16 - Hidup

46 6 3
                                    

"Lupakan semua hal buruk yang terjadi kemarin, maafkan semua kesalahan orang lain pada dirimu, niscaya hatimu akan lapang dan nyaman." ~ Filosofi hidup

***



Sambil membetulkan kerudung merah bercorak itu, ia mengembangkan senyuman dicermin yang ukurannya agak sedang. Mengedipkan mata dengan cepat, bulu mata yang lentik menambah rasa percaya diri. ia mengambil cadar, yang tergeletak dimeja rias dan memakainya perlahan.

Wanita berumur 19 tahun dengan warna kulit putih kekuning-kuningan dan tinggi badan 155-Cm itu bangkit dari meja rias, membuka pintu kamarnya, lalu berjalan menuju meja makan.

"Maasya Allah, Dini kamu mau berangkat ngajar apa mau kondangan?" Ucap Hamzah yang sedang duduk dimeja makan.

Nenek melirik sambil menyuap makanan kemulutnya.

"Mau ngajar atuh kak. Eh iyaa, Kak Hamzah libur ndak?. Kalau libuuurr ... Bisa anterin Dini ndak ke sekolahan?" ajak Dini

Hamzah bergegas menyelesaikan sarapannya. Ia pun berkata pada Dini.

"Boleh Din, kakak hari ini libur kok. Kamu mau sekalian kondangan kan?" sindir Hamzah lagi, kali ini ia sambil tertawa cekikikan.

"Isshh... Nikah mulu nih Kak Hamzah. Anterin Dini ngajar doang kak...!" tegas Dini, mukanya manyun bebek.

Nenek yang mendengarnya juga tersenyum dan sedikit tertawa.

"Nenek juga setuju, kalau kalian pada nikah. Hamzaah ... Dinii." Sela Nenek ditengah pembicaraan itu.

Hamzah dan Dini melirik ke arah Nenek.

"Belum ada yang mau sama Hamzah Nek." Ucap Hamzah gaya kekanan-kanakan.

"Kalau Dini nikah, nenek nggak ada yang jagain. Jadi Kak Hamzah aja duluan." Tukas Dini.

"Ya sudah, semoga Allah yang mudahkan keinginan Hamzah dan Dini. Yang penting sekarang Mas Hamzah anter Dini dulu, nah lihat, sudah jam berapa...?" Kata nenek mendoakan sambil mengingatkan.

"Eh iyaa, Kak Hamzah. Hayuk buruan!" Sahut Dini, terburu-buru sembari memasukkan bekal makan siangnya nanti.

"Siap gerak komandan...!" Balas Hamzah menghibur Dini.

Hamzah berjalan masuk ke dalam kamarnya, mempersiapkan diri dan mengambil tas slempang yang tergantung dibelakang pintu kamarnya.

"Nek ... Kami pamit yaa! Salim dulu, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh." Ucap Hamzah sambil salim ke Nenek dan melangkah keluar terlebih dahulu.

"Iya Zah, Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh." Jawab nenek kemudian tertawa kecil.

"Ishh ... Kak Hamzaah, tungguin Dinii...!" Dini memelas pada Hamzah.

"Nek, Dini berangkat juga yah. Makan siang nenek sudah Dini siapkan didalam lemari ... Oh iya Nek, Sun dulu." Ucap Dini salim dan cipika-cipiki pada Nenek.

"Assalamualaikuuuum."

"Iya Din, Terima kasih yaa. Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh." Jawab Nenek lalu tersenyum hangat pada Dini.

Hamzah menunggu dibawah pohon depan rumah, melambai-lambaikan tangan kepada Dini sambil memanggilnya lebay.

"Dek Diniiii, buruaaan. Kakak udah telaaat niih." Candanya pada Dini dengan suara yang dibuat-buat bak memanggil dari kejauhan.

"Apa sih, nggak jelas kakak nih." Ucap Dini sembari memukul pundak Hamzah. Ia menghindar lebay kearah kiri.

Matahari pagi itu sangat hangat, menciptakan suasana baru dalam kisah hidup Hamzah. Hari sabtu yang menyenangkan berjalan bersama dengan adik tercinta, bersenda gurau bersama melupakan sejenak kepenatan hidup.

Bersambung...





_________________________

Assalamualaikum temen-temen.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah yaa...

Jadi gini nih, in sya Allah Lelaki Hitam akan terbit setiap harinya. Dan ini juga termasuk Chalenge buat Author sendiri nih.

Makasih banget buat temen-temen yang sudah Support dan VOTE yah. Semoga dibalas dengan kebaikan pula. Heheh.

Impian saya, bercita-cita menjadi Penulis hebat. Aamiin Allahumma Aamiin. Semoga apa yang kita upayakan segera terwujud yah. Aamiin.

Salam hangat dari Author. 😊😊💕

Lelaki hitam. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang