedih.

"Ya allah! Apa salah Gun ya allah? Apa karena Gun makin hari makin tampan kayak kembarannya Baim Wong? Atau karena Gun makin lama IQ nya makin pinter sampai nilai rapot merah semua? Tapi bohong. Gun salah apa?!" Miris Gun bertanya seorang diri dengan posisi menjongkoknya, seperti gembel.

Dengan wajah sedih, Gun mengambil mematahkan ranting tanaman sekolahnya setelah memastikan kiri dan kanan aman dari guru. Lalu memutar-mutarkan kayunya di tanah dengan wajah-wajah nelangsa menyedihkannya sembari menyenandungkan lagu sedih yang semakin mendukung suasana.

"Di kesunyian hari ini. Gun sendiri, teman pergi," sendu Gun menyanyikan ost pengabdi setan dengan muka sedihnya.

Bagi Gun, tidak apa-apa terlihat hujatable di depan teman-temannya. Tidak apa-apa jika mereka senang maka Gun juga akan senang. Lebih baik begitu, daripada mereka harus pergi meninggalkan Gun seperti ini.

"Gun! Cebok dulu dong udah penuh itu!" cibir salah satu teman sekelasnya sambil lalu, Gun mengerucutkan bibirnya.

"Biarin aja, sibuk amat emang mau cebokin?"

"Dih, ogaaah!" detik berikutnya siswa tersebut langsung lari, Gun mencebikkan bibirnya kesal lalu memutar-mutar kayunya lagi sambil bersenandung.

Dibalik tembok, the savage brandals diam-diam memperhatikan Gun yang terlihat menyedihkan sambil menjongkok di depan koridor. Sesekali terkikik dengan kepala mereka yang tersusun seperti menara mengintip Gun. Posisinya dari atas ke bawah adalah Arkana, Keano, Erlan, Mahesa, Madava. Masih terus memperhatikan Gun sejak mereka sengaja meninggalkan Gun begitu saja tadi.

Living with Badboy ✔️Where stories live. Discover now