12. Minta tolong

236 46 2
                                    

Aku sudah menjalankan aktifitas kuliah lagi seperti biasa sekitar satu minggu ini. Tentu saja rasa iriku sangat meledak-ledak ketika Tiara memamerkan segala foto dan kisah liburannya.

Sedangkan kisah liburanku, berkelahi dengan adik, hanya jalan-jalan ke Jatim Park dengan mood jelek, dan kisah tahun baru yang tak menyenangkan.

"Ras," Tiara menyikut lenganku. "Tuh gue bilangin Raka udah punya gandengan baru."

Aku mengikuti arah pandang Tiara saat kami hendak pergi ke kantin. Kenapa sih fakultasku harus bersebrangan dengan fakultasnya. Ini menyebalkan.

Terlihat Raka bersama teman-temannya sedang nongkrong di student area, disana juga ada beberapa  perempuan. Salah satunya sedang merangkul Raka dari belakang.

"Bodo ah, yuk." Ujarku menggandeng Tiara lagi untuk kembali berjalan ke kantin.

"Panggil Wira ga?" Tiara bertanya karena melihat Wira yang baru keluar dari gedung fakultasnya. "Dia baru datang dari Hongkong anjir."

"Hoh serius? Panggil lah," responku. "Wir! Woi Wira!"

Wira menoleh kesana kemari mencari asal suaraku dan Tiara. Kami melambaikan tangan tinggi-tinggi agar dia dapat melihatnya.

Laki-laki itu tersenyum lebar setelah melihat kami. Dia menghampiri kami dengan sedikit berlari.

"Mau kemana?" Tanyanya. "Gue ikut dong habis ini gak ada kelas nih."

"Mau makan di kantin," jawab Tiara. "Gabisa jalan karena gue ada kelas jam empat."

Wira memutar bola matanya malas. "Yaelah, skip aja napasi. Gausah sok rajin lo."

"Baru minggu pertama kuliah lagi anjir masa bolos?" ujar Tiara memukul Wira dengan bindernya pelan. "Yaudah yuk keburu laper nih gue."

Kami bertiga berjalan beriringan menuju kantin fakultasku yang terkenal hingga anak fakultas lain juga sering makan disini makanya sangat ramai.

Untungnya, kami menemukan tiga kursi kosong. Kantin hari ini lebih penuh daripada biasanya.

"Asik banget nih habis dari Hongkong," aku berujar membuat Wira mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Oleh-oleh gak ada nih?"

"Heh, bukannya gue nggak mau bawain ya. Tapi koper gue penuh sama titipan kakak dan nyokap gue," Wira menjelaskan. "Bahkan over gue kelimpungan sendiri waktu di bandara."

Aku dan Tiara tertawa karena Wira bercerita dengan emosi. Dia memang sempat mengeluh bingung bagaimana cara menyusun koper di grup chat kami. Ternyata untuk ini.

"By the way, Ras, lo asik banget kayaknya ke Malang. Story lo penuh cowok," Wira berujar sambil memakan ayam gepreknya. "Di omongin mulu nih sama circlenya mantan."

"Sumpah? Di omongin apaan?"

"Ya kaya lo udah dapat pengganti lah, udah move on, ya gitulah pokonya," laki-laki itu menjelaskan. "Langsung heboh ngejekin Raka."

Tiara menepuk meja. "Tuh kan! Ras kayaknya Raka juga mau liatin elo kalau dia juga bisa dapat yang lain. Makanya heran banget nge-story sama cewek. Padahal dia ngepost cewek pasti sama lo mulu."

"Yakan gue udah putus sama dia mbaknya? Ngapain musti post cewek ada guenya. Terserah dia lah," ujarku membalas asumsi Tiara. "Ngapain gue ngurusin banget."

"Siapa sih itu yang lagi dekat sama Raka, Wir?" Tiara tak menjawab, malah memberikan pertanyaan baru pada Wira. "Anak teknik juga? Angkatan kita? Sekelas?"

"Buset satu-satu mbak," Wira tersedak karena Tiara bertanya tak satu-satu. "Dia itu Maya, teman sekelas di beberapa matkul gitu. Iya satu angkatan."

April: Rasa di Antara Kita[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang